NovelToon NovelToon
KEJEBAK CINTA

KEJEBAK CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Pernikahan rahasia / Mantan
Popularitas:575
Nilai: 5
Nama Author: Bunny0065

Sebagai murid pindahan, Qiara Natasha lupa bahwa mencari tahu tentang 'isu pacaran' diantara Sangga Evans dan Adara Lathesia yang beredar di lingkungan asrama nusa bangsa, akan mengantarkannya pada sebuah masalah besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunny0065, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sandaran

Angin berhembus sedang, merepotkan jemari lentik Natasha menyelipkan helaian rambutnya ke daun telinga.

Disadari Natasha banyak bergerak, Sangga menepikan sepeda dekat penjual aksesoris di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti di sini, katanya mau ke taman?" heran Natasha.

"Gue atasi dulu keresahan Lo," jawab Sangga.

"Gue nyaman kok dibonceng gini maju aja," kata Natasha.

Sangga mencabut bando merah bertelinga kelinci. "Harganya berapa, Bang?" tanyanya pada penjual aksesoris.

"Tambah lagi dong biar dagangan saya laris," tawar penjual.

"Gue cuma butuh benda ini, dijual apa enggak?"

"Buat cewek di belakang? Ambil aja gratis," ucap penjual.

"Makasih." Sangga merobek kemasan, berbalik badan memakaikan bando putih di kepala istrinya. 'Cantik,' memuji dalam hati.

Wajah Natasha bersemu merah, ditatap lama oleh Sangga.

"Keburu panas, jalan lagi," titah Natasha.

Sangga mengangguk, membayar sepuluh ribu benda dipakai Natasha meskipun tukang aksesoris menolak tidak ingin dikasih uang.

"Pegangan," ucap Sangga siap mengayuh kembali sepeda.

Belum terbiasa melalui hari bersama sedekat ini, Natasha memeluk canggung perut Sangga.

Sepeda melaju dengan kecepatan sedang sehingga Natasha dapat melihat jelas indahnya pemandangan gedung-gedung di sepanjang jalan raya menuju suatu tempat hendak dikunjunginya dan Sangga, Minggu ini.

"Suhu cuacanya panas, kita nyari yang dingin-dingin, Lo suka ice cream?" tembak Sangga.

"Suka."

Tiba di lokasi, Sangga mengerem sepeda, berhenti di kawasan taman Asteena yang cukup ramai pengunjung.

"Kita berteduh di pohon rindang itu, Lo duluan jalan ke situ, gue mau cari ice cream," kata Sangga menunjuk sebuah pohon di seberang.

"Iya."

Natasha menghampiri pohon berdaun lebat, bernaung di bawahnya menunggu Sangga membeli ice cream.

Sangga mendorong sepeda ke arah Natasha sambil menenteng plastik berisi ice cream bergagang stick.

"Gue beli semua varian ice, tinggal Lo pilih suka ice cream rasa apa," ucap Sangga menyerahkan jajanan.

"Makasih, ini banyak banget kayak bakal abis aja," kekeh Natasha menatap tumpukan ice cream dalam plastik.

"Sekiranya enggak akan habis, bagikan aja ke anak kecil di sekitar taman," saran Sangga.

Natasha merobek kemasan ice cream rasa anggur dan menggigit sedikit ujungnya.

"Gimana kalau muat gue habisin?" tanya Natasha.

Sangga duduk bersebelahan di samping Natasha.

"Kalau habis ya, bagus," gumam Sangga.

"Lo enggak nyoba? Ice cream nya enak loh, manis, kalau mau gue bukain satu," tawar Natasha.

"Gue enggak suka ice cream."

"Terus sukanya apa?"

Sangga membaringkan tubuh di hamparan rerumputan kecil dengan kepala diletakkan ke pangkuan Natasha.

Natasha membeku, berhenti mengunyah ice cream.

"Favorit gue minum kopi espresso," jawab Sangga.

"O-oh, kalau gitu kita cari kopi biar Lo enggak kehausan," gugup Natasha.

"Gue enggak haus butuhnya dikasih cium."

"Hah," beo Natasha.

Sangga memandang dari posisi tidurannya, tidak bicara apapun lagi.

Semakin gugup diperhatikan, Natasha tidak punya opsi lain untuk menghindari tatapan berbeda Sangga selain malu-malu merunduk mengecup hidung cowoknya.

Sangga terpejam sesaat menerima ciuman lembut.

Natasha mengangkat wajah meronanya, mengacuhkan lalu lalang pejalan kaki yang mencuri pandangan ke arahnya.

"Lo malu pacaran sama gue?" tanya Sangga.

"M-maksudnya?" terbata Natasha.

