Aku Istri Ke Dua Bukan Pelakor

Agam dan Kiara kini sudah berada di dalam pesawat. Kiara sengaja duduk di samping jendela, sementara Agam duduk di sebelahnya. Kiara tak sedikitpun mengeluarkan suaranya sejak menjajakan kakinya di dalam pesawat tersebut, dia bingung apa yang harus dia katakan, sementara lelaki yang sekarang sudah menjadi suaminya itu bagai robot yang tidak bisa bicara, sangat dingin dan bahkan sejak di parkiran mobil tadi, Agam membiarkan Kiara berjalan di belakangnya dengan membawa kopernya sendiri.

Saat pramugari membagikan snack pun Agam tidak berusaha membantu Kiara mengambil makanannya dari nampan. padahal Agam duduk tepat di samping pramugari yang menyajikan makanan tersebut, perasaan kesal kini menyelimuti hati Kiara.

"Ya Tuhan ..., Bagaimana mungkin aku bisa hidup dengan lelaki dingin seperti kulkas ini?" ucap Kiara.

Namun dia berusaha cuek dan memakan makanan yang sudah di suguhkan oleh pramugari tersebut. Walau Kiara harus melewati wajah Agam saat mengambil makanan itu.

"Kiara, Apakah kau pernah naik pesawat?" tanya Agam tiba-tiba tanpa menoleh ke arahnya.

Sementara Kiara karena merasa diajak ngomong dia pun menoleh ke arah wajah Agam, yang seperti beku itu.

"Belum pernah tuan," ucapnya.

"Oh ..., begitu ya? kalau kau ingin ke kamar ke kamar kecil. Kau lurus saja ke belakang sana, di sana ada kok toiletnya," ucap Agam.

"Iya Tuan, Terima kasih," ucap Kiara.

Kiara kembali melahap makanan yang disediakan di hadapannya. Pesawat pun lepas landas menuju Jepang. Sepanjang jalan, Kiara menatap keluar jendela dan menikmati awan-awan yang ada di atas sana.

Sementara Agam terlihat sudah mulai mengantuk, kulkas 2 pintu itu pun akhirnya tertidur.

Saat tidur, siapa menyangka kalau ternyata Agam pun oleng ke samping, dan menyandarkan kepalanya di bahu Kiara.

"Aduh, berat sekali kulkas ini. Tapi kalau aku bergerak, terus dia jatuh, dia pasti marah padaku," ucap Kiara.

Kemudian dia mengambil teleponnya dari tas.

"Sebaiknya aku mengambil kenang-kenangan saja, bahwa aku pernah hidup dengan kulkas 2 pintu ini," ucapnya.

Dia pun selfie dengan mendekatkan wajahnya ke kepala Agam, membuat foto itu sangat indah seperti pasangan suami istri yang sangat romantis. Tak berapa lama, akhirnya Kiara pun juga merasa mengantuk dan akhirnya tertidur.

Saat Kiara tertidur, kepala Mereka pun Saling bertabrakan, membuat Agam terbangun namun tidak dengan Kiara, karena Kiara merasa sangat mengantuk.

"Aduh," rintih Agam pelan, saat kepala mereka bertabrakan.

Agam merasa kepalanya sakit. Dan kemudian dia memijit-mijit kepalanya.

"Kenapa aku bersandar padanya?" lirih Agam.

Akhirnya dia pun bangun dan menatap istri mungil yang ada di sampingnya.

"Clara, sebenarnya mengapa kamu melakukan ini padaku? kau kan tahu aku sangat mencintaimu, tapi mengapa kau tega menjodohkan aku dengan wanita ini?" ucapnya.

"Tapi aku tidak akan Tergoda, aku tidak akan pernah menyentuhnya," ucap Agam lagi.

Namun diam-diam Agam menikmati kecantikan Kiara yang sedang tertidur tersebut. Beberapa saat dia menatap seakan ada bagian Naluri dalam dirinya yang tidak bisa menolak kecantikan Kiara.

"Kiara ..., mengapa kau mau di jadikan orang ke dua? Apakah beban hidupmu terlalu rumit?" batin Agam lagi.

Agam tidak tau, kalau sebenarnya demi membayar hutang sang Ayah, dia harus menjual dirinya dan rela menjadi istri ke dua hanya untuk di tanami benih dan kemudian di ceraikan.

Tak terasa mereka pun akhirnya sampai di bandara Jepang. Agam yang sangat dingin pun membangunkan Kiara dengan memanggilnya berulang-ulang. Namun Kiara belum juga bangun. Agam pun berdiri dan mengambil tas kecil di bagasi atas kepala.

