NovelToon NovelToon
Sandiwara Cinta Sang Presma (Presiden Mahasiswa)

Sandiwara Cinta Sang Presma (Presiden Mahasiswa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Dilarang memplagiat karya!

"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"

"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."

"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."

Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.

Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.

Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.

Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 1 Kandas

Happy reading

Plakkkkk

Suara itu menggema dan mengalihkan atensi para pengunjung butik milik Tifany--sahabat Aluna.

Tepat di depan mata, Aluna menyaksikan adegan yang sukses menyayat hati.

Baskara--calon suami yang dicinta tengah memagut bibir Tifany, sahabat terkasih yang ditunjuk sebagai bridesmaid.

Marah, kecewa, jijik, benci, sedih, dan sakit. Semua rasa itu melebur jadi satu. Mendorong Aluna untuk memberi hukuman berupa tamparan.

"Lu-na --" Baskara menatap tak percaya sambil memegangi pipinya yang terasa perih akibat tamparan tangan mungil Aluna.

"Tega kamu, Bas!" Lirih, Aluna mengucap kata itu. Namun terdengar menusuk.

Sepasang manik indah yang biasanya menatap penuh cinta, kini terbingkai kaca dan tersirat luka.

Lesap sudah rasa yang selama tiga tahun dijaga.

Kandas sudah janji setia yang sering digaungkan.

Terberai.

Bukan lagi kata yang sering didengar dalam lantunan lagu 'Mendua'. Kini, kata itu nyata dan mencipta lara.

"Ini nggak seperti yang kamu lihat, Lun. Aku sama Fany cuma --"

"Cuma katamu? Jelas-jelas kalian ngelakuin hal yang menjijikan di depan mataku. Itu kamu bilang 'cuma'?" Nada suara Aluna meninggi.

Tamparan kembali melayang. Kali ini lebih keras dan menyobek bibir sang pengkhianat--Baskara Atmaja.

Darah menetes, seiring rintihan yang terselip amarah.

Kata cinta yang sering berkumandang merdu, berubah jadi umpatan.

"Dasar udik! KAMPUNGAN! Aku yakin, nggak bakal ada cowo yang mau jadi suamimu. NGGAK BAKAL ADA!"

Lagi, tamparan melayang disertai tatapan nanar.

Bungkam.

Tangan mengepal kuat dan bersiap membalas. Namun segera dihalau oleh Tifany.

"Bas, nggak usah dibalas. Tanganmu terlalu suci untuk menyentuh pipi gadis udik itu." Tifany tersenyum miring sembari memandang Aluna dengan tatapan mencemooh. Lantas mengalungkan tangannya di lengan terbuka Baskara, sementara satu tangannya yang lain mengusap lembut pipi yang terhias semburat merah.

"Fan, aku nggak pernah menyangka, kamu tega ngelakuin ini padaku. Aku kira, kamu sahabat terbaik. Tapi ternyata kamu --"

"Bodoh! Selama ini aku hanya berpura-pura baik demi mengambil lagi cinta yang dulu kamu rebut. Asal kamu tau, aku dan Baskara sudah saling cinta dari SMA. Tapi gara-gara kamu, kami terpaksa backstreet. Kami menjalin hubungan diam-diam karena papamu dan papa Baskara menjodohkan kalian."

Aluna bergeming.

Pengakuan Tifany laksana petir yang menyambar.

Mengoyak ulu hati. Melemaskan sendi-sendi dan meremukkan raga.

Lunglai.

Tak ada kata yang terucap.

Dengan gontai, Aluna membawa kakinya terayun--meninggalkan dua insan yang tega menebar garam di atas luka.

Allah, kenapa sesakit ini? Benak berbisik. Tangan mungilnya menekan dada yang terasa nyeri.

Setetes kristal bening jatuh, membasahi wajah ayu yang terbingkai sendu.

Cinta ... satu kata yang sederhana. Namun pengaruhnya luar biasa 'dahsyat'.

Dia bisa menjadi motivasi sekaligus penyemangat seseorang untuk menjalani hidup. Tetapi, bisa juga menjadi alasan untuk padam. Lenyap dari dunia yang sering tak bersahabat.

Bunuh diri!

Dua kata yang seakan menjadi solusi terbaik untuk menghempas duka lara.

Di bawah tangisan langit sore, Aluna kian mempercepat langkah--menuju Jembatan Putus Cinta.

Tangan bergetar hebat, begitu juga kakinya.

Sesaat, rasa takut singgah. Namun keinginan untuk padam kian menjadi dan mendorong diri agar segera terjun ke dalam derasnya air sungai.

Untuk apa hidup, jika pria yang berstatus 'calon suami' tega menodai agungnya makna cinta.

