The Eternal Witch

Ting

Etor

Laki-laki yang terpilih itu berdiri dari duduknya, entah kenapa wajah yang terbiasa bercanda kini menjadi serius saat namanya dipanggil kedepan.

Jari Etor membenarkan kacamata tebalnya, dia menoleh ke arah teman-temannya sebelum bersuara dengan penuh tekat.

"...aku...pergi" ucapnya yang kemudian melangkah pergi ke arah tengah lapangan.

Erika dan Kira menatap Etor dengan tatapan tak percaya, ibu jari Erika terangkat di ikuti dengan ibu jari milik Kira, mereka memberikan dukungan kepada teman mereka yang saat ini sudah bersiap masuk ke dalam lingkaran sihir teleportasi.

"ETORRR SEMANGATTT!!!" Teriak Kira dan Erika secara serentak.

Mendengar teriakan itu Etor berbalik sebelum masuk alat teleportasi itu, dia menunjukan gigi putihnya dan mengangkat jempolnya ke atas sebagai jawaban.

Mereka menghilang, dan layar monitor kembali menampakan gambar Hutan Belantara, alat teleportasi bersinar di dalam hutan menandakan mereka sampai di tempat tujuan mereka.

Hutan dengan yang di dominasi oleh pepohonan besar dan tanaman aneh menjadi tempat persinggahan mereka, mata Etor melihat sekeliling saat ia menemukan beberapa tanaman yang bisa ia gunakan sebagai senjata.

"Kita perlu strategi" ucap salah satu Siswa Sorcerer.

Semua orang menyetujuinya, mereka mengaguk setuju dan mulai berkumpul untuk mengatur strategi, beberapa menit berlalu sampai mereka memutuskan siapa yang akan menjadi penyerang dan siapa yang akan menjadi umpan.

"Penyerang sudah jelas semua dari siswa Sorcerer, tapi untuk umpan..." siswa itu menggantungkan kalimatnya, tatapannya tertuju pada siswa kelas Potion.

"Tidak perlu semuanya, hanya perlu satu atau dua orang yang berani mengambil resiko" kali ini siswa lain dari kelas Sorcerer yang berbicara.

Tanpa aba-aba Alzer mendorong Etor maju kedepan membuat semua mata tertuju padanya.

"Dia akan menjadi umpan" ucap Alzer menepuk pundak Etor.

"A-apa?" Etor terkejut dengan pengajuan yang tiba-tiba.

"Kau yang akan menjadi umpan..." Alzer menatap Etor dari atas ke bawah.

"Sekarang pergilah sesuai apa yang di rencanakan" ucap Alzer memperbaiki jubah Etor kemudian dengan sedikit kekuatan dia mendorongnya untuk pergi.

"Cobalah untuk tidak dimakan ular kembar" ucap Alzer yang kemudian menyuruh semua orang pergi ke posisi masing-masing.

Melihat apa yang terjadi dari Layar Monitor Erika dan Kira mengumpat karena kesal, bagaimana bisa pria itu menjadikan Etor umpan tanpa persetujuan dari pria itu.

Beberapa menit telah berlalu, Etor kini mengambil nafas dalam sebelum memetik bunga herbal yang secara liar tumbuh di sana, ia membalurkannya ke seluruh tubuh sebelum dia dengan langkah ragu mendekati ular kembar yang mengerami telurnya.

"Oh...tuhan..tolong selamatkan saya.." ucapan itu terdengar lirih dari bibir Etor yang gemetar.

Jarinya membenarkan kacamatanya yang sedikit longgar, dia menatap sekitar memikirkan cara bagaimana dia akan kabur nanti, dengan hati-hati dia mengarahkan jarinya ke mulutnya untuk menghasilkan siulan.

Piuwittt~

Suara itu membangunkan ular putih yang mengerami telurnya, terlihat ular itu menyemburkan racunnya ke arah Etor karena merasa terganggu, beruntungnya Etor bisa menghindar dan langsung berlari menghindari sang ular.

Ular itu mengejar Etor sambil terus menyemburkan racunnya, Etor berlari ke arah bebatuan terjal sambil mengambil salah satu ramuan yang Ia bawa.

Saat ia sampai di titik penyelamatan, ia melihat Alzer yang berdiri di sana, ia mempercepat larinya menuju Alzer untuk perlindungan.

Saat hampir sampai, tiba-tiba Alzer berlari ke arah sebaliknya, Etor berfikir Alzer akan menghabisi ular itu sebelum laki-laki itu dengan cekatan menginjak kepala ular dan melewati ular itu tanpa membantu Etor.

Etor terdiam saat di depannya merupakan tebing yang di bawahnya penuh dengan tumbuhan karnivora, ia berhenti berlari dan berbalik badan saat ia melihat ular putih itu siap menyemburkan kembali Racunnya.

Sssss

Ular itu mendesis saat akan mengeluarkan racunnya, dengan refleks Etor menyodorkan semprotan yang berisi ramuan yang ia keluar kan, namun kecepatannya masih kalah dengan racun ular yang menyebar dan membekukan tubuhnya yang menjadi batu.

