WANITA PENGGANTI CEO

Di kamar utama dengan AC ruangan yang masih hidup, tubuh mungil itu menggigil di balik selimut tebalnya. Sesampainya di rumah kemarin setelah jalan bersama dengan tuan muda Sandy seharian dari pagi hingga menjelang sore, Dita tiba-tiba merasakan tidak enak badan. Dita demam dan panas tinggi. Karena setelah Sandy mengantar pulang Dita ke mansion pribadi nya, Sandy kembali ke hotel. Entah apa yang dilakukan di kamar hotel itu, yang pasti semalaman Sandy tidak kembali ke mansion pribadinya.

Semalaman Dita merasakan demam tinggi dan tidak ada yang mengetahui nya.Hingga pagi ini Dita masih terlihat meringkuk di atas tempat tidur nya. Sedangkan Sandy belum kembali dari hotel. Apa yang di lakukan oleh Sandy di hotel?

Di luar kamar utama yang ditempati Dita, sebuah mobil mewah baru saja masuk dan meluncur ke dalam halaman luas rumah mewah itu. Dia adalah Sandy yang baru saja pulang sendiri dengan membawa mobilnya.Beberapa pembantu rumah tangga nya sudah berderet penuh hormat menyambut tuan muda nya yang baru tiba.

"Selamat pagi, tuan muda Sandy!"

"Selamat pagi, tuan muda!" sambutan beberapa pelayan di rumah mewah itu begitu penuh hormat kepada majikan nya.

Pelayan yang berderet itu hampir semuanya masih terbilang sangat muda dan cantik-cantik. Di dalam hati mereka mungkin saja diam-diam mengharapkan bisa merebut perhatian dan mungkin saja mereka akan rela menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan tuan mudanya secara cuma-cuma tanpa diminta oleh tuannya. Namun sayangnya tuan muda Sandy tidak pernah melirik mereka, pelayan-pelayannya walaupun mereka memiliki postur tubuh yang seksi dan wajah yang terbilang cantik bersih. Kehadiran Dita di rumah itu tentu saja membuat sebagian dari mereka iri dan merasakan tersingkir. Namun mereka cukup paham jika tuan mudanya suka bermain-main dengan wanita dan belum serius dalam perasaan. Tapi apakah benar seperti itu. Sedangkan mereka hanya tahu dari luar nya saja dan Sandy tentu saja tidak ingin di hadapan mereka terlihat lemah.

"Pagi! Di mana nona Dita?" tanya Sandy langsung. Sontak beberapa pelayan wanita itu saling berpandangan. Sejak tadi malam hingga pagi ini mereka cuek dan tidak memperdulikan nona muda yang baru saja masuk di rumah itu. Apalagi sejak tadi malam Dita tidak keluar dari dalam kamar nya.

"Maaf, tuan muda! Sejak tadi malam nona Dita di kamarnya dan tidak keluar kamar," jawab salah satu pelayan di rumah itu dengan paras yang lumayan namun memiliki pepaya gantung yang cukup besar dan menggiurkan mata.

"Hem, baiklah! Siapkan hidangan pagi di meja makan! Aku akan makan bersama dengan nona Dita," perintah Sandy.

"Siap tuan muda!" sahut salah satu pelayan dengan badan yang tinggi kurus.

Sandy segera berlari menaiki anak tangga dan melangkah menuju kamar utama yang ditempati oleh Dita. Sandy segera masuk ke kamar itu ketika menarik handle pintu kamar Dita dalam keadaan tidak dikunci dari dalam.

"Dita!" panggil Sandy yang mendapati Dita masih tidur di atas tempat tidur dengan selimut tebal membungkus tubuh nya. Tidak ada sahutan dari Dita. Dita masih terpejam matanya.

"Dita! Dita bangun! Hai Dita!" Sandy mengguncang tubuh Dita untuk membangunkan nya. Namun Dita tidak juga terbangun. Sandy menyentuh dahi Dita dan tentu saja Sandy terkejut dengan keadaan Dita yang sedang demam.

"Panas sekali! Kamu sakit," gumam Sandy seraya menyentuh dahi, pipi Dita.

