NovelToon NovelToon
Perjodohan Berdarah Menantu Misterius

Perjodohan Berdarah Menantu Misterius

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Portgasdhaaa

Di dunia yang hanya mengenal terang dan gelap, Laras adalah satu-satunya cahaya yang lahir di tengah warna abu-abu.

Arka, seorang lelaki dengan masa lalu yang terkubur dalam darah dan kesepian, hidup di balik bayang-bayang sistem dunia bawah tanah yang tak pernah bisa disentuh hukum. Ia tidak percaya pada cinta. Tidak percaya pada harapan. Hingga satu pertemuan di masa kecil mengubah jalan hidupnya—ketika seorang gadis kecil memberinya sepotong roti di tengah hujan, dan tanpa sadar... memberinya alasan untuk tetap hidup.

Bertahun-tahun kemudian, mereka bertemu kembali—bukan sebagai anak-anak, melainkan sebagai dua jiwa yang telah terluka oleh dunia. Laras tak tahu bahwa lelaki yang kini terus hadir dalam hidupnya menyimpan rahasia gelap yang mampu menghancurkan segalanya. Rahasia yang menyangkut organisasi tersembunyi: Star Nine—kekuatan yang tak tercatat dalam sejarah, namun mengendalikan arah zaman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Portgasdhaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Club Nyx

Di pusat kota yang tak pernah benar-benar tidur, ada sebuah bangunan yang selalu hidup selepas tengah malam—Club Nyx.

Dari luar, klub malam itu tampak seperti tempat hiburan kelas atas. Gedung tiga lantai dengan lampu-lampu neon biru menyala angkuh di antara bangunan-bangunan tua di sekitarnya. Deretan mobil mewah sering terlihat parkir di depannya, dan antrean panjang anak muda berbusana mencolok mengular hingga ke trotoar seberang.

Dentum musik menggetarkan dinding, aroma alkohol, parfum mahal, dan keringat berpadu membentuk campuran khas malam-malam liar. Para tamu dari sosialita, pengusaha, sampai politisi, bercampur tanpa hirarki. Seolah-olah semuanya setara dalam gelap.

Namun tak banyak yang tahu, bahwa pesta sebenarnya tidak terjadi di lantai dansa.

Di lantai paling atas, tersembunyi dari mata siapa pun yang tidak tahu cara mencarinya—terdapat sebuah ruang rahasia yang dikenal dengan nama Sarang Gagak.

Tidak ada petunjuk yang mengarah ke sana. Tidak ada akses lift atau tangga terbuka. Satu-satunya jalan masuk hanyalah lorong sempit di balik bar utama, dijaga oleh dua pria bertubuh besar yang tak pernah tersenyum. Mereka tidak memakai seragam, tidak menyebut nama, namun setiap gerakan mereka seperti pengingat hidup bahwa mereka bisa membunuh tanpa suara dan tanpa bekas.

Di balik pintu baja berlapis suara itu, pesta berubah menjadi rapat. Tawa berubah menjadi bisikan. Dan hiburan berubah menjadi ancaman.

Sarang Gagak adalah markas dari kelompok kriminal yang selama ini hanya terdengar lewat bisik-bisik di antara polisi, mafia kecil, dan politisi korup.

Burung Gagak.

Mereka bukan gangster jalanan yang gemar berkelahi di lorong gelap dengan parang dan pisau lipat. Bukan pula kartel flamboyan yang suka memamerkan kekayaan atau berswafoto dengan senjata.

Burung Gagak adalah bayangan.

Mereka hadir di setiap sudut gelap kota—mengendalikan jalur distribusi narkoba, jaringan prostitusi kelas atas, penyelundupan manusia, dan bahkan lalu lintas informasi rahasia. Mereka menjual apa pun, mencuri apa pun, dan—jika harganya tepat—mereka membunuh siapa pun.

Yang membuat mereka berbahaya bukan hanya kekerasan, aturan merea yang sederhana dan mengerikan.

“Bayar cukup—dan kami akan mencarikan cara.”

Penculikan? Bisa.

Pembunuhan? Sudah biasa.

Pembersihan bukti, sabotase, manipulasi digital, framing, intimidasi media? Semua dalam daftar layanan.

