Kalista langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Julio, kakak dari sahabatnya yang merupakan seorang CEO muda. Selain memiliki ketampanan dan kerupawanan, Julio juga memiliki karakter yang sangat baik, penyayang dan tidak suka memandang rendah seseorang. Kalista jatuh hati padanya, terutama pada ketampanannya, maka bagaimanapun jalan yang harus ditempuh, Kalista akan mengejar Julio.
Ketampanan dia tidak boleh disia-siakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candradimuka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10.
"Sergio, gue udah beliin lo kopi jadi gue cabut sekarang, bye!"
Kalista tidak sempat memerhatikan bagaimana reaksi Sergio karena langsung berlari turun ke bawah, masuk ke mobilnya buat pulang apartemen. Kalista mendadak merasa waktu berputar cepat dan kalau tidak cepat-cepat, Julio bakal meninggalkannya alias tidak jadi mengajak Kalista ke pesta.
Dan itu tidak boleh terjadi!
"DADDY, I'M HOME!" teriak Kalista sebelum masuk ke kamar, mengunci pintu, sibuk berdandan.
Rahadyan cengo melihat kelakuan aneh anaknya lagi, untuk kesekian kali. Kayaknya salah satu kegiatan rutin Kalista setiap hari adalah berperilaku tidak masuk akal.
Sampai-sampai Rahadyan sering khawatir apakah anaknya butuh pendamping kejiwaan karena sepertinya karakter dia begitu complicated.
"Baby, kamu kenapa rusuh-rusuh? Sini keluar cerita sama Papa."
Kalista sibuk menjerit-jerit di dalam.
Pasrah terhadap ketidakwarasan anaknya, Rahadyan putuskan menunggu saja di depan televisi. Pria itu terfokus pada berita meskipun berulang kali mengintip pintu kamar Kalista sebelum tiba-tiba bel berbunyi.
Rahadyan bangkit, membuka pintu ... untuk menemukan Julio berdiri di aana.
"Halo, Om. It's been a while."
Rahadyan mencium hal busuk. "Kamu ngapain?" tanyanya curiga.
"Jemput Kalista?"
"GAK!" Rahadyan langsung melotot. "Siapa kata anak saya mau ikut kamu?! Gak bisa! Langkahin dulu mayat saya!"
Julio yang sudah diberi peringatan oleh Sergio bahwa Rahadyan itu gila sejak punya anak tetap saja terkejut. Padahal seharusnya tidak terkejut, karena semua orang tidak pernah lupa Rahadyan menyewa pengawal satu M cuma buat mengikuti anaknya di rumah seharian.
"Kak Julio udah dateng?" Suara Kalista mengalihkan perhatian mereka.
Tapi bahkan sebelum Julio bisa menyapa, Rahadyan lebih dulu menyambar. "Kamu ngapain dandan cantik-cantik begitu?! Papa enggak ijinin kamu ke pergi!"
Kayaknya izin pergi ini bakal memakan waktu.
*
Kalista tahu betul seberapa over protektif Rahadyan padanya. Sampai-sampai Kalista bahkan sudah malas meminta hak kebebasan sebagai manusia. Tapi untuk hal ini, Kalista rela mati asal dizinkan pergi.
"Papa, pliiiiiiiis banget. Yah yay? Sekali aja aku pergi sama Kak Julio. Sekaliiii aja, Papa."
"GAK!"
Julio berdehem, menarik perhatian mereka berdua. Walau yang paling tertarik adalah Kalista, terutama karena dehemen Julio membuatnya ingin berlutut, menyembah, berserah dan pasrah.
Do whatever you want to do with me, Ganteng.
"Sori, Om, aku enggak ngasih kabar dulu. Aku kira Kalista udah ngomong duluan."
Rahadyan melipat tangan. "Enggak usah sok sopan-sopan kamu sama saya. Mau kamu bawa sesajen juga saya enggak bakal restuin kamu sama Kalista! Sana pulang!"
"AKU LEBIH MILIH NINGGALIN PAPA BIAR SAMA KAK JULIO!" teriak Kalista spontan, tak mau jika Julio mengira restu adalah penghalang.
Walau sebenarnya Julio bukan minta restu tapi cuma mau bilang ini pesta biasa.
"Kalista! Bisa-bisanya kamu ngomong gitu soal Papa?!"
"Habisnya Papa mau ngalangin jodoh aku! Jodoh tuh penting Papa! Penting banget! Papa yang betah ngejomblo mana ngerti!"
Julio berusaha keras tidak tertawa. Nampaknya sekarang ia sudah tahu kenapa Sergio tergila-gila pada Kalista. Dia memang lucu dan sangat ... unik.
"Actually, Om, ini pesta ulang tahun 'adek' temen aku yang 'masih SMP'," ucap Julio, menekankan beberapa kata. "Terlepas dari urusan 'jodoh', aku ngajak Kalista karena dia bilang mau curhat soal kuliahan. Iya, Kalista?"
