Velia diperlakukan dingin oleh suaminya, Kael setelah menikah. Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan dirinya malah mendapati Kael mengkhianati dirinya.
Dalam semalam, Kael menunjukkan sifat aslinya membuat Velia tak tahan dan mengakhiri hidupnya. Namun, Velia justru terbangun di masa lalu dimana dirinya belum mengenal Kael sama sekali. Apa yang akan di lakukannya pada kesempatan kedua ini? Apakah gadis itu berhasil mengubah takdir? atau justru menempuh jalan yang sama?
cr cover: https://pin.it/5RJgxu4Ex :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Itu ... maaf atas kejadian yang tempo hari. Aku memang dekat dengan Gaby, tapi kurasa dia salah paham tentang perlakuanku padanya. Jadi, bisa tolong pertimbangkan kembali soal—" jelas Kael, beberapa kali ia terlihat menggaruk kepalanya.
"Saya juga minta maaf, Pak. Tapi saya harus menolaknya. Terimakasih sudah jujur pada saya. Saya permisi," ucap Velia kemudian beranjak dari ruang rapat.
Ponsel Kael tiba-tiba berbunyi, layar menampilkan nama Gaby.
Kael: Halo?
Gaby: Kael, bisa ke tempatku malam ini?
Kael: Maaf, Gaby. Aku sibuk.
Gaby: Tapi aku sedang kurang sehat. Tolonglah.
Kael menghela napas, sebelum akhirnya mengiyakan permintaan wanita itu. "Aku harus mengakhiri ini secepat mungkin," pikir pria itu giginya menggeretak, rahangnya mengencang. Ia meremas telepon genggamnya dengan erat.
Di sisi lain Gaby duduk di ranjangnya. "Kaelion bajingan! Kau berniat untuk mengkhianatiku? Akan kupastikan kau tidak bisa lepas denganku," geram Gaby kemudian melempar bantal ke dinding.
Ternyata diam-diam ia telah memasang alat penyadap pada ponsel Kael saat pria itu tengah mabuk. Wanita itu meraih jaket yang tergantung di belakang pintu dan bersiap untuk keluar.
Gaby sibuk dengan ponselnya, mencari kontak seseorang dan langsung menelpon nomor tersebut. "Aku akan sampai dalam beberapa menit," katanya seraya memutus sambungan telepon dan masuk ke dalam taxi.
Beberapa menit kemudian, taxi yang ia naiki berhenti di depan gedung apartemen. Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah unit, dadanya berdebar. Kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus bermunculan.
"Apa ini pilihan yang tepat? Bagaimana jika suatu saat aku menyesalinya?" pertanyaan itu terus muncul di benak Gaby. Wanita itu menelan ludahnya dengan kasar, lalu mengetuk pintu di hadapannya.
Seorang wanita muncul di ambang pintu, "Gaby! Kau tiba lebih cepat dari yang kukira. Ayo masuk," ucapnya seraya menarik tangan Gaby.
"Aku tidak bisa lama, Cindy. Mana barang yang kuminta?"
Cindy mengerucutkan bibirnya, "Cih! Kau terlalu terburu-buru. Duduklah, aku akan mengambilnya dulu," pinta Cindy lalu berjalan masuk ke kamarnya.
Gaby menjatuhkan dirinya di sofa, ia menyapu seluruh ruangan dengan matanya. "Apartemennya terlihat nyaman, tapi apa yang membuatnya masih mencari uang tambahan dengan cara seperti ini?" batin Gaby lalu menyandarkan punggungnya.
Cindy menghampiri Gaby dengan langkah yang cepat kemudian duduk di samping wanita itu. "Ini," ucapnya sambil memberikan sebuah obat.
"Kau yakin ini bisa membuatnya tidak sadarkan diri?" bisik Gaby, sebelah alisnya terangkat.
"Gaby, obat perangsang ini tidak di jual bebas. Jangan meragukan efeknya," jawab Cindy pelan, nyaris tidak terdengar.
"Baiklah. Ini untukmu," ucap Gaby lalu memberikan beberapa lembar uang pada Cindy. Senyum Cindy langsung merekah ketika menerima bayarannya.
"Kau yang terbaik, Gaby!" balas Cindy kemudian mengantonginya segera. Gaby melirik jam yang ada di tangannya sebelum akhirnya berpamitan pada Cindy.
"Oh ya, kalau kau ingin kemungkinan yang lebih besar pastikan kalian berhubungan saat kau selesai datang bulan," ucap Cindy.
...****************...
"Ini obatmu, Gaby. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Kael seraya meletakkan jasnya di atas sofa.
"Sedikit membaik. Bagaimana kalau kita makan dulu? Aku sudah memasak makan malam untuk kita," ucap Gaby.
Kael meresponnya dengan anggukan, "Aku harus mencari dan menghapus video itu malam ini," batin Kael kemudian menerima semangkuk nasi yang diberikan wanita itu.
Setengah jam berlalu, Kael merasakan ada yang aneh pada tubuhnya. "Gaby, apa yang ada di dalam makanan tadi?" tanyanya seraya terus mengipasi dirinya dengan tangan.