NovelToon NovelToon
Dinikahi Berondong Tengil

Dinikahi Berondong Tengil

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: chustnoel chofa

Viola yang punya sebuah butik baju cukup besar dan ternama, harus menikah dengan Arga Bagaskara. pemuda berusia 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA kelas akhir itu.

Viola mengabaikan kehadiran sang suami, karena berpikir Arga masih bocah dah belum dewasa.

bagaimana kisah selanjutnya, ikuti terus ya kisah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chustnoel chofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 10

Tubuh Viola membeku di tempat. Degup jantungnya berpacu cepat, seakan ingin meloncat keluar dari dada. Aroma maskulin dari tubuh Arga menyeruak begitu dekat, menyusup ke inderanya tanpa permisi. Harum yang hangat dan tajam itu entah mengapa membuat pikirannya limbung—membius kesadarannya perlahan.

“Lepaskan aku, Arga,” desis Viola, suaranya gemetar namun mencoba terdengar tegas. “Kalau tidak, aku akan teriak.”

Arga tidak bergeming. Sebaliknya, sebuah senyum sinis mulai mengulas bibirnya yang tipis. Mata tajamnya menatap langsung ke dalam mata Viola, seolah sedang membaca setiap ketakutan dan kebimbangannya.

“Teriaklah,” ucap Arga pelan, nyaris berbisik. “Kau pikir aku takut. Tak akan ada yang peduli karena kita suami istri."

Langkahnya maju selangkah, memendekkan jarak di antara mereka hingga hidung mereka hampir bersentuhan. Nafas hangatnya menyentuh wajah Viola, membuat gadis itu menahan napas dalam keterkejutan dan kegugupan.

Dengan panik, Viola mencoba mendorong dada Arga—keras dan kokoh seperti batu. Namun kekuatannya tidak berarti apa-apa di hadapan sosok pria itu. Seolah tubuhnya terjebak dalam lingkaran kekuasaan Arga, tak bisa bergerak, tak bisa lari.

“Tolong… jangan seperti ini,” ucapnya, suara itu kini melembut, hampir memohon. "Lepas Arga!"

Ada kilatan emosi dalam mata Arga, entah marah, terluka, atau justru perasaan yang lebih kompleks. Namun ia tetap diam. Hanya napasnya yang terdengar berat, mengiringi detik yang bergulir begitu lambat.

"Aku ini suami kamu, kita adalah pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan agama!" dengus Arga. Dia tidak boleh kalah dengan viola. Dia adalah kepala keluarga, di akui atau tidak

Dalam sunyi yang menegangkan itu, hati Viola berteriak lebih kencang daripada mulutnya. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi satu hal yang pasti—kedekatan ini membuatnya terombang-ambing antara takut dan rasa lain yang tak berani ia akui.

Viola akhirnya menarik napas dalam, berusaha meredam getaran di dadanya. Ia tahu ia tak bisa menang dalam situasi ini. Keberaniannya tadi perlahan terkikis oleh sorot mata Arga yang dingin dan tajam, seperti pisau yang siap menyayat tanpa ampun.

“Aku… aku minta maaf,” ucapnya pelan, hampir tak terdengar. Matanya menunduk, menghindari tatapan Arga yang terasa terlalu menelanjangi isi hatinya. “Aku tidak bermaksud membuatmu marah. Aku janji... aku tidak akan mengulanginya lagi.”

Beberapa detik hening menyelimuti mereka. Viola bisa merasakan detak jantung Arga begitu dekat, berdentum tenang namun tegas. Ia menahan napas, menunggu reaksi pria itu—takut jika kata-katanya belum cukup untuk meredam amarah yang tersimpan di balik wajah tenangnya.

Namun yang terdengar justru adalah suara tawa pendek, rendah, dan sumbang.

Arga tersenyum. Senyum puas yang menyiratkan kemenangan, seolah dirinya baru saja menaklukkan seekor kucing liar yang akhirnya mengeong minta ampun. Tatapan matanya mengejek, memerangkap Viola dalam kepungan rasa malu dan jengkel.

“Jadi cuma segitu nyalimu?” gumam Arga, nadanya merendahkan. “Tadi galak sekali. Sekarang? Baru kutatap saja, sudah minta maaf. Rupanya kau hanya pedas di bibir saja, Viola. Begitu diladeni, nyalimu ciut... seperti tikus got.”

Wajah Viola memerah, entah karena marah, malu, atau karena campuran dari keduanya. Ia menggigit bibirnya sendiri, menahan diri untuk tidak membalas. Tubuhnya masih terperangkap, tapi harga dirinya kini bergejolak, mencari celah untuk melepaskan diri dari genggaman Arga yang mendominasi segalanya.

Arga memandangi ekspresi gadis itu, lalu perlahan melepaskan cengkeramannya. Ia mundur selangkah, namun senyuman sinisnya masih bertengger di wajah.

“Belajarlah, Viola,” ucapnya sambil membalikkan tubuh. “Jangan banyak bicara kalau kau tak siap menanggung akibatnya.”

Arga belum benar-benar pergi. Ia berdiri mematung beberapa langkah dari Viola, seolah masih ada sesuatu yang ingin ia ucapkan. Tatapan matanya menajam lagi, tapi bukan karena marah—melainkan penuh perhitungan.

“Ngomong-ngomong,” ucapnya tenang, dengan suara yang sengaja dibuat santai, “kau keberatan kalau aku keluar sebentar… dengan Celine?”

Pertanyaan itu menggantung di udara seperti petir yang tak jadi menyambar. Nama itu—Celine—terdengar seperti duri yang menancap di hati Viola. Matanya membulat, sejenak menatap Arga penuh amarah yang coba ia tekan.

