Gadis berseragam abu abu putih yang selalu berpenampilan kumal dan kusut itu pernah memiliki banyak impian untuk masa depannya namun terpatahkan karena kecerobohan sendiri .
Dia Aluna , kehidupan yang begitu tak terarah membuatnya seperti anak bodoh yang tak pernah tahu apa apa saat berhadapan dengan rayuan maut lelaki padahal dia selalu juara kelas sejak sekolah dasar .
Meski tahu mana yang boleh dan tidak dilakukan tetap saja aluna akan pasrah dijamah oleh laki laki yang dicintainya .
Hidup tanpa di didik oleh seorang ayah membuatnya haus akan kasih sayang sosok laki laki sehingga mudah terkena bujuk rayu palsu yang menghancurkan dirinya .
Aluna mudah sekali terpengaruh oleh kata kata orang lain , mudah dibohongi dan dimanfaatkan sehingga mempersulit hidupnya sendiri karena aluna pasti akan menurut apa yang diinginkan laki laki itu.
Hal itu yang membuat hidup aluna hancur hingga kini .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adisti wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Bu sari tergopoh keluar kamar aluna dan mencari suara mertua ajaibnya itu .
" ada apa bu ? "
" mana wedang jahe yang kuminta tadi ? Keburu mati dulu kalau mau minta apa apa sama kamu , sudah dibilangi aku lagi gak enak badan disuruh gitu aja gak berangkat juga dari tadi , "
" maaf bu ..sari lupa tadi , "
" kamu ini gak pernah mikir tentang kebutuhan masa bisa lupa perkara buat wedang jahe saja, "
Bu sari lebih memilih ke dapur dari pada meladeni nenek tua itu .
Sudah kebal di telinga bu sari dengan ucapan menyakitkan itu namun tak disangka dengan sikapnya yang terlalu lembek itu justru membunuh mental anaknya .
" cepat sar , jangan bengong terus , terlalu banyak bengong juga gak dapat uang kamu , "
Sindir sani yang menganggap sari adalah beban hidupnya karena tak bekerja sehingga tak bisa memberinya uang .
Sari yang terlanjur kesal dan termakan sedikit ucapan aluna tadi seketika membiarkan wedang jahe itu tetap di meja dapur tanpa mengantarkan pada sang mertua .
Sari memilih ke kamar dan tidur bersama anak anaknya .
Lelah jiwa raga sari selama ini tetapi sampai saat ini belum juga ada nyali untuk melawan mertuanya .
Terdengar suara teriakan nenek sani memanggilnya namun bu sari pura pura tertidur lelap dan akhirnya berhenti sendiri .
" dasar menantu durhaka ..masa disuruh buat wedang jahe gak diantar malah molor , "
begitulah watak mbah sani , selalu ingin diratukan oleh siapapun tanpa memikirkan orang lain .
****
" lun , ibu gak punya sarapan buat pagi ini , itu ada singkong rebus sepotong ambil aja buat ganjal perut , "
Ucap bu sari merasa bersalah .
Aluna tak menyahuti tetapi mengambil potongan singkong itu dan berlalu pergi setelah memasukan ponsel dalam tas nya .
" ibu terlalu lemah dalam bersikap ,seandainya ibu mau berjuang dan siap mandiri bersama anaknya maka aku akan menjadi paling depan membantu mencari uang untuk adik adik meski tak seberapa , "
Batin aluna yang merasa perih dengan hidupnya sekarang .
Aluna sengaja berangkat lebih pagi karena hari ini dia ingin jalan kaki saja dari pada naik sepeda bututnya .
" kenapa jalan kaki lun ? "
Tanya bu sari .
" kalau ban bocor gak punya uang buat bawa bengkel , "
Jawab aluna datar dan segera melangkahkan kakinya untuk berangkat kerja .
Hari ini aluna sudah mulai mengerti apa yang harus dilakukan saat bekerja karena kemarin parjo sudah membuat jadwal dan apa saja yang perlu dilakukan saat toko mulai sepi .
setelah jam makan siang parjo sudah mengendarai sepeda motor maticnya dan memakai jaket levis warna biru serta tak lupa helm warna pink yang menurut luna aneh saja masa laki laki suka warna pink .
" si bos keluar ya lun ? "
Tanya rian mengagetkan aluna yang fokus memandang parjo .
