Arshaka Beyazid Aksara, pemuda taat agama yang harus merelakan hatinya melepas Ning Nadheera Adzillatul Ilma, cinta pertamanya, calon istrinya, putri pimpinan pondok pesantren tempat ia menimba ilmu. Mengikhlaskan hati untuk menerima takdir yang digariskan olehNya. Berkali-kali merestock kesabaran yang luar biasa untuk mendidik Sandra, istri nakalnya tersebut yang kerap kali meminta cerai.
Prinsipnya yang berdiri tegak bahwa pernikahan adalah hal yang sakral, sekeras Sandra meminta cerai, sekeras dia mempertahankan pernikahannya.
Namun bagaimana jika Sandra sengaja menyeleweng dengan lelaki lain hanya untuk bercerai dengan Arshaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Flou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POLIGAMI?
“Dalam mimpimu!”
“Kita cuma orang asing yang terpaksa menikah karena kesalahan aku. Aku udah minta maaf dan sekarang aku minta ceraikan aku!” seru Sandra menatap Arshaka dengan mata memerah. “Aku mau pulang ke rumah orang tuaku!”
“Baik. Kita tinggal di rumah orang tuamu jika itu yang kamu mau.”
“Ki-kita?” Sandra melototkan mata. Gemetar.
“Iya. Nanti malam setelah jamaah isya kita berangkat.”
“Aku mau cerai! Ceraikan aku! Aku nggak mau punya suami yang kasar kaya kamu sekalipun kamu ganteng!”
Sedingin es tatapan Arshaka membius Sandra. Ia bergerak maju dengan mempertahankan wajah datarnya dan Sandra pun perlahan mundur untuk menghindari suaminya tersebut.
“Ulangi!” Arshaka mendesis tajam.
“Aku mau cerai! Ceraikan aku sekarang!” Itu kata-kata terakhir Sandra sebelum dia terkungkung di atas pembaringan. Spontan dia memejamkan mata dan melipat kedua bibirnya seraya menelengkan kepala ke sisi kanan.
“Kamu tau sesuatu apa yang diperbolehkan tapi tidak disukai Allah?” bisik Arshaka di telinga Sandra.
Jarak tubuh keduanya hanya beberapa senti. Sandra menelan ludah, takut-takut dengan Arshaka saat ini.
“Jawab saya, Sandra!” Arshaka kembali berbisik rendah.
“P-perceraian,” jawab Sandra lalu melipat kembali kedua bibirnya.
“Benar!” Arshaka menarik tubuh dan berdiri tegap di tepi ranjang sembari memandang Sandra yang masih shock. Dia tak peduli. “Saya terpaksa menikahimu tapi menceraikanmu adalah hal yang tidak akan pernah saya lakukan!”
“Terus gimana sama perempuan yang di grup itu? Kamu punya hati sama dia dan bisa jadi barang yang aku rusak itu pemberiannya karena itu kamu marah!”
Kontan Arshaka mengatupkan bibirnya rapat-rapat tak menjawab pertanyaan Sandra. Kemudian dia meninggalkan Sandra sendirian di kamarnya.
Tau seberapa dongkol hati Sandra? Dongkol sekali, rasanya dia ingin menghancurkan semua barang-barang yang ada di sekitarnya saat ini.
Beberapa menit lalu dia menghubungi Mia menggunakan ponsel Arshaka, dan mengatakan bahwa dirinya akan kembali bersama Arshaka untuk menetap di sana.
Sandra benar-benar tidak nyaman di sini, dia merasa sendiri walau dikelilingi orang-orang baik. Mungkin sebab tidak satu frekwensi walau dia tidak begitu kaget dengan suasana seperti ini.
Namun, jawaban yang Mia berikan membuat Sandra sepertinya harus membenturkan kepalanya ke dinding sampai benjol keningnya.
“Mama nggak mau nampung kalian di sini. Udah diem di sana aja. Bener ngikut suami, kurang tepat kalo suami yang ngikut istri!”
“Kurang ajar bener nasib sial ini!” Ia memukul-mukul bantal dengan kuat. “Nggak mau tau, pokoknya harus cerai sama dia!”
“Bicara aneh-aneh sekali lagi saya jadiin dadar gulung kamu!” Arshaka memicingkan mata. Jengah sejak tadi mendengarkan gerutuan Sandra yang tiada henti walau telinganya sudah ia sumpal dengan earphone.
Sandra menoleh pada Arshaka yang duduk di atas sofa, dia bersila di atas kasur. Meletakkan bantal di atas paha, lalu balas memicing pada pemuda tampan itu dan ia menjawab.
“Kenapa? Bukannya kamu nggak nerima pernikahan ini dari awal? Harusnya seneng dong kalo aku minta cerai!” balasnya bersungut-sungut.
“Saya punya banyak sesuatu, minta lah yang lain! Tapi tidak dengan cerai!”
“Kasih tau lah alasannya kenapa!”
“Karena Allah tidak suka perceraian!"
"Tapi Allah juga murka kalo suami mendzolimi istrinya!”
“Saya mendzolimi kamu?” Kian menukik tajam alis Arshaka. Aneh sekali mendengar pernyataan gadis itu.
“Jelas! Kamu bikin aku tertekan. Itu dzolim namanya!” Sandra mencebikkan bibirnya.
