Kanaya Syifa Pratama, seorang gadis cantik berasal dari desa. Bercita-cita ingin menjadi seorang bidan, merantau ke kota untuk kuliah mewujudkan mimpi.
Tapi takdir berkata lain, ia di jebak oleh pacarnya sendiri sampai dirinya hamil. Semua mimpi yang sudah ia bangun hancur begitu saja, bahkan bukan hanya itu Syifa juga harus menerima perlakuan kasar dari ibu mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah R Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Hari ini adalah hari pernikahan Syifa dan Alfin, di dalam kamar Syifa lagi di hiasi oleh Yati, mereka memang tidak mengundang MUA untuk menghias Syifa karna di larang oleh Hairun.
"Syifa kamu jangan nangis terus dong!! kasian bayi kamu, nanti dia akan setres kalau kamu kayak gini terus" ucap Novi sambil memperbaiki baju kebaya Syifa.
Syifa memandangi dirinya di cermin, tak ada kebahagiaan yang terpancar di wajahnya, hanya kesedihan dan penyesalan yang ada, tapi dia berusaha tersenyum mungkin takdir yang sedang mempermainkan ia saat ini, tak lama kemudian datang lah Andre menghampiri Yati.
"Tante apa boleh aku bicara sebentar sama kak Syifa? aku ingin bicara berdua saja sama kakak" kata Andre
Yati yang mendengarnya pun mengajak Novi untuk keluar meninggalkan Syifa dan Andre, melihat Yati dan Novi pergi Andre segera menutup pintu agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
"Ada apa dek?? apa yang ingin kamu katakan? "tanya Syifa sambil berusaha tersenyum menutupi kesedihannya.
"Aku sangat kecewa sama kakak, kenapa kakak membuat ayah dan ibu menangis seperti ini?, asal kakak tau selama ini aku sangat cemburu dengan kakak karna keinginan kakak selalu di utamakan dari pada aku dan Salsa, tapi apa sekarang kakak menghancurkan semuanya" jelas Andre dengan air mata yang sudah keluar deras dari matanya.
Memang Andre selama ini selalu ngalah untuk kakaknya, terkadang dia ingin membeli mainan baru tapi ayah nya selalu bilang uang itu untuk kakaknya yang akan melanjutkan kan kuliah, dan dengan berat hati Andre hanya bisa menerima.
Mendengar kata-kata Andre, Syifa semakin kencang menangis, selama ini dia tidak sadar kalau ada hati yang dia sakiti, kalau ada seseorang yang sangat ingin di posisi nya.
"Maafkan kakak Ndre, maaf! "ucap Syifa sesegukan
"Maaf kakak tidak akan mengubah segalanya" Balas Andre dan langsung pergi meninggalkan Syifa di kamar.
Syifa kembali menangis, dia menatap kepergian adiknya, ada rasa kasian pada adiknya itu yang selalu mengalah untuk dirinya.
"Maafkan kakak dek, mulai hari ini kakak janji gak akan bikin kamu iri lagi sama kakak, kakak sangat menyayangi kamu dan Salsa, maaf karna tidak pernah mengerti perasaan mu" ucap Syifa dalam hati.
Tak lama kemudian Novi datang lagi ke kamar nya, dia menghampiri Syifa dan menghapus air matanya.
"Fa ayok semuanya sudah menunggu" ajak Novi
Syifa hanya mengangguk dan berusaha tersenyum, dia berdiri menggandeng tangan Novi menuju ke tempat akad nikah, dia lihat tak ada dekorasi pernikahan yang selama ini iya impikan, tak ada kebahagiaan dari kedua orang tuanya, bahkan ayahnya enggan untuk menatap wajahnya..
Syifa terus berjalan mendekati Alfin, dia duduk di samping Alfin yang sebentar lagi status Alfin adalah suaminya, dia melirik ke arah Alfin yang juga meliriknya. Alfin tersenyum tapi Syifa enggan untuk membalas senyuman Alfin.
"Apa sudah siap?" tanya pak penghulu
"Siap pak" jawab Alfin
"Baiklah silahkan nak Alfin jabat tangan pak Hairun yang akan menjadi wali nikah kalian dan ikuti kata kata dari saya! " jelas pak penghulu
Alfin pun hanya mengangguk dan langsung berjabat tangan dengan Hairun ayahnya Syifa.
