Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Niat Iptu Fariz
"Jika Sasi ada di apartemen Brina, lalu siapa yang akan menggantikan Sasi disini?" tanya Daisy. "Jangan sampai ada orang tahu kalau Sasi sudah sadar."
Hana tersenyum manis. "Pakai Mannequin dong. Kita pindahkan Sasi di kamar biasa jadi tidak menggangu pasien ICU lainnya."
"Ide yang bagus anak nakal ...." Dokter Lucky menatap Jumiati yang menjaga Sasikirana hari ini. "Mbak Jum, bagaimana jika mbak Jum juga menemani Sasi di apartemen Sabrina?"
"Tidak masalah Dokter Lucky. Sudah menjadi tugas saya," jawab wanita berusia tiga puluhan itu.
"Terima kasih mbak Jumiati."
***
Menjelang tengah malam, Sasikirana dibawa ke apartemen milik Ardiona dan Sabrina, yang dekat lokasinya dengan komplek perumahan dimana keluarga de Luca, Sasono, Sankara, Buwono dan Sihasale tinggal. Tidak heran jika semua orang bersyukur Ardiona tidak masalah Sasikirana disembunyikan disana.
Sasikirana akan tinggal bersama dengan Jumiati di apartemen atas perintah Raynard. Pengawal tangguh itu pun senang-senang saja mengawal Sasikirana dan tinggal di apartemen. Setidaknya masih mending daripada di rumah sakit kan?
Sasikirana merasa nyaman tinggal di apartemen itu dan mengakui bahwa sepupu dan ipar Seiichi memang cantik dan ganteng saat melihat foto Sabrina dan Ardiona.
Tak heran karena Seiichi pun ganteng.
***
Sel Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya
Lenny Martina merasa hawa dingin berhembus di tengkuknya. Dia tidak menduga akan berada di sel sendirian, tanpa ada napi, tanpa ada polisi yang piket ... Benar-benar sendirian! Hanya ada CCTV yang terpasang di setiap sudut ruangan yang agak memanjang itu.
Wanita itu masih tidak habis pikir dengan ucapan dua polisi ganteng tadi bahwa arwah pria-pria yang dibunuhnya datang ke mereka. Sebenarnya mereka itu polisi atau orang yang percaya klenik? Lenny tersenyum sendiri. Mereka pasti hanya ngadi-ngadi.
"Paling mereka hanya tebak-tebak buah manggis!" kekeh Lenny.
"Siapa yang tebak-tebak buah manggis, sayang?"
Lenny tertegun. Kenapa ada suara Aldi? Tunggu, polisi-polisi tadi tidak tahu suara Aldi kan?
"Ini cuma perasaanku saja ...." Lenny Martina berusaha mensugesti diri sendiri bahwa itu hanya khayalan dia karena tadi terpengaruh dengan ucapan AKP Steven dan AKP Arief.
"Perasaan kamu? Memangnya kamu punya perasaan saat membunuh aku?"
Lenny Martina terkejut karena dia mendengar suara Samir. Tidak! Tidak mungkin! Samir mati di Pecangaan Jepara. Tidak mungkin orang Polda itu tahu suara Samir!
"Hanya imajinasi aku saja ... Sendirian di sel bisa berpikir macam-macam," gumam Lenny Martina.
"Benarkah?"
Lenny Martina terkejut mendengar suara Husin.
"Teganya kamu bilang, aku hanya bertahan sebentar? Kamunya saja yang hyper! Tidak bisa dipuaskan baik dalam s3ks dan uang! Kamu harus membayar semuanya Lenny!"
Lenny Martina terkejut saat melihat tiga arwah pria yang dia nikahi muncul di hadapannya dengan kondisi membusuk dan bau menyengat terasa di dalam sel itu.
Wanita itu hanya megap-megap ingin berteriak namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ketiga arwah itu pun mendatangi Lenny Martina yang menjerit tanpa suara hingga pingsan.
***
Keesokan harinya, Iptu Fariz yang datang paling pagi, memeriksa sel dimana Lenny Martina ditahan. Betapa terkejutnya dia saat melihat tersangkanya pingsan. Iptu Fariz lalu menghubungi RS Bhayangkara dan dokter jaga disana pun menyanggupi untuk datang.
