Don'T Take My Baby

Don'T Take My Baby

Buku nikah di ruang kerja Mas Alva

Seorang wanita cantik tengah memoles lipstik merah cherry di bibirnya. Matanya menatap penuh ke arah cermin di mana memantulkan dirinya yang kini sedang mengenakan gaun malamnya. Senyuman cantik di bibirnya tergambar, membuat lesung pipinya tercetak dengan jelas. Hidungnya yang mancung dan bulu matanya yang lentik membuat wanita itu terlihat sangat cantik.

Dia mengibas rambut panjang gelombangnya, tatapannya pun tak terlepas dari cermin di hadapannya saat ini. Wanita itu begitu mengagumi kecantikannya malam ini. Namun, dia merasa ada sesuatu yang kurang. Tangannya langsung meraih parfum yang terletak di atas meja riasnya dan menyemprotkannya ke beberapa sisi tubuhnya. Aroma vanilla terc1um sangat pekat dari tubuh wanita itu.

Ting! Tong!

Suara bell berbunyi, wanita itu pun melebarkan senyumannya. Dia meletakkan kembali parfumnya dan bergegas memakai kimono gaunnya. Lalu, beranjak untuk membukakan pintu untuk orang yang sedari tadi dia tunggu kehadirannya.

Cklek.

Terlihat, seorang pria tampan berahang tegas menatap wanita yang membukakan pintu untuk nya dengan tatapan yang datar. Dia meneliti penampilan wanita itu dari atas hingga bawah sebelum membuka suaranya.

"Apa yang kamu lakukan dengan gaun ini, Yara?" Tanya pria itu dengan sorot kata tajamnya.

Yara Vianca, seorang wanita cantik berusia 25 tahun. Dirinya menikah dengan pria bernama Alva Logan, yang tak lain adalah pria di hadapannya. Pernikahan keduanya baru memasuki bulan ketiga. Namun, ini adalah ke lima kalinya Yara menyambut suaminya pulang. Mengapa? Karena Alva bekerja di luar kota, sehingga ia hanya bisa pulang dua kali dalam sebulan saja.

"Aku ...."

"Masuklah, kamu akan masuk angin dengan baju terbuka seperti itu." Ujar Alva seraya beranjak masuk dan membiarkan Yara berdiri di ambang pintu dengan tatapan melongo.

"Aneh, katanya suami senang di sambut dengan pakaian seperti ini. Apa ... aku nya aja yang terlalu berlebihan?" Gumam Yara.

Tak ada pikiran negatif apapun, Yara kembali menutup pintu dan menyusul suaminya yang sudah masuk ke dalam kamar mereka. Di kamar, terlihat Alva sedang membuka pakaian kantornya dengan tatapan serius. Takut mengagetkan, Yara berjalan pelan seraya menautkan jari jemarinya.

"Mas, mau aku buatkan kopi atau teh?" Tanya Yara dengan canggung.

"Kopi saja, jangan pakai gula. Aku tidak suka manis," ujar Alva sebelum dirinya masuk ke dalam kamar mandi.

Yara mengangguk, dia segera ke dapur untuk membuatkan kopi untuk suaminya. Seraya mengaduh kopi tersebut, Yara berpikir sejenak. "Mas Alva sejak awal juga sangat dingin, tapi bisa-bisanya dia menikahiku. Parahnya lagi, aku jatuh hati pada pandangan pertama. Astaga, pertemuan kami sangat manis." Gumam Yara seraya menahan senyumnya.

Pernikahan Yara dan Alva tak berlangsung lama, Yara yang sebagai resepsionis hotel tempat Alva menginap membuat keduanya sering bertemu. Kebetulan, Alva sedang membangun proyek di dekat hotel dimana Yara bekerja. Tak di sangka, Alva justru malah mengajak wanita itu menikah setelah proyeknya selesai di bangun. Keduanya hanya berkenalan selama kurang dari satu bulan, dan langsung memutuskan untuk menikah.

Cklek!

Yara kembali ke kamar dengan secangkir kopi di tangannya, wanita itu menatap ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup. Sepertinya, Alva berendam untuk merilekskan tubuhnya. Yara lalu memutuskan untuk menaruh cangkir kopi yang ia bawa ke atas nakas. Saat akan berbalik, Yara tak sengaja melihat pakaian kantor milik suaminya yang tadi pria itu kenakan tergeletak di atas ranjang.

"Ck, kebiasaan buruknya belum hilang juga yah ternyata. Sudah aku katakan ribuan kali, baju kotor taruh di tempatnya. Astaga, pria itu dingin dan kaku. Tapi, sangat pemalas. Sudahlah, mau bagaimana lagi? Dia suamiku." Celoteh Yara seraya membawa pakaian kotor itu ke ranjang kotor.