"Alfin Adrian saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Kanaya Syifa Pratama binti Hairun Pratama dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai"
"Saya terima nikah nya Kanaya Syifa Pratama binti Hairun Pratama dengan mas kawin tersebut tunai" dengan sekali tarikan nafas Alfin mengucapkan ijab kabul dengan lantang.
"Bagaimana para saksi?? SAH??" tanya pak penghulu
"SAH" ucap mereka secara serempak.
"Baiklah sekarang kalian telah sah menjadi suami istri, silahkan untuk nak Syifa agar mencium tangan suaminya" pinta pak penghulu
Syifa pun langsung mencium tangan Alfin, setelah itu dia melihat kedua orang tuanya ada rasa bersalah yang sangat mendalam di hatinya.
Setelah acara ijab kabul selesai kini mereka tengah duduk di ruang tamu, Syifa duduk di samping Alfin.
"Sekarang kamu sudah menikah Syifa, jadi ingat perkataan ku kemaren kamu jangan pernah menginjak kan kakimu kerumah ku karna rumah itu sekarang bukan rumahmu" jelas Hairun.
Syifa hanya diam saja, dia sudah tidak kuasa menahan tangis nya dan akhirnya Air bening itu keluar lagi dari pelupuk matanya.
"Alfin kamu akan tetap tinggal di rumah, dan bawa istrimu" Sahut Julian
"Iya pa" jawab Alfin sambil melihat Syifa yang terus menunduk.
"Maafkan aku Fa, aku janji setelah ini tidak akan ada rasa sakit di hatimu lagi" ucap Alfin dalam hati
-----------
Seminggu telah berlalu kini Syifa sudah tinggal di rumah Alfin bersama kedua orang tua Alfin, walaupun Syifa dan Alfin sudah resmi menjadi suami istri tapi mereka tidak pernah satu kamar saat tidur karna Eva tidak mengizinkan, bahkan untuk keluar rumah pun Syifa tidak boleh.
Syifa hanya diam dan menurut perkataan ibu mertuanya. Bagaimanapun perlakuan Eva selama ini. Syifa tetap menyayangi Eva.
Syifa duduk dengan gelisa, dia ingin sekali makan rendang tapi apalah daya dia tidak boleh keluar rumah, tapi tiba-tiba Alfin masuk kekamar nya dan melihat Syifa yang begitu gelisah, Alfin pun masuk dan duduk di pinggir tempat tidur Syifa.
"Kamu kenapa fa ?? apa kamu ingin sesuatu??" tanya Alfin sambil memegang tangan Syifa.
Syifa menatap wajah Alfin, kemudian dia mengangguk.
"Katakan apa yang kamu mau Fa!! aku pasti menurutinya aku tidak mau anak kita ileran nanti " ucap Alfin sambil tersenyum.
"Aku mau rendang padang mas"jawab Syifa dengan menunduk.
Alfin tersenyum kemudian dia memegang pundak Syifa dan berkata.
"Fa kamu gak usah takut aku ini suami kamu sekarang, tunggu disini ya aku keluar sebentar untuk berbelanja" ucap Alfin sambil beranjak berdiri untuk pergi membeli apa yang di inginkan Syifa, tapi baru beberapa langkah Alfin berhenti karna Syifa memanggilnya.
"Makasih mas" ucap Syifa sambil tersenyum pada Alfin
"Sama-sama ya udah aku pergi dulu" Balas Alfin dan berlalu keluar kamar Syifa.
Kemudian Alfin naik ke atas untuk mengambil dompet dan kunci mobilnya, setelah itu dia turun dan berjalan keluar rumah, tapi saat melewati ruang tamu dia di panggil sang mama.
"Mau kemana kamu ?" tanya Eva
"Mau keluar bentar ma, beli rendang padang buat Syifa dia lagi ngidam" jawab Alfin dengan santai.
"Buat apa kamu beliin dia Fin, sudah lah mending kamu istirahat nanti malam temenin mama"
"Tapi ma Syifa itu lagi ngandung anaknya Alfin ma, aku gak mau nanti anak aku ileran, tolonglah mama ngertiin Alfin" ucap Alfin sambil memohon.
