BUKAN MENANTU SAMPAH

Hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk mereka berdua karena berhasil membujuk kenalan Tina untuk dijadikan kandidat sebagai istri Abi.

Berbagai cara dengan bermulut manis membuat perempuan itu mau dijanjikan untuk menjadi nyonya Abi.

Jika perempuan itu tau kebenarannya bahwa dua orang yang barusan merayunya adalah nenek sihir yang berkedok berbentuk manusia.

Siapa yang mau memiliki mertua dan ipar yang sedang melakukan cosplay menjadi ibu tiri bahkan kekejamannya melebihi.

Menyiksa karena perbedaan status sosial bukanlah suatu alasan yang besar tapi bagi mereka berdua itu sangat memalukan di keluarga besar mereka karena harta adalah yang paling utama.

"Ternyata semuanya berjalan dengan lancar dan tinggal menyingkirkan upik abu yang ada di rumah lalu menggantikan dengan Cinderella yang bisa dibanggakan ke mana saja,''

Sangat bahagia bahkan melupakan kewajiban dia sebagai seorang istri yang masih memiliki suami.

"Kapan papa pulang bu?"

Tina tidak ingin saat papanya pulang tapi mereka berdua tidak ada di rumah sudah pasti akan menjadi tanda tanya besar di kepala papanya.

Memang mereka sengaja menginap di rumah Abi karena papanya lagi ada tugas di luar kota jadi mereka bebas mau ke mana saja dan tidak pulang sesuai keinginan hati mereka.

"Papa pulang Minggu depan,"

Semakin lebar senyum mereka berdua karena masih memiliki kesempatan seminggu lagi untuk menyingkirkan posisi Kasih sebagai istri Abi dan menggantikan dengan yang baru.

Itupun jika rencana mereka berhasil.

Kadangkala kenyataan tidak sesuai dengan harapan jadi jangan terlalu berharap pada sesuatu yang belum pasti.

"Iya Bu pokoknya rencana kita harus sudah berjalan dengan lancar sebelum papa pulang karena jika papa di rumah ruang gerak kita terbatas,"

Walaupun mereka berdua kejam kepada menantunya tapi masih ada satu orang yang membuatnya mereka ciut hingga tidak berani menunjukkan taring karena tidak ingin hal yang tidak diinginkan terjadi seperti penyitaan kartu kredit yang bisa membuat mereka frustasi karena tidak bisa berbelanja dengan bebas.

Orang-orang seperti mereka hanya ada uang yang di kepalanya dan akan pusing jika materi yang dimiliki dalam jumlah terbatas.

"Pokoknya besok kita ajak dia ke rumah,"

Membahayakan bagaimana nanti reaksi Kasih saat membawa perempuan itu datang ke rumah Abi.

Dan nanti secara gamblang dia akan mengatakan bahwa perempuan itu adalah calon istri Abi yang mereka inginkan.

Ya seperti itu akan menyadarkan Kasih bahwa dia memang sampai kapanpun tidak bisa menjadi menantu idaman yang seperti Ibu Asri harapkan.

"Iya Bu biar dia sadar siapa dia dan apa posisinya,"

Tersenyum licik membayangkan apa yang akan terjadi dan akan tertawa bahagia saat melihat wajah iparnya itu tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya menurut.

Seharusnya dia juga mengumpamakan kejadian ini jika di kemudian hari dia memiliki mertua dan ipar yang tak kalah kejam seperti perbuatan mereka sekarang. Apakah dia akan sesabar kasih atau melawan karena tidak terima diperlakukan rendah tapi sekarang dia tidak menyadari bahwa perlakuan kita hari ini akan kita bayar tunas suatu hari nanti walaupun melewati orang lain.

Malam hari.

"Tapi besok sibuk nggak di kerjaan?"

Mereka telah selesai melaksanakan makan malam dan masih duduk di kursi meja makan sambil menikmati dessert yang baru saja dihidangkan.

Menatap ke arah wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu sebelum menjawab pertanyaannya.