Arshaka mendengus. Bocah itu ada-ada saja. “Tertekan dibuat sendiri! Saya tidak menuntut kamu untuk jadi istri yang begini begitu. Mau kamu kayang, koprol, salto, terserah. Di mana letak saya dzolimnya?!”
“Kamu bikin aku nangis! Jangan menyepelekan air matanya istri ya! Karena saat air matanya jatuh dan dia berdoa, doa ibumu nggak akan bisa melindungi kamu!”
“Sandra, saya sudah minta maaf. Saya sudah meminta kamu untuk menunaikan salahku dan saya sudah memohon maaf pada Tuhan. Sulit sekali bicara dengan perempuan!”
“Ya udah, nggak usah ngomong sama aku!” dengus Sandra.
“Oke.”
Sandra sontak membulatkan matanya terperangah dengan jawaban luar biasa Arshaka. “Kak Shaka! Kamu punya hati nggak sih?!” teriaknya sampai terdengar ke lantai bawah.
“Mereka ini lagi apa? Gaduh sekali dari tadi.” Deeba geleng-geleng tak habis pikir. Padahal di kamar Arshaka sudah terpasang kedap suara.
“Kejar setoran mungkin, Bu,” kekeh Arkana.
“Setoran apa?”
“Anak lah, apa lagi coba.” Dia pun tertawa renyah saat Deeba melemparkan celemek ke wajahnya.
Arshaka mengedikkan bahunya acuh. Ia memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa yang menjadi tempat tidurnya sejak semalam. Terpejam matanya sembari mendengarkan kultum dari salah satu ustadz di As-Shobirin. Namun, telinganya juga terpasang untuk mendengarkan Sandra.
“Aku bicara sama kamu, Kak! Astaga! Gini banget. Udahlah aku mau kabur aja!”
“Silakan.”
“Tuh kan! Dasar nggak punya hati! Seenggaknya tahan kek. Jangan los dol begini! Aku tuh nggak tau daerah sini. Kalo aku nyasar dan ilang diculik orang, gimana?”
Sandra melemparkan bantal, kali ini tepat mengenai wajah Arshaka. Bodo amat mau nanti Arshaka dendam di kelas saat menggantikan Pak Hamdan atau apapun. Dia benar-benar kesal saat ini.
Arshaka menghela napas berat. Dia menyingkirkan bantal dari wajahnya lalu kembali mendudukkan tubuh. Menekan tombol di earphone dan melepas benda tersebut dari telinga sebelum akhirnya berjalan menghampiri Sandra sembari menenteng bantal tersebut.
“Saya sedang belajar menerima kamu sebagai takdir saya, Sandra.” Sembari berbicara, Arshaka mendudukkan tubuh di tepi ranjang. Matanya memandang lurus ke arah figura. Foto dirinya di ponpes As-Shobirin saat berusia 17 tahun.
“Tolong bantu dan temani saya dalam prosesnya. Sebab saya tidak akan mengucapkan ijab qobul lebih dari satu kali. Terkecuali memang ada sesuatu yang mengharuskan saya untuk menikah kembali, maka saya akan meminta izin padamu tanpa harus mengubah status kita.”
Ia membawa pandangannya pada Sandra yang seketika tenang dan tidak lagi tantrum. Namun wajahnya sangat terkejut, bisa langsung mencerna maksud dirinya.
“Kamu tahu apa artinya?”
“Kamu nggak akan menceraikan aku.”
“Ya. Pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral bagi saya ....” Arshaka tidak menyelesaikannya manakala sang puan mengambil jatah bicaranya.
“Tapi kamu menolakku dan memperlakukanku dengan buruk kemarin!” sela Sandra.
Arshaka memandang wajah Sandra dengan tatapan lembutnya. Tulus dari dalam hati dirinya menyesal. “Saya minta maaf. Butuh waktu semalam untuk saya berpikir tentang pernikahan kemarin. Tidak semua sesuatu bisa langsung diterima dengan baik. Semua ada prosesnya dan membutuhkan waktu.”
“Kamu punya pacar.”
“Tidak.”
“Punya.”
“Demi Allah, saya tidak pernah menjalin hubungan spesial dengan siapapun ....”
Memutar bola matanya malas, Sandra menyela, “Omong kosong! Begini sikapku, aku tau dan mengerti di grup chat itu kamu menjalin kedekatan sama Nadheera Nadheera itu.”
“Benar.”
“Kalo gitu ceraikan aku. Kamu bisa bebas kembali mengejar masa depan kamu sama dia. Susah banget sih!”
“Dalam mimpimu!”
“Ck! Terserah lah.” Sandra berdecak. Dia kehabisan akal menghadapi Arshaka.
Terulur telapak tangan Arshaka menepuk pucuk kepala Sandra. “Tidur Sandra. Saya temani.”
“Nggak usah sok baik. Tadi aja bentak-bentak!” ketus Sandra menarik selimut lalu merebahkan tubuhnya dan memunggungi Arshaka.
“Kamu ini maunya apa? Saya baik dicibir, saya galak kamu nangis!”
“Cerai ... mpph!” Sandra membulatkan matanya terkejut dengan apa yang Arshaka lakukan padanya.
Ini novel pertama saya, semoga kalian suka ya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, Sayangku🥰