Mereka bukan sekadar gangster. Mereka adalah penyedia jasa kegelapan—agen profesional untuk pekerjaan paling kotor yang tak ingin dilakukan sendiri oleh orang berkuasa.

Bahkan banyak yang percaya, jika sebuah tragedi besar terjadi di kota ini tanpa pelaku yang jelas, maka kemungkinan besar Burung Gagak-lah dalangnya.

______

Malam itu seharusnya berjalan seperti malam-malam sebelumnya.

Dua pria kekar berdiri sigap di depan lorong sempit yang tersembunyi di balik bar utama Club Nyx. Mereka bukan penjaga biasa, melainkan pelindung gerbang menuju lantai paling rahasia dari bangunan itu—tempat yang bahkan sebagian besar staf klub tak tahu keberadaannya. Mata mereka tajam, bahu mereka kokoh. Meski tidak berbicara, mereka kerap bertukar pandang secara halus—semacam isyarat rutin untuk memastikan situasi tetap terkendali.

Salah satunya sempat menguap, namun ditahan dengan cepat. Satunya lagi memeriksa kembali posisi sarung senjata yang tersembunyi di balik jas hitam rapi yang mereka kenakan. Sudah bertahun-tahun mereka menjaga titik ini. Klub boleh berganti musik, pengunjung boleh berganti wajah, tetapi lorong menuju lantai atas itu tak pernah dibuka untuk sembarang orang.

Namun, malam itu sesuatu terasa… ganjil.

Suara ketukan sepatu berhak tinggi mulai terdengar dari kejauhan. Pelan, namun mantap. Setiap langkahnya memantul di lantai marmer, menciptakan ritme perlahan yang terasa seperti aba-aba kematian.

Mereka menoleh hampir bersamaan.

Seorang wanita tengah melangkah ke arah mereka—sendirian, namun auranya mengisi seluruh lorong itu seketika. Usianya diperkirakan awal tiga puluhan. Wajahnya cantik dengan fitur tegas, menggoda namun berbahaya. Rambut hitam legamnya tergerai bebas, tampak berantakan namun tak kehilangan kesan sensual yang liar. Bibir merah darah, mata yang menyipit tajam seolah mampu menembus batin orang yang menatapnya.

Namun bukan parasnya yang membuat keduanya menegang. Melainkan pakaiannya.

Ia mengenakan jubah putih panjang—seperti milik seorang dokter. Jubah itu terbuka sebagian, memperlihatkan gaun hitam ketat di dalamnya yang mempertegas lekuk tubuh dengan begitu terang-terangan. Kontras dengan dunia malam yang hingar-bingar, ia tampak seperti anomali—atau mungkin, peringatan.

Salah satu penjaga menyipitkan mata, mencoba mencairkan suasana dengan setengah canda.

“Ini bukan tempat untuk pengobatan, Dokter,” gumamnya rendah.

Wanita itu tidak tersinggung. Ia hanya tersenyum tipis—senyum yang tidak menawarkan kehangatan, apalagi keramahan. Senyum itu hanya mengandung satu hal, ancaman yang terselubung di balik pesona.

Langkahnya terhenti beberapa meter di depan mereka. Satu tangannya perlahan masuk ke dalam saku jubahnya. Tidak terburu-buru. Tidak mengintimidasi. Namun cukup untuk membuat salah satu penjaga menegakkan tubuhnya dengan gerakan refleks.

“Ara~ Aku pikir... seseorang membutuhkan perawatanku malam ini,” ucapnya dengan suara pelan, lembut, dan nyaris mendesah—seperti lilin yang meleleh perlahan di tengah malam yang sunyi.

Tatapan kedua penjaga menjadi lebih waspada. Mereka tetap diam, namun kini lebih siaga. Ada sesuatu dalam intonasi perempuan itu yang tak bisa dijelaskan secara logis, namun jelas bukan sesuatu yang mereka anggap sepele.

Mereka adalah profesional. Tubuh, insting, dan saraf mereka telah dibentuk untuk menghadapi hal-hal tak terduga. Mereka tidak terpancing oleh senyum, tidak goyah oleh kecantikan. Tapi malam ini, sesuatu mengusik naluri mereka lebih dalam daripada biasanya.