Untuk apa 'bertahan' tinggal di dunia fana, jika sahabat yang dikasihi tega menikam dari belakang.

"Luna!" Suara lantang terdengar, bersama rengkuhan tangan--mencegah Aluna yang bersiap untuk memasrahkan nyawa pada malaikat maut.

"Kak --" Lidah Aluna tercekat. Tubuhnya gemetar, lalu luruh dalam dekapan Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa yang dikenal galak dan tak tersentuh.

"Ck!" Ryuga berdecak.

Inginnya abai. Tapi rasa tak tega memandunya untuk segera membawa Aluna masuk ke dalam mobil.

"Kak, biarin aku mati. Sudah nggak ada gunanya aku hidup di dunia." Suara Aluna terdengar sangat lirih. Namun tertangkap oleh indra pendengaran Ryuga.

"Jangan ngomong gitu. Lo tidur aja dulu. Gue anter pulang."

"Aku nggak mau pulang, Kak. Biarin aku mati, atau ... bawa aku pergi jauh --"

Ryuga meraup udara dalam-dalam dan menyugar rambut.

Ia dilema. Membawa Aluna ke apartemen atau mengantarnya pulang. Sementara si gadis meminta dua hal yang mustahil untuk dipenuhi.

Bukan hanya dilema. Ryuga juga malas berurusan dengan Xavier--kakak Aluna yang beberapa tahun ini terus mengibarkan bendera perang untuk melengserkan tahta 'Ketua BEM'.

"Apa gue minta tolong Ayu ya? Dia kan lumayan deket sama Aluna. Tapi, kira-kira Ayu mau nggak?" monolognya--setelah persekian detik terdiam. Berpikir dan menimbang.

"Bodo' ah. Yang penting dicoba dulu. Semoga dia mau," lanjut Ryuga, kemudian bergegas mengambil ponsel yang tersimpan di dalam saku kemeja dan mendial nomor Ayu--sahabat sekaligus kerabatnya.

"Assalamu'alaikum, Ryu --" Terdengar suara khas yang masih saja menggetarkan hati dan menjadikan Ryuga sesaat bergeming.

Hening.

Namun sapuan lembut sang bayu segera menyadarkannya dari lamun.

"Wa'alaikumsalam. Lo lagi di rumah nggak, Bu Ayu?" balas sekaligus tanya yang terucap dari bibir Ryuga, setelah berhasil men-distraksi diri. Hempas desiran lembut yang dengan lancangnya hadir.

"Iya, ini aku lagi di rumah. Sama Aruna dan Mas Juna."

"Ogeh. Gue boleh ke rumah lo kan?"

"Tentu. Sama siapa?"

"Sama Aluna," jawab Ryuga ragu.

"Aluna?"

"Yups. Tadi dia mau bunuh diri. Jangan tanya kenapa, karena gue nggak tau." Ryuga setengah berbisik, agar tak terdengar oleh gadis yang duduk di samping kemudi.

Ayu beristighfar dan kembali bertanya. "Gimana keadaan Aluna sekarang?"

"Dia keliatan down banget. Makanya, gue mo minta tolong."

"Minta tolong apa?"

"Tampung dan tenangin Aluna. Karena nggak mungkin ... gue bawa dia ke apartemen. Apalagi nganter pulang. Keluarganya bisa salah paham, terutama Si Xavier. Dan lagi dia minta gue --"

"Bilang aja kamu takut diamuk Xavier,"

"Enggak!!! Gue nggak takut diamuk Si Kadal. Gue cuma nggak mau keluarganya salah paham dan ngira gue berbuat macem-macem." Nada suara Ryuga sedikit meninggi, sebagai luapan rasa kesal karena celotehan yang dilontarkan oleh Ayu.

"Nggak usah nge-gas ngomongnya! Buruan gih, bawa Aluna ke sini."

Ryuga menghela napas dan merutuki diri karena mudah terbawa emosi. Terselip rasa sesal karena telah berbicara dengan nada tinggi. Terlebih lawan bicaranya sang penakluk hati.

"Otw ya. Siapin baju ganti juga buat dia," tuturnya pelan--merendahkan nada suara.

"Siap, Pak Ketu. Kalau udah mo sampe, kasih kabar aja. Hati-hati di jalan. Hujannya deres."

Bibir Ryuga melengkung, iringi tarian jari tangan--mengakhiri sambungan telepon.

Tak bisa dinafikan, suara khas yang dimiliki oleh Ayu laksana embun pagi yang menyejukkan. Sentuh kalbu dan cipta senyum.

Makhluk Tuhan itu masih saja terindah di mata seorang Ryuga Mahesa. Kedudukannya belum terganti, meski puluhan purnama telah terlewati dan kata 'legawa' sudah tersemat di dalam hati.

