Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEREMPUAN MISTERIUS
RINDURINI Semakin melebarkan senyum sinis nya,
"Silahkan saja." Ucap Rindurini seakan menantang ancaman Inggarwati itu. Rindurini masih berdiri diluar teras Perguruan sambil memandangi alam sekitar nya.
"Apa yang sebenarnya sedang terjadi diluaran sana? Sudah beberapa kali ada gempa dan tiba-tiba ada angin kencang yang membuat daun-daun di pohon itu layu menguning? Apakah Perempuan itu yang sudah melakukan pertarungan dengan orang lain dan menyebabkan bencana alam seperti sebelumnya...???" Setelah Rindurini membatin begitu ia langsung masuk ke dalam Perguruan karena ia penasaran dengan siapa Perempuan Misterius itu.
Di dalam Pesanggrahan Perguruan Mawar Seroja, Wanita Misterius itu sedang dibaringkan di atas ranjang kapuk yang dilapisi dengan permadani tebal. Para Murid semua nya tak diperbolehkan masuk, Mereka diperintahkan untuk berjaga-jaga diluar perguruan untuk menghalau jika sewaktu-waktu ada bahaya datang.
Yang ikut membantu Sang Guru menyembuhkan Wanita Misterius itu hanya dua murid kepercayaan nya yaitu Rindurini dan Inggarwati. Hanya mereka berdua yang diperbolehkan masuk untuk mendampingi Guru nya.
Nyai Guru Ajeng Lestari berdecak sambil menggelengkan kepala nya karena kasihan melihat keadaan tubuh wanita itu sungguh memperihatinkan.
"Ckckck mengapa kau bisa terluka parah begini Dewi? Dengan siapa kau bertarung? Baru kali ini aku melihat mu terluka parah dalam pertarungan."
"Na..Nanti ku jelaskan! Tolong Sem..buh kan aku dulu Ajeng. Napas ku sesak, Aku sudah tak tahan lagi Ajeng!"
"Baik-baik aku akan segera menolong mu." Ujar Ajeng Lestari sembari mengajak dua murid kepercayaan nya itu untuk membantu nya.
Perempuan Misterius itu ternyata bernama Dewi Anjani, teman lama nya Ajeng Lestari ketika mereka masih muda dan berada di satu Perguruan yang sama. Ajeng Lestari sendiri sedang menceritakan cerita singkat soal hubungan dia dengan Dewi Anjani itu kepada dua murid nya.
"Dewi Anjani dan aku pernah berada di satu Perguruan, Nama Perguruan itu Padepokan Lintang Suci. Aku dan Dewi sudah lama bersahabat di Perguruan itu. Tapi semenjak Perguruan tempat kami hancur dan porak poranda karena serangan dari orang-orang Perguruan Badak Liar! Kami berpisah karena Guru kami saat itu menyuruh kami murid yang masih hidup untuk menyelamatkan diri masing-masing. Perlawanan kami kalah jumlah dan banyak teman kami yang mati daripada musuh kami. Perguruan Badak Liar memang musuh bebuyutan Perguruan tempat ku dan Dewi belajar ilmu Kanuragan. Guru ku yang bernama Nyai Sindang Rahayu sebenarnya adalah kakak dari pemilik Perguruan Badak Liar! Nama asli nya Aji Kameswara yang di juluki Badik Setan dari Selat Sunda! Semua murid nya diajarkan untuk merampok dan dibekali ilmu Kanuragan yang cukup tinggi oleh si Badik Setan itu! Sekarang nama perguruan itu telah berganti nama menjadi Walet Hitam, Sesuai dengan ajaran silat nya yang berilmu hitam!" Ucap Ajeng Lestari dengan nada suara menahan dendam.
Ajeng Lestari sendiri masih terbayang dengan kenangan terburuk dalam hidup nya ketika ia dan murid-murid perguruan itu sedang mempertahankan perguruan mereka dari serangan yang tak diduga sebelumnya. Saat itu mereka sedang berada di pelataran padepokan tempat para murid di gembleng oleh Guru nya. Pada saat para murid mendengarkan wejangan dari sang guru, Tiba-tiba saja perguruan mereka diserbu oleh kelompok orang-orang bersenjatakan kapak yang ternyata adalah para murid dari Perguruan Badak Liar. Lamunan Ajeng Lestari tergugah karena Dewi Anjani tersentak batuk-batuk. Dari sudut bibir nya keluar darah kental berwarna hitam dan berbau anyir.