Iptu Fariz menunggu dan terkejut saat melihat seorang dokter wanita cantik seperti orang Korea, datang dengan membawa tas dokter bersama dengan suster Lia.
"Lho? Aku kira Dokter Rahmat yang akan datang kemari," ucap Iptu Fariz ke suster Lia.
"Dokter Rahmat belum datang. Adanya dokter Ji-woo. Oh, Dok Ji-woo, ini Iptu Fariz, rekannya Pak Steven. Pak Fariz, ini Dokter Ji-woo, iparnya Pak Steven dan Dokter Lucky, sepupunya Mbak Shea dan Dok Daisy," ucap Suster Lia.
Iptu Fariz melongo. "Eh? Kok macam artis Korea?"
Ji-woo tersenyum. "Ayahku orang Korea, ibuku campuran Chinese dan Turki ... Aku produk gado-gado. Senang bertemu dengan anda Pak Fariz."
"Dia saudara sepupunya mas Rahandika Yung," bisik Suster Lia.
Iptu Fariz hanya mengangguk.
"Oke, ini kenapa?" tanya Ji-woo sambil memeriksa dari balik sel sebelum masuk ke dalam.
"Aku rasa ... Kena ter*r arwah," jawab Iptu Fariz yang terpesona dengan cantiknya dokter Ji-woo.
"Shea atau Oom L?"
"Lha? Kok tahu?"
Ji-woo hanya tersenyum. "Bisa minta tolong dibuka pintunya?"
Iptu Fariz pun membuka pintunya dan memberikan kesempatan pada Ji-woo dan Suster Lia untuk masuk. Gadis itu dengan cekatan memeriksa kondisi Lenny Martina.
"Dok Ji-woo, koo bisa masuk RS Bhayangkara?" tanya Iptu Fariz penasaran. "Sejak kapan? Aku kok tidak tahu sepupunya Dok Hana masuk sana."
"Sebenarnya aku datang ke Bhayangkara juga tidak sengaja. Aku lagi bosan di Seoul dan Hana bilang kalau dia mau mengundurkan diri dari Bhayangkara dan fokus di PRC Hospital. Jadi pas aku bosan, Hana keluar, ya sudah aku melamar masuk dan diterima Minggu kemarin. Baru efektif bekerja tadi malam." Ji-woo tersenyum saat Lenny Martina membuka matanya. "Selamat datang kembali. Apa ibu baik-baik saja?"
Introducing Dokter Ji-woo, cicitnya Aji Yung dan Falisha Hassan
***
"Kenapa kamu tidak bilang punya ipar cantik?" seru Iptu Fariz yang hendak naik pangkat dalam waktu dekat ini menjadi AKP ( Ajun Komisaris Polisi ) sementara AKP Arief akan naik pangkat menjadi Kompol ( Komisaris Polisi ) ke AKP Steven yang baru datang. Mereka pun menolak ditempatkan di daerah dan tetap memilih di divisi kasus dingin Polda Metro Jaya.
"Ipar aku yang mana?" balas AKP Steven bingung karena ipar dia semua cantik-cantik.
"Jung Ji-woo! Dokter Jung Ji-woo!" ucap Iptu Fariz.
"Lho? Kapan kamu ketemu Ji-woo?" tanya AKP Steven bingung.
"Tadi pagi! Dia yang datang merawat Lenny Martina yang pingsan! Bang, masa tidak bilang ada dokter cantik sih di Bhayangkara?" sungut Iptu Fariz gemas.
"Lha masa aku harus bilang sih?" kekeh AKP Steven geli.
"Ada apa?" tanya AKBP Nana yang baru datang.
"Dik Fariz ribut ketemu Ji-woo," jawab AKP Steven.
"Lu naksir? Jangan ya dik ya ... Dia sudah punya pacar," ucap AKBP Nana.
"Eh? Masa? Siapa?" tanya Iptu Fariz dengan nada cemburu.
"Cucunya ustadz Amir."
Iptu Fariz melongo lalu tersenyum smirk. "Akan aku tikung!"
"EEEEHHHHHH?" seru semua orang disana.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
mending sama bu grace aja🤭
mas faris mau jd pekesor????
udh tau pnya pwang,mlah mau nikung ktanya.....🤣🤣🤣
tapi kasihan juga nanti cucunya ustadz Amir