TANG!

"Eh?!" Yara melihat ada sesuatu yang jatuh dari jas suaminya. Benda itu menggelinding hingga menabrak lemari pakaian. Yara yang penasaran segera melihat benda yang mirip seperti cincin tersebut.

Wanita itu berjongkok, dia meraih benda tersebut dan melihatnya dengan teliti. itu adalah sebuah cincin pernikahannya dengan Alva yang seharusnya di pakai oleh pria itu. Namun, mengapa suaminya justru melepas cincin pernikahan mereka?

"Apa yang kamu lakukan di situ?" Suara berat Alva mengejutkan Yara, wanita itu berdiri dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah sang suami.

"Ini, tadi aku ...." Perkataan Yara terhenti saat melihat suaminya sedang menggosok kepalanya dengan handuk kecil. Namun, bukan itu yang menjadi objek utamanya. Melainkan, sebuah cincin yang ada di jari manis tangan kanan suaminya. Cincin dengan desain yang berbeda tetapi Yara cukup tahu jika cincin itu adalah cincin pernikahan.

"Aku apa?" Tanya Alva kembali seraya membuka pintu lemari dan mengambil baju tidurnya. Sebab, saat ini dia hanya memakai handuk untuk menutupi area bawahnya saja.

"Tidak ada." Jawab Yara dengan kemah seraya menyembunyikan cincin itu di kepalan tangannya. Pikirannya langsung mengarah ke hal-hal negatif, mendadak dirinya menjadi overthinking.

Yara memilih untuk merebahkan dirinya di ranjang, dia pun memunggungi suaminya tidur dengan menghadap ke arah lemari. Hatinya tak bisa tenang, otaknya berpikir keras untuk mencari jawaban tentang cincin yang di pakai oleh suaminya.

"Ada yang mau kamu ceritakan selama aku tinggal?" Tanya Alva seraya merebahkan dirinya di belakang Yara.

"Tidak ada." Jawab Yara dengan lirih.

Alva menaikkan satu alisnya, dia merasa ada yang aneh dengan istrinya. Pria itu pun menarik bahu Yara agar wanita itu menghadap ke ayahnya. "Ada apa? Kenapa kamu terlihat murung? Apa kamu ingin kita ...,"

"Bukan itu Mas." Sahut Yara dengan cepat.

"Lalu?" Heran Alva dengan menaikkan satu alisnya.

Yara menghela nafas pelan, rasanya dia takut bertanya tentang cincin yang saat ini di kenakan oleh suaminya. "Mas, bolehkan aku ikut kamu ke Jakarta? Biarkan aku tinggal bersamamu di sana, dari pada disini. Aku sendirian, lagian kan ... biar di sana kamu ada yang ngurus juga. Gak enak loh LDM begini, " " Ujar Yara yang meluapkan isi hatinya.

Alva terdiam, pria itu seakan tengah berpikir. Yara menantikan jawaban suaminya, dia berharap bisa ikut dengan suaminya dan memantau pria itu di sana. Yara tidak kau terus overthinking dengan apa yang suaminya lakukan di sana.

"Di Jakarta aku bekerja, bukan healing atau yang lainnya. Nantinya kamu di rumah terus sendiri, sama seperti disini. Sebab, aku akan sering berada di lokasi proyek dan menginap di sana. Di kota ini juga kan ada ibumu dan adikmu, kalau kamu kesepian minta saja mereka untuk menemanimu disini." Tolak Alva dengan halus.

Pikiran Yara bertambah tidak karuan, entah mengapa dia memiliki firasat yang buruk tentang suaminya. "Enggak masalah kok aku di tinggal terus Mas! Aku bisa ...,"

"Tolong, mengertilah. Di sana aku bekerja, untuk kita. Untuk masa depan kita. Apalagi, kita berencana untuk punya anak secepatnya. Punya anak butuh biaya yang tidak sedikit, kita harus pastikan dia cukup secara materi." Ucapan Alva membuat Yara tak bisa lagi berkata-kata. Wanita itu hanya diam tanpa menatap ke arah yang berbeda.

Mengerti istrinya kecewa, Alva meraih pipi sang istri dan mengelusnya dengan lembut. Sorot mata tajam nya, kini berubah lembut. Seakan, pria itu adalah dua orang yang berbeda.

"Apa sudah ada tanda-tanda kamu hamil?" Tanya Alva yang mana membuat Yara menggeleng ragu.