"Sepertinya besok akan sangat sibuk Bu dan juga Abi belum tentu bisa makan malam bersama di rumah jadi jangan tunggu Abi pulang saat jam makan malam,"

'ini yang Ibu inginkan dan semoga memang Abi pulang telat hingga Ibu bebas sesuka hati besok untuk membawa perempuan itu pulang menunjukkan di mana dia akan tinggal nanti jika menikah dengan Abi'.

Tersenyum dalam hati karena seperti Tuhan sedang berpihak kepadanya hingga memuluskan rencana dengan keterlambatan Abi pulang besok.

Semakin lambat Abi pulang maka semakin lama juga perempuan itu ada di rumah dan mereka bebas untuk menekan kasih agar segera sadar dari posisinya dan pergi dengan sendiri.

"Baiklah kami istirahat duluan ya Bu dan ibu serta Tina jangan larut malam untuk tidur,"

Bangkit dari duduknya lalu merangkul kasih menuju kamar mereka yang berada di lantai dua.

Setelah posisi Abi membelakangi mereka Bu Asri menggerutu kesal karena tidak bisa berbuat apa-apa saat ini saat kasih tadi tersenyum sebelum pergi dari meja makan.

Seolah-olah gadis itu sedang mengejek dirinya akan ketidakberdayaan Bu Asri dan hanya bisa jadi penonton kemesraan mereka.

"Lihat saya besok penderitaan akan lebih dari hari sebelumnya,"

Bangkit juga dari duduk untuk segera beristirahat mengumpulkan tenaga demi hari bersejarah besok yang akan sangat membuat dia bahagia.

Sepanjang jalan menuju kamar Bu Asri terus berkomat-kamit entah apa yang diucapkan hingga masuk ke dalam kamar lalu sedikit membanting pintu yang tidak bersalah hingga menimbulkan dentuman yang kuat.

"Menjengkelkan sekali wajah itu,"

Bu Asri tidur dengan membawa kekesalan dalam hati bahkan hingga terbawa ke alam mimpi di mana dia melihat kasih dan Abi tampak mesra dan sangat bahagia.

Melihat kemesraan itu membuat dada Bu Asri terbakar walaupun tanpa ada api.

Matanya sakit melihat menantu yang tidak diinginkan bermesraan dengan anaknya dan ingin sekali dia memisahkan mereka dan membuang Kasih jauh-jauh dari kehidupan anaknya.

Jika Bu Asri sedang kesal maka berbeda dengan Abi yang sedang bermesraan dengan istrinya.

"Besok ikut aja Mas kerja ya,"

Ajak Abi kepada kasih dan entah mengapa dia ingin berada di sisi istrinya dan tidak mau berjauhan barang sedikit pun.

Kasih menggeleng sebelum menjawab ucapan suaminya.

"Kalau aku ikut yang ada mas Abi bukannya bekerja tapi mengerjai aku,"

Kasih menolak dengan halus karena dia tidak bisa menjamin suaminya akan fokus bekerja jika dia ikut dan akan dikerjain oleh suaminya terlebih dahulu.

Walaupun dia suka tapi tidak seharusnya mengganggu pekerjaan yang bisa menumpuk dua kali lipat jika waktu mereka habiskan untuk bermesraan.

"Tapi entah kenapa Mas nggak rela meninggalkanmu di rumah sendirian dan masih ingin selalu melihatmu setiap saat,"

Entah itu keinginan atau firasat tapi yang jelas tapi berkeinginan besar mengajak istrinya bersama daripada meninggalkan di rumah.

Ingin selalu berdekatan dengan istrinya dan menghabiskan waktu bersama walaupun itu jam kerja.

Padahal tanpa mereka berdua sadari bahwa kenyamanan kasih besok memang sudah terancam sejak awal dan akan membuat kasih tidak nyaman satu hari besok.

Apakah sebesar itu cinta Abi kepada Kasih hingga dia tahu atau memiliki firasat bahwa tidak baik meninggalkan istrinya sendirian di rumah.