Ajeng Lestari kaget dan segera memulai pengobatan nya. Dewi Anjani sebenarnya mendengarkan cerita dari Dewi Lestari sebelumnya, Namun keadaan nya yang semakin lemah dan sudah tak kuat lagi menahan nya hingga pada akhirnya ia tersentak batuk karena tenggorokan nya bagai sulit untuk bernafas. Dewi Anjani sudah siap-siap untuk di obati oleh teman lamanya itu dengan di bantu oleh kedua murid nya.
"Rindurini kau berdiri di samping kanan dekat pundak dan Inggarwati kau berdiri di samping kiri di samping pinggang." Mereka berdua segera mengikuti perintah Sang Guru.
Ajeng Lestari menekan kedua jempol kaki Dewi Anjani seraya berkata,
"Dingin sekali kaki mu Dewi! Aku rasakan getaran darah mu mengalir semakin pelan! Inggarwati! cepat buka kancing baju nya!"
"Baik Guru!" Tegas Inggarwati dengan patuh. Kancing baju sepanjang belahan dada sampai pusar itu di lepas kancing nya dan kemudian pakaian model Angkin itu disingkapkan ke samping. Dua buah dada Dewi Lestari nampak sekal sekali walaupun diperkirakan umur nya sudah tak semuda dulu. Tapi postur tubuh nya masih terlihat seperti perempuan berumur dua puluh tujuh tahun.
Kini keadaan badan Dewi Anjani polos tak terhalang pakaian nya lagi. Kulit Dewi Anjani sudah mulai mengelupas dan berbau anyir. Dewi Anjani sendiri tak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengerang menahan sakit. Ajeng Lestari lalu menekan ujung jempol itu dan memejamkan matanya. Ia sedang menyalurkan hawa murni nya ke dalam tubuh Dewi Anjani lewat pori-pori jempol kaki itu.
Tubuh Dewi Anjani mulai bergetar dan Ajeng Lestari segera berkata kepada Rindurini.
"Rindurini, cepat pegang pundak sebelah kiri dan kanan! Lalu salurkan hawa murni mu!"
"Baik Nyai Guru!" Rindurini segera melakukan tugas nya. Lalu Inggarwati pun di suruh melakukan hal yang sama, Namun Inggarwati disuruh menyalurkan hawa murni nya lewat pusar Dewi Anjani.
Sementara Guru mereka masih terpejam seraya masih menekan kedua ujung jempol Dewi Anjani. Tubuh Dewi Anjani semakin bergetar hebat dan asap tipis mulai muncul dari lubang mulut, telinga, dan hidung Dewi Anjani. Inggarwati dan Rindurini hanya diam tertegun melihat ke anehan itu dan kemudian Dewi Anjani tersentak batuk.
"Uhuk uhuk hoeeek!" Dewi Anjani memuntahkan darah kental berwarna merah kehitaman serta berbau Anyir.
Cukup banyak Dewi Anjani memuntahkan darah kotor itu dan membasahi leher nya. Perlahan nafas Dewi Anjani mulai teratur dan kini ia tertidur setelah gemetar di badan nya menghilang. Asap tipis yang keluar dari lubang tubuh Dewi Anjani telah menghilang secara gaib. Ajeng Lestari nampak berkeringat di dahi nya yang putih bersih itu. Perlahan mata indah berbentuk bundar itu membuka mata nya dan menghembuskan napas yang selama itu ia tahan sejak menyembuhkan Dewi Anjani.
"Sudah pakaikan kembali pakaian nya. Setelah itu biarkan dia istirahat dahulu." Ujar Ajeng Lestari kepada Inggarwati. Melihat raut wajah guru nya sedikit resah, Rindurini ingin bertanya namun tak jadi.
Inggarwati sedang mengancingkan pakaian Dewi Anjani kembali sambil sesekali melirik Rindurini yang pura-pura tak melihat nya. Kemudian sang guru berkata lagi kepada kedua murid nya.
"Inggarwati ikut aku ke ruang pertemuan, Rindurini kau di sini saja temani Dewi Anjani."
"Baik Nyai Guru!" Jawab Rindurini dengan patuh.
Rindurini hanya menunduk patuh saja kepada sang guru. Setelah Nyai Guru Ajeng Lestari sudah lebih dulu keluar ruangan penyembuhan itu, lalu Inggarwati tersenyum sinis kepada Rindurini sembari berkata,
"Kali ini aku yang menang bukan? Karena Nyai Guru lebih mempercayai ku daripada dirimu Rindurini!" Rindurini bertolak pinggang sambil menjawab ocehan Inggarwati.
"Terserah apa katamu Inggar! Aku tak peduli akan ocehan mu itu!"
"Hahaha selamat tinggal Rini! Pasti Nyai Guru akan memperbincangkan hal ini kepadaku!" Ucap Inggarwati sembari meninggalkan ruangan itu.