"Aku belum tahu, tapi sudah telat seminggu ini." Lirih Yara.

Senyum Alva merekah, "Kalau begitu, besok coba di testpack. Kamu masih punya testpack yang kita beli bulan lalu kan?" Seru Alva dengan semangat.

Kebahagiaan suaminya saat ini membuat Yara tersenyum, dia seakan lupa dengan kerisauannya tadi. Wanita itu pun mengangguk, dia akan melakukan apa yang suaminya minta. Dengan perasaan bahagia, Alva menarik Yara dalam pelukannya dan melabuhkan k3cupan hangat di kening wanita itu.

"Aku harap, kamu beneran hamil sayang." Bisik Alva.

Mendengar kata sayang dari suaminya saja sudah mampu menghangatkan hati Yara. Wanita tu membalas pelukan suaminya dengan erat. Keduanya lalu memejamkan matanya dan masuk ke dalam mimpi mereka masing-maisng.

.

.

 .

Yara tengah menatap dua benda persegi panjang di atas wastafel kamar mandi miliknya. Dia sedang menunggu hasilnya apakah dirinya beneran hamil ataukah tidak. Tak lama, dua garis merah tercetak pada benda pipih persegi panjang itu. Senyum Yara merekah, dia menangis bahagia. Lalu, dia mengelus perutnya yang masih terasa datar.

"Kalau Mas Alva tahu tentang ini, dia pasti bahagia banget." Gumam Yara dan bergegas mengambil testpack itu dan membawanya keluar.

Senyum Yara surut, dia pikir suaminya masih ada di kamar. Ternyata, pria itu sudah keluar kamar entah kemana. Helaan nafas berat terdengar dari wanita itu, dia berniat menaruh testpack di atas nakas. Namun, tiba-tiba sebuah ide terlintas di otaknya.

"Eh, apa aku buat kejutan saja untuk mas Alva? Aku taruh ini di ruang kerjanya, jadi ketika dia melihatnya. Mas Alva akan terkejut, dia pasti sangat bahagia." Gumam Yara dengan senyuman lebar.

Tanpa berlama-lama, Yara segera keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang kerja suaminya. Ruangan itu terlihat terbuka, jadi Yara tak perlu lagi membukanya. Dia pun masuk ke dalam ruang kerja suaminya dan segera mendekati meja yang biasanya pria itu gunakan untuk mengerjakan tugas kantornya.

"Mas Alva itu gila kerja, seminggu di rumah saja dia masih bekerja. Aku istrinya, selalu dia abaikan. Hais, terkadang aku iri dengan laptop dan tumpukan berkas miliknya." Gumam Yara seraya mencari tempat yang bagus untuk menyembunyikan testpack itu.

"Taruh dimana yah! Di laci aja kayaknya deh, biar gak langsung ketahuan." Gumam Yara dengan semangat.

Srett!!

Dengan perasaan bahagia, Yara akan meletakkan testpack miliknya di dalam laci meja itu. Namun, tak sengaja tatapan Yara menangkap sebuah buku kecil berwarna hijau. "Eh, disini ternyata Mas Alva menyimpan buku nikah kami." Gumam Yara seraya mengambil buku kecil itu.Dia menjadi urung menaruh testpack disana.

"Waah, kenapa Mas Alva tidak bilang yah kalau buku nikah kami sudah jadi. Tau gitu kan, aku menyimpan buku nikah ini." Ujar Yara lalu ia membuka buku kecil itu. Tiga bulan menikah, Yara belum mendapatkan buku nikah. Alva berkata, jika pria itu akan segera mengurusnya karena alasan yang tidak Yara mengerti.

"Eh, ini fotonya mas Alva. Ih tampan banget, pasti fotoku juga can ...,"

Deghh!!

Senyum Yara luntur seketika, jantungnya berdegup kencang. Matanya menatap nanar ke arah foto seorang wanita yang bersanding dengan suaminya. Buku nikah itu memang milik suaminya, tapi bukan bersamanya. Tentunya, Yara merasa di khianati. Tubuhnya bergetar hebat, air matanya pun luruh.

"Yara, apa yang kamu lakukan disini?"

Pandangan Yara terangkat, matanya menatap tajam suaminya yang melangkah mendekat ke arahnya. Sorot mata penuh kebahagiaannya tadi berubah menjadi tatapan kekecewaan dan penuh kebencian. Tanpa di duga, Yara melempar buku nikah itu pada wajah Alva yang mana membuat pria itu menghentikan langkahnya.