" iya mas , "
" eh lun , kenapa tadi malam gak bales lagi ? "
" udah ngantuk mas , ketiduran aku , "
Jawab aluna berbohong agar rian tak tanya tanya hal itu lagi .
" aku tuh lagi sumpek lun , mau curhat sama kamu , "
Ucap rian dengan bibir mengerucut .
" curhat apa mas ? "
" ya itu ..kaya yang ku bilang tadi malam kalau mardiyah itu susah diatur , setiap hari harus bertengkar terus ,malas aku dirumah , "
" emangnya ada masalah apa mas ? "
Aluna kepo juga dengan ucapan rian .
" kita kan tinggal ikut mertuaku padahal aku punya warisan tanah kosong disebelah rumah kakakku , aku ingin bangun rumah disana tapi mardiyah gak mau , "
" terus apa alasanya mas ? "
" ya itu katanya orang tuanya kan semakin menua terus dia gak tega meninggalkan sendiri tapi masalahnya lun , semua gajiku itu sia sia karena keluarga mardiyah itu suka foya foya dan mardiyah selalu ikut ikutan dengan gaya hidup mereka terutama kakaknya itu , "
" sabar saja mas , mungkin suatu hari nanti mbak mardiyah sadar dan mau diajak bangun rumah sendiri , "
" mardiyah itu keras kepala lun dan itu tak mungkin terjadi , "
Tampak beban yang begitu mendalam dari sosok rian yang biasanya terlihat senyum ceria .
" ujian mas , kita tak bisa menghindar dan apapun yang terjadi kita harus siap jalani , "
" pemikiran kamu itu bagus lun , tidak seperti istriku yang selalu apa apa harus menuntut terpenuhi , terus terang saja aku lelah dengan sikapnya , "
" kalau aku bersikap seperti itu sama saja sia sia mas rian , emang siapa yang mau aku tuntut buat menuruti keinginanku ? gak ada kan , "
" iya juga sih , tapi kamu itu lembut juga penurut lun cocok buat jadi istri , "
Deg ..
Aluna menoleh dengan cepat kearah rian yang tersenyum penuh arti padanya .
" belum kepikiran jadi istri mas , dengar curhatan mas rian saja aku jadi ngeri mau bayangin nikah , "
Ucap aluna terkekeh .
" tidak semua mengalami hal yang sama lun , tergantung pasangannya bagaimana , "
" iya sih , tapi aku belum siap saja nikah sebelum benar benar matang dalam berfikir ,masih banyak yang harus dihadapi saat berumah tangga , iya kan mas ? "
" benar juga sih lun , "
Mereka berbincang tentang beban hidup masing masing , rian dengan sikap istrinya serta luna yang tertekan dengan sikap nenek serta ibunya .
Tak terasa hari sudah sore dan pukul 17.00 rian sudah jam pulang akhirnya aluna sendiri berada di toko.
Tak lama parjo datang namun sepertinya sudah dari rumah karena hanya memakai kemeja bermotif kotak kotak kecil serta celana hitam polos .
Rambutnya tampak basah sehabis keramas karena bau shampo menguar saat parjo masuk ke meja kasir .
" bagaimana hari ini lun ? "
" aman mas , "
" sudah mau magrib lun , setelah ini aku ada acara jam 7 jadi kamu selesaikan saja hitungan hari ini biar bisa cepat pulang , "
Aluna sumringah saat mendengar ucapan sang bos yang mengajak pulang lebih cepat .
Parjo sedang sibuk menutup pintu gerbang , aluna berjalan pulang dengan santai karena memang masih sore .
" kamu jalan kaki lun ? Bareng aku saja pulangnya , "
Ucap parjo .
" tidak usah mas aku lagi pengen jalan kaki , "
Jawab aluna tersenyum .
" tumben "
" malas ngayuh sepeda mas , udah 3 tahun bersepeda saat sekolah , "
Aluna tertawa kecil mengingat kadang kakinya suka pegel karena setiap hari bersepeda .
" ohh yaudah aku duluan ya , "
Aluna berjalan sambil bermain ponsel , berbalas pesan dengan isti yang sekarang membantu orang tuanya mengurus peternakan .
Isti ternyata masih berhubungan dengan deri dan katanya deri ingin segera menikah .