Tanpa banyak bicara, Viola mendorong dada Arga dengan kedua tangannya, kuat dan cepat. Meski tubuh pria itu hampir tak bergeming, dorongan itu cukup untuk membuat Viola bisa melepaskan diri dari jarak yang menghimpitnya.

“Lakukan sesukamu,” ucapnya dingin, namun suaranya terdengar getir. “Kalau mau keluar, silakan saja. Aku tidak peduli.”

Ia tak menunggu respons dari suaminya. Kakinya segera melangkah cepat menjauh dari Arga, hampir seperti lari kecil. Viola tidak ingin bertahan satu detik pun lebih lama di hadapan Arga, apalagi setelah nama wanita itu disebut.

Ia tahu, jika ia tetap di sana, Arga bisa kembali mengguncang ketenangannya. Ia tahu, pria itu selalu tahu cara melemahkannya, menaklukkannya, membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Dan yang lebih ia tahu—ia harus menjauh sebelum kembali menjadi santapan Arga... yang kali ini sedang murka, dan mungkin juga ingin menyakiti dengan cara yang lebih halus: lewat rasa cemburu.

Viola membanting pintu kamar pelan, lalu menyandarkan punggungnya di sana. Udara di ruangan itu terasa berbeda—lebih sunyi, lebih berat. Ia menutup matanya sejenak, mencoba mengatur napas yang masih memburu. Tangannya perlahan terangkat, menyentuh dadanya yang berdegup kencang, tak karuan. Seolah jantungnya sedang menuntut penjelasan: apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Tubuhnya gemetar pelan, bukan karena dingin, melainkan karena pergolakan emosi yang tak bisa dijelaskan. Marah. Takut. Bingung. Dan... ada sesuatu lagi. Sesuatu yang tidak ingin diakuinya—getaran aneh yang muncul setiap kali Arga menatapnya seperti tadi.

Viola membuka mata, memandang kosong ke arah ruangan yang kini hanya berisi dirinya sendiri. Tapi pikirannya masih dipenuhi oleh bayang-bayang pria itu. Arga.

“Sepertinya hidupku nggak akan tenang lagi,” bisiknya pelan, hampir seperti mengutuk nasibnya sendiri. Ia tertawa hambar, lalu menunduk, memeluk tubuhnya sendiri seperti sedang mencoba menjaga sisa-sisa ketenangan yang masih bisa ia genggam.

Arga tak hanya mengguncang emosinya. Dia membuat jantungnya merasa tidak aman. Tidak stabil. Setiap tatapan pria itu, setiap sentuhan—selalu datang dengan dua sisi mata pisau: menggoda dan menghukum.

Viola mulai menyadari satu hal: dengan Arga, tidak ada ruang untuk bermain-main. Sekali ia menggoda, ia harus siap menerima balasan. Dan balasan dari Arga... bukan sesuatu yang bisa ia prediksi, apalagi kendalikan.

Ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Ada luka yang tak terlihat di sana. Tapi juga ada bara yang mulai menyala—api kecil yang bisa jadi akan tumbuh menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar rasa takut.

Ya ampun, apa yang harus aku lakukan!

Bersambung.

1
Rewind frederiksen
ceritanya nice
Novi Ana
lnjut Thor....
partini
pantang nyerah ? ga tau diri itu mah
ga itu karena kamu masih sekolah sedangkan istri lo dah mempan jadi kaya ada jembatan
coba kamu biarpun dah sekolah ada bisnis sukses lulus sekolah ga ada tuh jembatan" ,
chustnoel chofa: /Silent//Silent/
total 1 replies
partini
ternyata suami brondong nya keren pemberani,,
jadi dhani Thor yg bikin Vi trauma
partini: salah satunya ? wah wah menarik ini
chustnoel chofa: salah satunya kak...☺️☺️
total 2 replies
partini
boleh flashback ga Thor biar tau apa yg di alami Vi ko segitu nya sakit hatinya sampai meninggal kan trauma yg segitu dalamnya
chustnoel chofa: ok kak...nanti aku buatkan ya.../Kiss//Kiss/
total 1 replies
partini
kalau uler main halus wah bisa gatal gatal nich hemmmm bisa bikin masalah tambah parah,
aihhh cembukur ini mah tapi gengsi mengakui
chustnoel chofa
iya tuh....nyebelin bgt ☺️☺️
partini
si cel malah semakin terobsesi ga mau kalah dia
partini
waduh tanda mau cinta duluan ini mah
partini
lucu mereka ber 2,,hati dah ada rasa tapi ego luar biasa
tapi yg di bilang betul jg sama aja selingkuh kah dah nikah
chustnoel chofa: iyaa kak....semoga hubungan mereka cepat membaik ya.../Grin//Grin/
total 1 replies
partini
aihhhh Lin kamu bikin riweh
partini: yes itu betul ok lanjut
chustnoel chofa: sebagai pemanis kak...biar nggak lempeng 🫢🫢
total 2 replies
partini
belajar percaya?
adakah sesuatu
aihhh penasaran
partini
cerita cinta dan perselingkuhan ini ya Thor
chustnoel chofa: gitu ya.... tenang bakal happy ending kok..
/Kiss/
partini: oke oke ,, soalnya ada yg mirip soal nikah ga da cinta wanitanya tapi bukan brondong sih sama sama dewasa ujungya putar haluan
total 5 replies
putri aulia
lanjut kk
chustnoel chofa: siap kak...besok lagi ya...😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!