Sesungguhnya Kalista sangat pandai berbohong. Walau baru dengar soal curhat apalagi soal kuliah, Kalista langsung meyakininya terutama karena itu dari mulut ayang.
"Iya, Pa. Papa bolehin, kan?"
"GAK!"
Setengah jam kemudian barulah Rahadyan mengubah jawabannya dengan ancaman. Pria itu melotot pada Julio dengan mata yang berkobar dendam.
"Satu aja rambut anak saya rontok dari kepalanya, kamu saya mutilasi."
Julio berpegang teguh pada pesan Sergio yang berkata 'pokoknya Om Rahadyan tuh lebih enggak waras dari Kalista'. Dengan begitu Julio bisa menganggapnya biasa.
Akhirnya ia bisa membawa Kalista pergi, walau punggung Julio rasanya teriris-iris oleh laser tak kasat mata.
Tentu saja Kalista malu berat.
"Kak Julio, maaf banget. Harusnya tadi aku tuh bawa baju aja ke kantor biar Papa enggak cerewet. Hiks."
"Udah, enggak pa-pa." Julio menjalankan mobilnya santai. "Om Rahadyan begitu karena dia sayang sama kamu. Juga, Om Rahadyan punya sejarah bandel banget sebagai cowok, makanya dia takut kamu sampe ketemu cowok kayak dia."
Julio bisa mengerti itu, soalnya sebagai keponakan Rahadyan, Julio tahu betul seberapa bejad omnya dulu. Kalista adalah salah satu buktinya, kan?
"Tapi aku tuh enggak bego kayak Mama," keluh Kalista sebal. "Kalo ada cowok macem Papa yang deketin aku, udah pasti telurnya aku tendang."
Julio selalu dibuat tertawa saat bersama gadis ini. Malah dirinya jadi bingung kenapa Sergio bisa naik darah padahal Kalista selalu berkata hal konyol.
"Terlepas dari apa pun," Julio mengulurkan tangan, mengacak lembut rambut Kalista, "kamu hati-hati. Cowok punya sisi 'enggak bener' yang ada baiknya dihindarin sama perempuan baik-baik kayak kamu. Oke?"
Kalista tertawa dengan wajah bersemu manis. "Hehe, oke, Kak."
Sepanjang perjalanan, Kalista sangat amat menikmati percakapan kecil mereka sekalipun Julio memperlakukannya seperti adik saja. Mereka tiba di venue setelah menempuh perjalanan satu jam. Kalista bergegas turun menyusul Julio, berani memegang tangannya sekalipun tak disuruh.
Julio tak protes. Dia justru balas menggenggam tangan Kalista dan merangkulnya akrab.
Sekali lagi, bahkan kalau Julio menatapnya sebagai adik dan bukan sesuatu selain itu, Kalista tetap terpesona padanya sebagai seorang wanita.
Kalista tersenyum-senyum di samping Julio. Senang bisa bersamanya dan sedikitpun ia tak peduli pada pesta.
"Kamu mau kenalan sama temen-temen aku?" tanya Julio, menunjuk sekumpulan pria berpakaian necis yang semuanya berwajah tampan.
Kalista mengangguk malu-malu, gugup karena sekarang kesannya ia pacar baru Julio datang memasuki circle pertemanannya
"Oke." Julio membuka tangannya, meminta Kalista menggenggam dia lagi. "Leggo."
*
"Ehem." Julio berdehem, menarik atensi sekumpulan lelaki berwajah artis nan estetik yang Kalista yakin semuanya punya followers puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu.
"Happy birthday buat adek lo, Brand," kata Julio mengawali sekaligus menyerahkan kotak hadiah kecil darinya. "Sorry gue telat."
"It's okay. By the way thank you." Si Brand mengantongi hadiahnya dan langsung menatap Kalista. "And who is this little girl?"
"Hai, Kak." Kalista tersenyum cerah. "Aku Kalista, temennya Kak Julio."
Julio tertawa mendengar perkenalkan Kalista. Dia kembali mengacak rambutnya. "Ini sepupu gue. Kepengen liat pesta jadi gue ajak."
"Kak Julio, ih!"
"Emang iya, kan?"
"Udah kelas berapa, Kalista?" tanya mereka menatapnya seolah Kalista anak kecil.
Tentu saja Kalista menggembungkan pipi. "Aku udah enggak sekolah. Udah kerja."
"Serius?! Tadi gue pikir baru lulus SMP, loh."
"Aku enggak sependek itu, yah! Please deh!"
Julio ikut tergelak. "Bukan masalah pendek. Muka kamunya emang kayak anak SMP."
*
aaaahhhh sedihnya akuu
knpa harus yg terakhir ini😥😥😪😪
gmna nanti klanjutannya
ganas juga julio kalau dikasurrrr ya
biar uppp😊😃😁😂
plissssss up lagiiii
gmna reaksi sergiooooo😭😭😭😢