Isti yang sepemikiran dengan aluna pun masih ragu untuk menikah apalagi mereka baru saja lulus dan masih ingin menikmati kebebasan .
Selain itu keluarga isti yang selektif itu sepertinya sangat sulit menerima deri yang usianya masih jauh dibawah isti selisih 3 tahun .
Sekarang usia deri masih 15 tahun dan isti 18 tahun , kemungkinan yang sangat kecil jika mendapat restu dari keluarga isti yang sangat disegani itu .
" kenapa isti bingung sekali menyikapi deri , padahal tinggal bilang tunggu sampai cukup umur saja kan gampang sih , "
Gumam aluna lirih karena takut dikira orang gila saat bicara sendiri di jalanan .
" lun ..mau aku antar pulang ? "
Tanya rian yang tiba tiba muncul dengan sepeda kayuh .
" gak ah mas , aku jalan kaki saja , "
" tidak apa apa lun , aku ambil motor dulu ya .."
" gak perlu mas ,aku lagi ingin santai saja sambil jalan kaki ,"
" kok sudah pulang jam segini ? "
" mas parjo ada acara katanya jadi pulang cepat , "
Rian turun dari sepeda dan ikut berjalan sejajar dengan langkah luna .
" mas rian dari mana ? "
" beli rokok diwarung depan , ya sudah aku belok lun , "
Rian sudah sampai rumahnya dan luna melanjutkan perjalanan lagi .
Derrt ..
Pesan masuk diponsel jadul aluna dari rian .
Aluna menatap rumah laki laki yang baru saja bertemu dengannya itu .
( lun , hati hati dijalan dan jangan lupa makan ya )
" aneh sih rian itu , kaya perhatian gitu sama aku , "
Tingkah aneh rian membuat luna risih karena jelas jelas laki laki itu sudah beristri .
Aluna tak membalasnya dan lebih memilih menanggapi curhatan isti sang sahabat yang sedang dilema itu .
" luna , ngapain jalan kaki kamu ? Punya sepeda buat apa hahh ? "
Sentak mbah sani yang berada di rumah tetangga melihat aluna baru pulang kerja berjalan kaki .
" takut bocor gak punya uang "
Jawab luna singkat .
" gak menghargai banget dibelikan sepeda mahal mahal tapi tak dipakai , "
" ya udah buat nenek saja , nanti aku beli sendiri kalau udah punya uang , "
" kurang ajar kamu berani melawan ucapan orang tua , awas kamu kalau naik sepeda itu lagi , "
Aluna diam saja dan masuk kerumah , setelah meletakkan tas dikamar aluna segera ke dapur dan mencari sesuatu yang bisa dimakan .
Nasi masih hangat tapi hanya sisa sedikit sekali dan menempel di panci .
Sayur juga tinggal kuah sedikit di mangkuk kecil , dengan cepat aluna menuang sisa kuah sayur ke dalam panci nasi dan melahapnya hanya dengan 2 kali suapan karena memang sisa sedikit.
Aluna membuat teh tawar hangat dan meminumnya dengan cepat biar segera mencuci perabotan kotor lantas istirahat .
" nasinya mana sar ? "
Teriak mbah sani yang memindai meja dapur tanpa mempedulikan aluna yang sedang mencuci piring .
" ada di panci nasi biasanya bu , "
Jawab sari mendekati mertuanya yang celingukan mencari panci nasi .
" nyari apaan bu ? "
Tanya luna tanpa menoleh .
" cari panci nasi , nenek mau makan lun , lahh itu pancinya dicuci luna bu , "
Ucap bu sari menunjuk ke arah aluna .
" nasinya tinggal 2 suap sudah ku makan habis , aku lapar dari pagi belum makan selain sepotong singkong tadi , "
" dasar gak tahu diri kamu , neneknya kelaparan malah nasi dihabiskan ,terus aku makan apa sar ? "
Mbah sani marah marah karena nasi sesuap , aluna tertegun .
" benarkah aku tidak tahu diri hanya makan sesuap nasi di sini ? "
Batin aluna menahan tangis .
Lagi lagi bu sari diam tanpa membela anaknya .
Begitu pentingnya bakti pada sang mertua sehingga tak ada ruang untuk membela anaknya sendiri .