NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Bayangan yang Kembali

Langit malam membungkus kota dengan kesunyian yang pekat. Di gedung pusat organisasi mafia Nayla, aroma kopi yang baru diseduh mengisi ruangan ketika Nayla berjalan menyusuri koridor menuju ruang pengawasan. Pikirannya masih terjebak pada satu kata yang menggema dari bibirnya kemarin: "Adrian."

Namun, pria itu telah mati. Dia menyaksikannya sendiri. Tubuh Adrian tak bernyawa, terbaring dengan luka tusukan di dadanya, darah mengalir perlahan seperti mengisyaratkan perpisahan yang menyakitkan. Tapi, bagaimana mungkin dia kembali?

"Mungkin aku hanya terlalu lelah," gumam Nayla sambil membuka pintu ruang pengawasan.

Ia menatap layar yang memperlihatkan aktivitas lantai bawah. Para calon anggota baru berdiri berbaris, sebagian tampak gugup, lainnya tampak percaya diri. Lalu matanya terpaku pada satu sosok. Wajah itu... tak mungkin. Sorot matanya dingin, cara berdirinya sama persis seperti Adrian. Bahkan luka kecil di bawah mata kirinya pun serupa.

"Perbesar kamera dua," perintah Nayla. Petugas segera melakukannya.

Kini wajah pria itu memenuhi layar. Napas Nayla tercekat.

"Itu... Adrian... atau seseorang yang sangat mirip dengannya."

Nayla turun ke bawah tanpa memikirkan hal lain. Suaranya menggema lantang, membuat semua calon anggota menoleh.

"Yang di baris ketiga. Kamu, ikut aku."

Pria itu menoleh. Wajahnya kaku. Dia mengikuti Nayla tanpa banyak bicara. Mereka melangkah ke ruang briefing yang kosong.

"Siapa kamu?" tanya Nayla.

Pria itu menatapnya dengan bingung. "Nama saya Azrael."

"Jangan bohong padaku. Kau mirip sekali dengan seseorang..."

"Saya sering dibilang begitu. Katanya saya punya wajah yang familiar. Tapi saya tidak tahu siapa orang itu. Saya dibesarkan di panti asuhan di luar negeri."

Nayla menatapnya lebih dalam. Suaranya berbeda, memang. Tapi ada sesuatu yang tidak bisa dia abaikan. Gesturnya. Ekspresinya. Bahkan cara dia menghindari tatapan mata Nayla semuanya mengingatkan pada Adrian.

"Kau pernah mengalami kecelakaan? Mungkin kehilangan ingatan?"

Azrael tertawa kecil. "Saya paham maksud Anda, Nona. Tapi tidak, saya ingat semua. Saya bukan orang yang Anda pikirkan."

Nayla menghela napas. Ia tidak tahu apakah ini takdir atau kutukan. Ia mulai goyah.

Namun ketika pria itu hendak pergi, Nayla berkata lirih, "Kau bahkan menghela napas seperti dia."

Azrael berhenti. Sekilas, tatapan matanya berubah. Ada sesuatu yang bergetar di dalamnya, seperti emosi yang ditditahan

______

Beberapa hari berlalu. Nayla memutuskan untuk membiarkan Azrael menjalani pelatihan biasa, tapi ia terus mengawasinya dari jauh. Setiap gerakan, setiap ucapannya, mengingatkan pada pria yang dulu ia cintai. Tapi Azrael tak menunjukkan sedikit pun tanda bahwa dia mengenali Nayla.

Sampai suatu malam, Nayla menemukannya sendirian di atap gedung, memandangi langit.

"Kau suka menatap bintang?" tanya Nayla sambil berdiri di sampingnya.

"Entah kenapa, aku merasa... damai di sini," jawab Azrael pelan. "Seperti déjà vu."

"Mungkin karena kau pernah melakukan ini sebelumnya."

Azrael menoleh. Tatapannya tajam, tetapi kemudian melembut. "Nona Nayla, saya tak tahu siapa pria yang Anda maksud. Tapi saya merasa ada sesuatu yang aneh dengan saya. Terkadang... saya bermimpi berada di tempat yang tak pernah saya datangi. Bersama seseorang yang wajahnya tak bisa saya lihat, tapi membuat hati saya sakit."

Nayla menahan napas. Perasaan aneh menyusup ke dalam dadanya.

"Adrian..." bisiknya.

Azrael terdiam.

"Apa?" tanyanya pelan.

"Tak ada," jawab Nayla cepat. Ia tahu, ini bukan waktunya memaksakan perasaan. Jika dia adalah Adrian, mungkin waktu akan membantunya mengingat. Jika bukan, Nayla harus siap menghadapi kenyataan.

Namun sesuatu jauh di dalam dirinya entah itu keyakinan atau keputusasaan meminta dia untuk tetap bertahan.

______

Malam itu, Nayla duduk di kamarnya, menatap foto lama bersama Adrian. Ia mulai menyelidiki latar belakang Azrael secara diam-diam. Beberapa data ditemukan, namun banyak yang terasa janggal. Tanggal kelahiran yang tak sesuai, nama rumah yatim piatu yang tidak ada dalam database publik, dan satu catatan medis yang disensor habis-habisan.

"Kalau dia bukan Adrian... kenapa masa lalunya seperti sengaja dihapus?"

Keesokan paginya, Nayla bertemu dengan anak buah kepercayaannya, Liam.

"Selidiki semua yang bisa kamu temukan tentang Azrael. Bahkan yang terkecil sekalipun. Aku merasa ada yang tidak beres."

Liam mengangguk.

Hari-hari berikutnya dipenuhi ketegangan. Nayla terus berada dalam bayang-bayang kenangan dan harapan. Ia harus menjaga kekuatannya, tapi di saat yang sama hatinya berperang.

Sampai akhirnya, Liam kembali dengan laporan.

"Nona... ada satu hal menarik. Pria bernama Azrael itu sebelumnya pernah terdaftar sebagai pasien di rumah sakit militer rahasia di Serbia. Tapi namanya berbeda. Nama yang terdaftar... Adrian Valerio."

Dunia Nayla runtuh.

"Kau yakin?"

"Hampir pasti. Mereka mengganti identitasnya setelah operasi besar. Mungkin ada rekayasa ingatan atau... perlindungan. Tapi itu dia. Itu Adrian."

Nayla berdiri, tubuhnya bergetar.

Adrian masih hidup.

Tapi... kenapa dia berpura-pura?

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!