"Pantas kamu tidak mau aku ikut kamu ke Jakarta. Ternyata, kamu menyembunyikan selingkuhan kamu itu kan? Enggak perlu mengelak, semuanya sudah jelas. Buku nikah itu membuktikan kebusukan yang selama ini kamu simpan!" Sentak Yara dengan emosinya yang menggebu.

Alva memungut buku nikah miliknya yang sempat terjatuh. Dengan tenang, pria itu menegakkan tubuhnya dan menatap ke arah buku nikah yang baru saja di lempar oleh sang istri.

"TEGA KAMU MENIKAH DENGAN WANITA LAIN MAS!" Teriak Yara dengan histeris.

"Kamu benar, aku juga menikah dengan wanita lain. Dia Dayana, istri pertamaku." Penjelasan suaminya membuat dunia Yara serasa runtuh. Ternyata, ia adalah istri kedua suaminya.

Tubuh Yara luruh seketika, wanita itu memandang kosong ke arah lantai di hadapannya. Raut wajahnya terlihat datar, tapi air matanya terus turun. Fakta mengejutkan yang suaminya katakan barusan memberi pukulan kuat untuk perasaan wanita itu.

"Jadi, aku ... istri kedua? Itulah alasan mengapa buku nikah kita belum ada sampai sekarang. Karena pernikahanku denganmu belum di sahkan negara." Yara tertawa sumbang, wanita itu mendongak dan menatap suaminya yang seakan tak ada niatan untuk membujuknya.

"Apa aku hanya di jadikan sebagai pelampiasan mu saat kamu bosan dengan istrimu, bukan begitu Mas? Pantas saja, selama ini kamu bersikap cuek dan dingin. Aku pikir, memang itu sifat aslimu. Aku pikir, kamu sangat mencintaiku. Tapi ternyata ...." Yara kembali tertawa sumbang, dia mentertawakan kenyataan yang baru saja dia terima.

"Karena aku hanyalah istri kedua."

___

Terpopuler

Comments

Yuli Yanti

Yuli Yanti

maaf thor bru mamfir soal nya nunggu bab nya bnyk dlu,cuz ah lanjut bca

2024-05-25

2

Herni Haryani

Herni Haryani

betapa sakitnya hati yara dengan kenyataan yg ada,ternyata dia istri ke 2 alva ...