Yang bertubuh lebih tinggi, akhirnya berbicara. Suaranya rendah, tenang, tapi sedikit terdengar kaku, seperti mencoba menekan rasa tidak nyaman yang mulai merayap.

“Nona, sepertinya Anda tersesat. Silakan bertanya ke bartender kalau Anda membutuhkan sesuatu.”

Perempuan itu tidak langsung merespons. Ia hanya menatap mereka. Tatapan itu tidak menunjukkan amarah, tidak pula keberatan, hanya… seperti seseorang yang sedang memilih siapa yang lebih dulu dijatuhkan.

Kemudian, senyum kecil kembali muncul di sudut bibirnya.

“Gimana yah…” ujarnya pelan dengan nada menggoda. Jemarinya mengangkat santai, menunjuk ke arah lorong yang dijaga ketat di belakang mereka.

“Aku ingin ke sana~.”

Nada suaranya seperti alunan musik. Manja, bergetar, namun tidak menyenangkan. Gerakannya ringan, nyaris kekanak-kanakan, namun justru membuat keduanya menggenggam erat sarung senjata mereka.

Ketegangan menggantung di udara. Dunia luar seolah menjauh. Musik dari lantai dansa yang semula berdentum kini hanya terdengar samar, seperti gema jauh dari kehidupan lain yang tak relevan.

Dan sebelum salah satu dari mereka sempat bereaksi…

Sebelum tangan mereka sempat meraih senjata sepenuhnya…

Tubuh mereka mendadak kehilangan kendali.

Mata mereka membelalak. Leher mereka menegang. Bibir bergetar seperti hendak berkata sesuatu, namun tak satu kata pun berhasil lolos.

Salah satu dari mereka jatuh berlutut, tubuhnya terhuyung seperti kehilangan gravitasi. Yang satunya lagi panik, kedua tangannya meraba leher sendiri seolah hendak mencabut sesuatu yang tak terlihat namun tengah mencekik dari dalam.

Otot-otot melemah. Saluran napas tersumbat. Dunia mereka berguncang dalam diam.

Dan perempuan itu masih berdiri di tempat semula. Tenang, dingin, bahkan… nyaris terlihat menyesal.

“Ara~ Maafkan aku…” ucapnya sambil mencondongkan tubuh sedikit ke depan. Suaranya lembut, seperti anak-anak yang meminta maaf karena memecahkan gelas.

“Sepertinya… aku salah menyuntikkan serum kepada kalian…”

Dengan langkah ringan dan anggun, ia melewati dua tubuh yang kini hanya mampu merangkak di lantai dingin, menggeliat seperti binatang yang sedang sekarat.

Mereka mencoba melawan sesuatu yang tak terlihat. Mungkin racun. Mungkin jarum mikroskopis. Mungkin… keduanya.

Tapi tak ada yang bisa mereka lakukan.

Sepatu heels-nya kembali mengetuk lantai—pelan dan pasti. Suaranya lembut, namun setiap dentingnya seperti palu kematian yang perlahan menghantam nadi.

Tak ada yang mencoba menghentikannya.

Tak ada yang mampu.

Langkahnya lenyap di balik lorong gelap. Meninggalkan dua tubuh yang terkulai dan aroma kematian yang nyaris tak tercium.

Valentia menari dalam senyap luka, tangannya menyembuhkan… atau mengakhiri

 

 

1
Marga Saragih
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Marga Saragih
hhh tarik napas
Marga Saragih
/Hammer//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Marga Saragih
oh ternyata
Marga Saragih
😰😰😰😰😰😰😰😰
Marga Saragih
napas dulu
Marga Saragih
balas dendam yang mengerikan
Marga Saragih
bocil ni bos senggol dong /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Marga Saragih
tegang banget
Marga Saragih
keren abis
Marga Saragih
baper abis
Marga Saragih
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Marga Saragih
lucu juga senyum sendiri
Marga Saragih
siapa arka sebenarnya?
Marga Saragih
menguras emosi
Marga Saragih
/Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Marga Saragih
gemes thor
Hamdan Almahfuzd: Kok gemes😭 perasaan aku bikin adegan horor deh🙄
total 1 replies
Marga Saragih
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Marga Saragih
/Ok//Ok//Ok/
Marga Saragih
kayanya Arka mafia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!