"Lo ragu-ragu memperlakukan gue di depan umum," sambung Sangga.

"Gue belum terbiasa bersikap romantis layaknya pasangan orang dewasa udah menikah," lirih Natasha.

"Tapi tindakan Lo mencium gue emang tulus kan?"

"Iya, gue tulus."

Disela menikmati ice cream sudah meleleh separuhnya, Natasha memberanikan diri mengelus surai hitam Sangga.

"Pasti Lo bertanya, kenapa bu Liza hadir di pernikahan kita?" lanjut Sangga.

"Lo baca pikiran gue?"

Sangga menggeleng. "Keterkejutan di wajah Lo pas lihat Bu Liza di hari pernikahan kita, gampang buat ditebak."

Natasha mengangguk.

"Papa gue namanya Evander, bunda gue, Bu Liza, adik gue, Adara Lathesia. Kami ditinggal Papa delapan tahun silam dalam keadaan ekonomi sedang bagus-bagusnya. Pada saat itu, gue masih kanak-kanak belum mengerti tentang keluarga, ketika pesawat ditumpangi almarhum Papa jatuh tenggelam di laut, gue pelanga-pelongo dengar tangis histeris bunda yang dapat kabar duka bersumber dari televisi. Begitu jenazah Papa di pulangkan ke rumah kami, oleh petugas ambulance rumah sakit tempat mengotopsi para korban, barulah tangis gue dan Adara pecah. Kepergian Papa menorehkan luka trauma bagi kami. Bunda jatuh depresi karena kehilangan sosok almarhum. Di fase itu, gue sama Adara sedih banget, gue menderita kehilangan kasih sayang seorang ibu, kehilangan peran Papa, yang lebih menyedihkan dibanding gue, itu Adara. Dia kehilangan kasih sayang dari anggota keluarganya karena bunda belum bisa menerima kenyataan pahit tersebut dan gue justru ikutan murung mengabaikan dia," curhat Sangga.

"Semenjak kehilangan Papa, bunda sedikit pilih kasih menyayangi anak-anaknya, selaku putra sulung, gue dituntut hidup mandiri dan mencintai Adara tanpa harus mengeluh. Bunda bilang, kasih sayang gue pengganti peran Papa buat Adara. Bertahun-tahun gue turuti kemauan bunda sampai menginjak kelas sembilan SMP, barulah gue capek ngasih perhatian ke adik gue karena gue ngerasa apa yang gue lakukan kepada Adara adalah salah."

Tidak berani memotong cerita mengalir dari mulut Sangga, Natasha hanya menyimak sambil menikmati ice cream.

"Perlakuan salah gimana?" tanya Natasha.

"Gue tidur sekamar sama Adara. Keseharian gue memperlakukan dia layaknya princess, sampai-sampai kasih sayang gue dijadikan ketergantungan emosional oleh dia," jelas Sangga.

Usapan jemari Natasha berhenti.

"Ketergantungan Adara berubah obsessive love disorder," tambah Sangga.

"Apa artinya?"

"Kondisi seseorang mengalami cinta yang obsesif dan tidak seimbang terhadap orang lain, itu hasil pemeriksaan psikiater yang menangani Adara waktu kelas sepuluh," imbuh Sangga membagi rahasia keluarganya selama ini ditutupi.

Natasha menelan ludah, tidak menyangka Adara mengidap gangguan psikologis, dan selama ini Sangga berjuang sendirian menjaga kewarasannya agar tidak tergoda oleh obsesi dimiliki adiknya.

"Kenapa Lo sembunyikan masalah sebesar ini? Gue enggak suka sikap tertutup Lo yang enggak mau terbuka kepada siapapun, lihat dampak negatifnya, Lo terjebak," sendu Natasha.

Sangga mengalihkan pandangan. "Ini masalah internal keluarga gue, orang lain enggak perlu tau apalagi ikut campur."

"Ternyata beban Lo berat banget ya," prihatin Natasha.

Sangga bangun, menepuk kaus belakangnya barangkali debu menempel.

"Gue nyesel cerita sama Lo," ucap Sangga.

"Maksudnya, Lo nyesel udah cerita ke gue?" ulang Natasha.

"Iya, intinya gitu."

"Kenapa nyesel, dari tadi kerjaan gue cuma dengerin selama Lo ngomong, gue enggak motong cerita Lo terus salahnya gue apa?" bingung Natasha.

Sangga melirik sekilas. "Karena Lo jadi khawatir."

1
Không quan tâm🧚‍
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Naruto Uzumaki
Bosen gak ada akhirnya!
Bunny Bear: Belum juga selesai, memang alur agak lambat sih
total 1 replies
minsook123
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!