Eva hanya diam saja tanpa menjawab, Alfin yang melihat mamanya diam berpikir kalau mamanya menyetujuinya kemudian Alfin langsung berjalan keluar tapi belum sampai di keluar langkahnya berhenti karna teriakan mamanya.
"Kalau kamu tetap keluar jangan harap kamu pulang nanti masih melihat mama hidup Alfin" teriak Eva
Alfin yang mendengar itu kembali mendekati mamanya, Eva tau kalau Alfin sangat menyayanginya buktinya baru diancam seperti itu Alfin sudah kembali kepadanya.
"Baik ma aku gak akan keluar" ucap Alfin yang telah berdiri di depan mamanya.
Eva tersenyum dengan liciknya.
"Ya sudah kamu kekamar buat istirahat, nanti malam temenin mama arisan soalnya mama mau ngenalin kamu ke anak teman nya mama, dia sangat cantik dan yang pastinya keluarganya sangat terhormat" ucap Eva sambil meninggikan suaranya karna dia yakin saat itu Syifa lagi meningtip mereka di pintu kamarnya.
Alfin tak bisa membanta jika itu sudah menjadi keputusan mamanya, kemudian Alfin berjalan meninggalkan mamanya untuk masuk kekamar, sebelum menaiki tangga Alfin melewati kamarnya Syifa dia melihat Syifa lagi berdiri di ambang pintu dengan mata yang sembab, dia tau kalau Syifa mendengar perkataan mama nya tadi, kemudian Alfin mendekati Syifa.
"Maafkan aku Fa! aku belum bisa bahagiain kamu" ucap Alfin dengan nada yang bergetar menahan tangis.
Akan tetapi Syifa sudah tidak memperdulikan perkataan Alfin, dia benar-benar sakit dengan semua ini dia masuk ke kamarnya meninggalkan Alfin tak lupa dia menutup pintunya.
Alfin yang melihat itu hanya bisa diam, dia tau kalau Syifa saat ini sangat kecewa apalagi dia lagi hamil, akhirnya Alfin naik keatas menuju kamarnya.
Eva yang melihat itu hanya tersenyum, dia memang sangat membenci menantunya itu entah apa penyebabnya hanya dia yang tau..
"Ini belum seberapa perepuan ******,, akan aku buat kamu menderita lebih dari ini" ucap Eva dalam hati dan berlalu masuk kedalam kamarnya.
Bi ina yang melihat majikan nya masuk, segera membawa segelas susu dan makanan ke kamarnya Syifa dia tau kalau Syifa belum makan.
Tok____tok___tok
"Non ini bibi" ucap bi Ina dari luar
"masuk aja bi gak di kunci" jawab Syifa dengan lembut.
kemudian bi Ina masuk kedalam kamarnya Syifa, dia melihat kalau majikan nya itu sangat tersiksa, dia pun tidak tega tapi apalah daya dia hanya seorang pembantu di rumah itu.
"Non makam dulu ya, ini bibi buatin makanan kesukaan non" ucap bi Ina kemudian.
"Aku belum lapar bi" jawab Syifa
"Tidak baik seperti ini non, kasian bayi yang di dalam kandungan non Syifa" ucap bi Ina dengan sedih
Sejenak syifa teringat dengan anak dalam kandungan nya, kemudian dia mengelus perutnya yang masih rata.
"Maafkan bunda nak" ucap Syifa dalam hati
kemudian dia menoleh ke arah bi Ina sambil tersenyum.
"Sini bi aku mau makan" ucap Syifa
"Ini non, habiskan ya setelah itu susunya di minum" Pinta bi Ina
Syifa langsung memakan makanannya sampai habis, setelah itu dia minum susu.
"Ya sudah non istirahat dulu jangan banyak pikiran, bibi mau kebelakang bentar" ujar bi Ina sambil membantu Syifa berbaring.
"Iya bi, makasih ya udah baik banget sama Syifa" ucap Syifa dengan mata yang sudah berkaca-kaca
"Sama-sama non" jawab bi Ina
Bi ina memang sangat menyayangi Syifa, bahkan dia menganggap Syifa seperti anaknya sendiri.