*****

Dita masih terpejam matanya. Sandy tiba- tiba menjadi mengkhawatirkan wanita yang saat ini meringkuk di atas tempat tidur. Badannya sangat panas dan terdengar mulutnya seperti merintih. Sandy sudah menghubungi dokter Mira supaya datang di kediaman nya. Namun sudah sepuluh menit, dokter Mira belum juga tiba.

"Dita! Bertahan lah, sebentar lagi dokter Mira tiba dan akan mengobati kamu," ucap lirih Sandy. Ada raut kecemasan yang sangat jelas pada Sandy.

"Haus, minum!" ucap lirih Dita namun cukup didengar oleh Sandy.

"Sebentar, aku akan ambilkan!" sahut Sandy segera bangkit dari tempat duduknya yang sejak tadi duduk di dekat Dita di pinggir tempat tidur. Sandy mengambilkan air mineral yang tersedia di dalam kamarnya. Lalu memberikannya pada Dita dengan mengangkat kedua bahunya.

Dita membenarkan duduknya dan mulai meminum seteguk air mineral dari gelas yang dibawakan oleh Sandy. Air mineral itu kandas diminum oleh Dita. Sandy melongo menatap wajah pucat dan sakit Dita.

"Kamu pasti belum makan yah, aku akan mengambilkan makanan untuk kamu di bawah," ucap Sandy. Namun Dita menahan lengan Sandy.

"Enggak mau! Pahit mulut aku tuan muda!" keluh Dita. Entah kenapa Sandy menjadi lembut bersikap terhadap wanita. Senyuman nya kini tersungging ketika melihat Dita seperti sedang manja dengan dirinya.

"Kamu harus makan dong! Jangan seperti anak kecil yah! Kamu harus makan walaupun tidak selera makan," kata Sandy berusaha membujuk Dita.

"Enggak mau!" sahut Dita kembali. Kini Dita menjatuhkan kembali tubuh nya dan berbaring di atas ranjangnya. Sandy tersenyum simpul dan keluar dari kamar itu untuk mengambilkan makanan untuk Dita.

"Sepertinya anak itu suka sakit dan menyiksa diri yah. Tidak mau makan, memangnya kalau tidak mau makan bisa cepat sembuh?" omel Sandy sambil menuruni tangga menuju ke ruang makan.

*****

Dokter Mira belum juga tiba. Kini Sandy masuk kembali ke dalam kamar utama Dita dengan membawa nampan yang berisi satu piring nasi dengan lauk, sayur nya dan juga juz buah yang banyak mengandung vitamin.

"Ayo nona, bangun dan kamu harus makan. Aku akan menyuapi kamu supaya kamu lekas sembuh," ucap Sandy sambil meletakkan nampan itu di atas meja dekat dengan tempat tidur itu. Sandy menegakkan tubuh Dita yang terlihat masih lemas dan memposisikan duduk.

Dita menatap Sandy dengan mata sayu. Sandy kini mengambil piring yang berisi nasi lalu mulai sedikit menyendok nya dan menyuapkan di mulut mungil Dita. Walaupun terlihat sangat malas menerima makanan itu, Dita akhirnya mau membuka mulut nya menerima suapan dari Sandy.

"Enak kan?" ucap Sandy dengan tersenyum lebar.

"Makan yang banyak yah, nona! Supaya ayam tetangga tidak mati," ucap Sandy. Dita tersenyum kecil.

" Yang penting bukan ayam kita, tuan muda. Ayam tetangga yang mati kan?" sahut Dita pelan. Sandy yang mendengar nya terkekeh.

"Ayo habiskan!" suruh Sandy.

"Hem, enggak mau! Enggak enak!" rengek Dita manja. Kini Dita menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Ayo cobain juz buah nya. Ini banyak mengandung vitamin loh," kata Sandy. Akhirnya Dita membuka mulutnya untuk meminum juz buah buatan Sandy.

"Enak kan?" tanya Sandy saat mendapati Dita menghabiskan juz buah yang dia buat.

"Mau juz buah nya lagi," ucap Dita. Sandy tersenyum lebar.

"Siap! Sebentar aku hubungi pelayan untuk membuatkan nya," kata Sandy masih dengan perhatian tingkat dewa.