Ayu, dia cinta pertama Ryuga. Hubungan mereka meningkat. Dari teman, menjadi sahabat dan kerabat.

.

.

Tifany Boutique yang semula ramai pengunjung, seketika sepi setelah kejadian tidak mengenakan beberapa jam lalu.

Tak sedikit pelanggan--dengan terang-terangan mengumpat sang pemilik dan menggagalkan pesanan.

"Gimana ini, Bas? Pelanggan-ku banyak yang gagalin pesanan. Aku bisa bangkrut tau'." Tifany memijit pelipisnya yang terasa pening, lalu menyandarkan kepala di bahu Baskara.

"Harusnya, tadi kita bisa menahan diri dan nggak memvalidasi perasaan ... sampai aku menikah dengan Aluna dan berhasil merebut harta keluarganya. Kalau sudah begini, kita nggak bisa ngelakuin apa-apa buat ngedapetin restu dari papa, karena papa berharap banget punya menantu tajir seperti Aluna."

"Sebentar lagi, aku juga bakalan tajir, Bas. Butikku sudah ngehasilin keuntungan yang cukup besar --"

"Tapi pelanggan mu banyak yang pergi, Fan. Dan lagi, butik ini dibangun dari uang pinjaman. Kita bisa pusing bayar cicilan bank kalau pemasukan butik turun drastis."

"Terus gimana, Bas?"

"Hah, nggak ada cara selain minta maaf dan ngedeketin si udik lagi."

Tifany menghela napas panjang, lalu mengangguk pelan--mengamini ucapan Baskara.

"Aku rindu berbagi peluh sama kamu, Bas --" bisiknya--menggoda.

Air langit turun kian deras. Merayu Baskara untuk mengindahkan bisikan Tifany dan menyambut sentuhan jari lentik yang mulai bergerak nakal--melepas satu persatu kancing kemeja.

Nafsu, membuat lupa.

Mendorong ke lembah dosa.

Memandu dua jiwa--merengkuh nikmat terlarang yang menjadikan lena.

🍁🍁🍁

Bersambung

Bismillah, satu karya baru menetas. Semoga bisa lebih baik dan lebih beruntung dari karya-karya sebelumnya.

1
Najwa Aini
Bumi wakanda, Negara konoha...
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
Ayuwidia: Betoel sekali
total 1 replies
Najwa Aini
Gue nyimak ya. gak jadi goleran, sambil duduk aja..biar seriusnya dapat
Najwa Aini
wuiihhh...salam sapa seorang announcer...
Najwa Aini
interupsi Tor. Nichol ini cewek apa cowok ya
Ayuwidia: cowok, next dech aku kasih gambarannya 😆
total 1 replies
Najwa Aini
Aku kasih vote biar ngebahasnya makin semangat dan ...panas...
aku nyimak ya..sambil goleran
Ayuwidia: Wkkkk makasih, Kak. Dahal bahasanya udah dicicil chat an sama Nyai 🤣
total 1 replies
Najwa Aini
Nah bagus. babat habis ini topik. kan emang lagi hangat ...sambil ngopi tentu saja..
Najwa Aini
makin dalam ceritanya....
Najwa Aini
mulai membuka diri
Najwa Aini
ini kafe tempat Arjuna ketemua sama pak Winata itu ya
Ayuwidia: Betul. Tempat Nofiya nemenin Ryuga ngobrol juga. Istri Pak Win ingatannya tajam 😄
total 1 replies
Najwa Aini
ngapain, buang gas?
Ayuwidia: boker, Kak
total 1 replies
Najwa Aini
sweet di depan orang aja itu mah...
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
Ayuwidia: Wkkk hiyaaa
total 1 replies
Najwa Aini
Emangnya Aluna Ryu udah go publik??
Ayuwidia: bentar lagi
total 1 replies
Najwa Aini
Main perintah. tadi ke bininya, sekarang ke bini orang. 😆😆😆 alasannya satu. cemburu. tapi gak nyadar. parah lo pak Ketu..Garvi habis ini mah
Ayuwidia: Kan fans nya Garvi
total 1 replies
Najwa Aini
ngakak aku...
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
Najwa Aini
kayak Garvi nih orang main paksa jemput aja
Ayuwidia: adeknya Garvi dia
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
cowok emang gitu kebanyakan.....egonya tinggi 😄
Shofiah
bagus lanjut
Najwa Aini
Nah kan benar...😄
Najwa Aini
Aksara.
ada sesuatu nih dgn nama ini
Ayuwidia: Uhuk, Aksara Angka
total 1 replies
Najwa Aini
jiaahh main ancam²an. bilang aja mang ingin
Ayuwidia: Malu malu meong
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!