Di stadion yang heboh Erika dan Kira merasa tak terima dengan apa yang terjadi di dalam hutan, perasaan kesal hadir di dalam hati mereka saat menyaksikan Etor berubah menjadi batu secara perlahan.

"...Alzer...dia sangat brengsek" umpat Erika yang kini menyaksikan wajah Alzer di layar monitor.

Terlihat Alzer tengah menghadapi ular hitam raksasa yang merupakan kembaran dari sang ular putih, ular itu menyemburkan nafas api yang akan membakar setiap benda yang ada di sekitarnya.

Dengan perisai yang ia buat dengan Energi Sihir, Alzer maju secara perlahan menangkal setiap api yang mengarah pada dirinya dengan perisai itu.

Saat sampai di depan sang ular, laki-laki itu melompat dan menggunakan pasir untuk membutakan mata ular, dia menciptakan puluhan lingkaran sihir yang kini mengeluarkan pecahan Es yang menghujam si Ular Hitam.

Ular itu terkapar tak berdaya karena tertusuk oleh ratusan pecahan Es yang Alzer gunakan, ia melihat kearah batu sihir yang merekam aktivitas mereka dari udara, tanganya bergerak mengambil bendera dengan lambang Akademi Gilforda dari mulut sang ular dan melambaikan ya ke arah Batu sihir itu.

Ia melihat teman-temannya yang sudah terluka karena menghadapi mahluk hitam itu, matanya melihat ke arah Etor yang sudah berubah menjadi batu, di sana masih terdapat ular putih yang menjaga laki-laki itu tanpa berpindah posisi.

"Setidaknya semua selesai" lirihnya yang kemudian melihat ke arah Etor dari kejauhan.

Di sisi lain Etor yang hampir menjadi batu berusaha sekuat tenaga menggerakkan jarinya untuk menyemprot ramuan yang ia bawa ke arah sang ular, dengan usaha kerasnya jari telunjuknya berhasil menekan semprotan itu, membuat percikan ramuan mengenai tubuh sang ular.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Tidak ada yang terjadi, tubuh Etor kini sepenuhnya berubah menjadi batu, sebelum tiba-tiba ular putih itu merasakan sesuatu di hidungnya, bau Elang penjaga yang tidak di sukai ular itu membuat hidung sang ular terasa gatal, sampai suatu saat..

Sssss...

Ular itu mendesis dan menyemburkan Racunnya kembali kearah Etor, bau nya semakin kuat membuat sang ular pergi dari sana untuk menghindari bau itu.

Perlahan terlihat jari Etor mulai kembali bisa di gerakan, wajahnya kembali normal, tanganya bebas dan kakinya bisa kembali berjalan.

Laki-laki berambut kuning dengan kacamata tebal itu terjatuh ke tanah saat tubuhnya terasa lemah akibat dirinya yang hampir saja mengalami kematian.

Dilain sisi di waktu yang sama Erika dan Kira menghela nafas lega, mereka hampir menangis akibat apa yang terjadi pada teman mereka. Beberapa saat berlalu, para petarung yang berhasil mengalahkan para ular itu kembali ke stadion, kehadiran mereka disambut oleh sorak Sorai oleh semua orang.

Penilaian di lakukan oleh pengawas acara itu, seperti biasa Profesor Seti dan Profesor Yumi dari pihak Sorcerer melakukan penilaian.

"Kali ini kalian bisa melakukan tugas itu dengan waktu dan nilai yang cukup sempurna" ucap Profesor Yumi dari layar monitor.

"Tapi cukup di sayangkan, karena lagi-lagi kerja sama tim kalian yang di pertanayakan, menjebak teman satu tim untuk mendapatkan pencapaian secara individu..."

"...itu bukanlah sesuatu yang bisa kami harapkan dari dibentuknya acara ini" lanjut Profesor Yumi setelah mengamati apa yang terjadi.

"Dan meninggalkan rekan tim kalian dalam bahaya bukanlah sesuatu yang bisa di banggakan, terutama kamu Alzer" Profesor Yumi secara langsung menyebut nama Alzer, membuat laki-laki itu hanya menunduk untuk mendengarkan.

Apakah Alzer merasa bersalah? Oh tentu tidak, laki-laki itu menundukkan kepalanya sebagai formalitas, ia tidak mau amarah sang Profesor menjadi semakin besar.

Beberapa saat setelah penilaian selesai, diputuskan acara akan dilanjutkan dihari esok, seluruh siswa kini berbondong-bondong meninggalkan stadion, begitupula dengan Erika dan Kira yang kini sudah berada di lorong kelas, mereka tengah menunggu Etor tempat itu.

Mata Erika menatap tajam ke arah Laki-laki yang kini tertawa dengan teman-temannya, dengan Amarah yang menyala-nyala gadis itu berjalan cepat kearah Alzer yang baru saja keluar, melihat gadis itu berjalan ke arahnya membuat Alzer tersenyum remeh, sebelum tiba-tiba...

PLAKKK!!