2024-06-07

0

Tri wahyuni Yuni

Tri wahyuni Yuni

ya Allah baru baca aja sudah nyesek banget rasanya 🥺🥺🥺

2024-06-22

0

lihat semua
Episodes
1 Buku nikah di ruang kerja Mas Alva
2 Keputusan Yara
3 Si kembar yang menggemaskan
4 Hampir bertemu
5 Kerinduan si kembar
6 Kedatangan Azka
7 Keputusan Azka
8 Kembali pulang
9 Tragedi
10 Pertemuan yang tak terduga
11 Hubungan kita belum selesai
12 Hubungan kita selesai, Mas!
13 Lepaskan salah satunya!
14 Tingkah si kembar
15 Pertemuan pertama Alva dan Jovan
16 Keputusan Yara
17 Di luar rencana
18 Berduka
19 OM ALPAAA!!
20 Terungkapnya keberadaan si kembar
21 Balasan kecil dari Azka
22 Rindu Ayah
23 Lujaaaaakk!!
24 Bertemu cucu
25 Kehebohan Grace
26 Kelakuan Alva yang meresahkan
27 Kita paloan yah
28 Kecemburuan Alva
29 Jangan buat Bunda menangis, Ayah
30 Kediaman Elgard
31 Dua puluh tujuh hari sebagai syarat
32 Perdebatan Azka dan Alva
33 Perjanjian
34 Ajakan makan malam
35 Tak pantas mencintainya
36 Tamparan tak di sengaja
37 Kelakuan keluarga Elgard
38 akta si kembar
39 Ku cemburu
40 Pergi bersama
41 Suasana yang hangat dan haru
42 Keadaan hati
43 Jovan sakit
44 Selalu dengan kehebohan
45 Tangisan tanpa suara
46 Kepasrahan Alva
47 Rekam hati seorang anak
48 Andaikan
49 Kembali ke rumah lama
50 Akhir dari persyaratan
51 Jenguk cucu
52 Tidak siap berpisah
53 Kejutan di hari sidang
54 Bukan perpisahan yang diinginkan
55 Tak ingin kehilangan
56 Ingin bertemu ayah
57 Masih mencintainya
58 Hati yang terluka
59 Takut
60 Hanya ketakutan
61 Si kompor meleduk
62 Rindu yang tak bisa di jelaskan
63 Terbayang akan penyesalan
64 Mulai membaik
65 Bertemu lagi
66 Onty cama angkel ngapain?
67 Kebahagiaan yang di inginkan
68 Rumah baruuu
69 Dia yang sangat menggemaskan
70 Pertemuan tak sengaja
71 Aku percaya dengan Istriku
72 Pesanan Oma
73 Aku ingin kejutanku sayang
74 Akhirnya ....
75 Wajah berseri Alva
76 Kedatangan Tuan Arlo
77 Respon si kembar
78 Tentang Tuan Arlo
79 Tidak kalah pedas
80 Kejutan di luar Kejutan
81 Pilihan Alva
82 Ingin bertemu
83 Lebih takut kehilangan kalian
84 Ego Tuan Arlo
85 kelakuan si kecil
86 Mual~
87 Calon adik si kembar
88 Vara yang merajuk
89 Ketegasan Alva
90 Calon debay~
91 Keanehan Malven
92 Lindunya nanti dulu, Vala lapal
93 Tendangan calon baby
94 Gara-gara si Owen
95 Copan kah begitu?
96 Pertama masuk sekolah
97 Mengidam
98 Paksu merajuk
99 Diresmikan
100 Gara gara Pr
101 Tuan Arlo
102 Obrolan santai
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Buku nikah di ruang kerja Mas Alva
2
Keputusan Yara
3
Si kembar yang menggemaskan
4
Hampir bertemu
5
Kerinduan si kembar
6
Kedatangan Azka
7
Keputusan Azka
8
Kembali pulang
9
Tragedi
10
Pertemuan yang tak terduga
11
Hubungan kita belum selesai
12
Hubungan kita selesai, Mas!
13
Lepaskan salah satunya!
14
Tingkah si kembar
15
Pertemuan pertama Alva dan Jovan
16
Keputusan Yara
17
Di luar rencana
18
Berduka
19
OM ALPAAA!!
20
Terungkapnya keberadaan si kembar
21
Balasan kecil dari Azka
22
Rindu Ayah
23
Lujaaaaakk!!
24
Bertemu cucu
25
Kehebohan Grace
26
Kelakuan Alva yang meresahkan
27
Kita paloan yah
28
Kecemburuan Alva
29
Jangan buat Bunda menangis, Ayah
30
Kediaman Elgard
31
Dua puluh tujuh hari sebagai syarat
32
Perdebatan Azka dan Alva
33
Perjanjian
34
Ajakan makan malam
35
Tak pantas mencintainya
36
Tamparan tak di sengaja
37
Kelakuan keluarga Elgard
38
akta si kembar
39
Ku cemburu
40
Pergi bersama
41
Suasana yang hangat dan haru
42
Keadaan hati
43
Jovan sakit
44
Selalu dengan kehebohan
45
Tangisan tanpa suara
46
Kepasrahan Alva
47
Rekam hati seorang anak
48
Andaikan
49
Kembali ke rumah lama
50
Akhir dari persyaratan
51
Jenguk cucu
52
Tidak siap berpisah
53
Kejutan di hari sidang
54
Bukan perpisahan yang diinginkan
55
Tak ingin kehilangan
56
Ingin bertemu ayah
57
Masih mencintainya
58
Hati yang terluka
59
Takut
60
Hanya ketakutan
61
Si kompor meleduk
62
Rindu yang tak bisa di jelaskan
63
Terbayang akan penyesalan
64
Mulai membaik
65
Bertemu lagi
66
Onty cama angkel ngapain?
67
Kebahagiaan yang di inginkan
68
Rumah baruuu
69
Dia yang sangat menggemaskan
70
Pertemuan tak sengaja
71
Aku percaya dengan Istriku
72
Pesanan Oma
73
Aku ingin kejutanku sayang
74
Akhirnya ....
75
Wajah berseri Alva
76
Kedatangan Tuan Arlo
77
Respon si kembar
78
Tentang Tuan Arlo
79
Tidak kalah pedas
80
Kejutan di luar Kejutan
81
Pilihan Alva
82
Ingin bertemu
83
Lebih takut kehilangan kalian
84
Ego Tuan Arlo
85
kelakuan si kecil
86
Mual~
87
Calon adik si kembar
88
Vara yang merajuk
89
Ketegasan Alva
90
Calon debay~
91
Keanehan Malven
92
Lindunya nanti dulu, Vala lapal
93
Tendangan calon baby
94
Gara-gara si Owen
95
Copan kah begitu?
96
Pertama masuk sekolah
97
Mengidam
98
Paksu merajuk
99
Diresmikan
100
Gara gara Pr
101
Tuan Arlo
102
Obrolan santai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!