"Kiara!" paanggil Agam lagi.

Namun sama, tidak ada reaksi. Hingga akhirnya dia mendekatkan mulutnya ke telinga Kiara. Namun sungguh sangat kebetulan. Ada seseorang yang lewat di belakang Agam dengan kasar. Hingga membuat Agam jatuh ke pangkuan Kiara dengan keras.

Bugh

"Au."

Kiara kaget dan terbangun. Namun dia sangat terkejut saat,mendekati suami kulkasnya itu tiba-tiba sudah ada di pangkuannya.

"Tu-tuan?" ucap Kiara sedikit panik.

Karena sesungguhnya wajah itu nyentul di gunung kembar milik Kiara. Begitu juga Agam yang kaget dan ingin cepat bangun. Namun dasar kembali pada takdir. Agam tidak bisa segera bangun, karena tangannya terselip ke belakang dan terjepit.

"Tu-an," lirih Kiara lagi.

"Kenapa kau bengong? Cepat bantu aku!" ketus Agam yang merasa salah tingkah.

Kiara pun segera membangunkan Agam, agar bisa berdiri kembali. Perasaan kikuk pun menyelimuti dua pasangan suami istri yang baru menikah itu.

"Maaf," ucap Agam pelan.

"Ternyata dia bisa juga minta maaf," batin Kiara.

Tanpa sadar Kiara menatap wajah Agam tajam. Karena dia melamun dan membatin.

"Kenapa kau menatapku begitu? Aku 'kan sudah minta maaf," ketus Agam lagi.

Kiara pun memalingkan wajahnya dari menatap suaminya yang terdengar marah.

"Oh, tidak Tuan, tidak apa-apa," ucap Kiara seraya berdiri, namun kembali adegan yang tidak mengenakkan Agam terjadi. Ketika penumpang lain menabrak pundak Agam dan sehingga membuat Agam tersungkur dan spontan memeluk Kiara yang di tabrak nya. Kiara yang hampir terjatuh pun akhirnya jatuh di pelukan Agam kembali.

Mata mereka saling bertatapan, sangat dekat tanpa jarak. Membuat Kira salah tingkah, namun Agam seperti terpesona.

"Ehem ..., Tuan, maaf, kami mau lewat," ucap seseorang di belakangnya

Brugh

Agam pun spontan melepaskan pegangannya di pinggang Kiara. Hingga Kiara terjatuh dan terduduk di kursinya kembali.

"Aduh," jerit pelan Kiara.

Sementara Agam malah tidak tau menau dan berjalan meninggalkan Kiara yang terduduk kembali.

Akhirnya Kiara terpaksa mengikuti Agam di belakang beberapa orang yang sudah beriringan dengan Agam. Kiara mencoba berjinjit agar bisa melihat Agam, namun tidak terlihat.

"Ke mana kulkas 2 pintu itu?" lirih Kiara.

Kiara terus berjalan mengiringi orang-orang yang berjalan mendahuluinya. Hingga sampailah ia di luar. Namun Kiara benar-benar bingung karena dia tidak menemukan Agam ada di depannya.

Kiara terus berjalan dan akhirnya mendekati satpam. Dia ingin bertanya jalan keluar dari situ, namun dia tidak terlslu bisa berbahasa inggris.

"Sorry ..., I want out from this place," tanyanya.

Untung sang security pun mengerti.

"Please Here Miss."

Security itu menunjukkan jalan untuk Kiara. Kiara pun mengikutinya. Kini Kiara sudah berada di halaman bandara. Namun dia bingung tidak bisa menemukan Agam.

"Bagaimana ini? Mana aku tidak lunya momor Tuan Agam, yq Tuhan ..., tolong aku," lirihnya.

Akhirnya dia pun duduk di sisi gedung tersebut, berharap Agam akan menemukannya. Namun sudah 1 jam dia berdiri Agam belum juga muncul.

"Aku harus bagaimana? Mengapa aku begitu bo*doh, sehingga aku tidak menyimpan nomor Tuan dan juga Nyonya Clara," ucapnya.

Dia putus asa, dan menangis sambil terus berdo'a agar ada keajaiban baginya.

"Apakah Tuan Agam membuang ku?" batinnya.

Kini dia benar-benar putus asa dan menangis pelan.

Bersambung...

Bagaimana rasanya kalau kita tersesat? Pasti merasa panik di tempat asing.