Evan adalah seorang pemuda miskin yang membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Mata api ini memiliki kemampuan yang luar biasa, mampu menembus pandang, kekuatan medis legendaris, ahli beladiri tidak tanding.
Kehidupan Evan juga seketika mulai berubah, dari yang sebelumnya begitu di remehkan, kini orang yang paling di idamkan.
Istri yang dia nikahi secara tiba-tiba, secara perlahan juga jatuh hati kepadanya dan bahkan banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 18 ARTI SEBUAH HUBUNGAN
Lisa menarik tangan Evan dan membawanya menjauh dari semua orang yang hendak membeli giok nya.
"Ada apa?" tanya Evan.
"Itu... bisakah kamu menjual semua giok nya kepadaku?" jawab Lisa.
Jika Lisa bisa mendapatkan giok sebanyak itu, maka kedepannya perusahannya tidak akan kekurangan bahan baku perhiasan. Selain itu, yang paling terpenting dia bisa mendapatkan kerja sama dengan tuan Jakson.
"Kamu menginginkannya?" tanya Evan.
"Tentu saja, perusahaan ku sedang membutuhkan banyak giok sekarang ini," jawab Lisa.
"Bagaimana jika aku membayarnya 10 milyar?" sambung Lisa bertanya.
10 milyar harga yang sangat jauh sekali bila di bandingkan dengan orang-orang yang sudah menawarnya sebelumnya yang mencapai hingga 50 milyar. Bukankah jika seperti ini dirinya akan rugi, pikir Evan.
Namun kemudian Lisa mulai menatap Evan yang tampak diam dengan penuh harap. Bagaimanapun Lisa harus mendapatkan banyak giok ini.
"Evan tolong berikan kepadaku ya!" ujar Lisa sambil tersenyum memohon.
"Cantik sekali," ucap Evan dalam hati.
Lisa terlihat begitu sangat cantik sekali ketika tersenyum kepadanya sehingga membuat jantungnya berdegup tidak karuan.
"Evan bagaimana, kamu bersedia bukan?" tanya Lisa.
Evan menjadi tidak kuasa menghadapi wanita yang begitu cantik di hadapannya ini.
"Ehem... mempertimbangkan hubungan suami istri kita, tentu saja aku akan memberikannya kepadamu," jawab Evan.
Untuk saat ini senyuman manis Lisa mengalahkan segalanya termasuk uang yang begitu banyak.
"Yes... terima kasih banyak ya," ujar Lisa tampak begitu senang sekali.
Melihat Lisa begitu sangat senang, Evan juga ikut merasa sangat puas sekali. Ada sesuatu yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
"Berikan rekeningnya, aku akan mentransferkan uangnya!" ujar Lisa.
"Tidak perlu, aku memberikannya kepadamu," jawab Evan.
Saat ini entah mengapa uang bukanlah yang terpenting bagi Evan. Di tambah lagi dirinya mempunyai mata api yang mempunyai kekuatan tembus pandang. Ke depannya juga aka sangat mudah mendapatkan giok lagi untuk menghasilkan uang.
"Tidak bisa, kamu akan semakin rugi jika seperti ini," ujar Lisa.
"Tidak apa, jika tidak, anggap saja giok-giok ini sebagai hadiah dariku untukmu," balas Evan.
"Waktu kita menikah, aku tidak memberikan apapun untukmu sebagai mas kawin, anggap saja kali ini aku sudah membayarnya," sambung Evan.
"Mas kawin..." ulang Lisa.
"Ehem... kamu jangan terlalu berlebihan dengan pernikahan ini, aku sudah mengatakan sebelumnya, bila semuanya sudah selesai, aku akan bercerai denganmu," ujar Lisa.
"Tidak apa, aku juga tahu," balas Evan sambil tersenyum.
Evan menatap Lisa dengan penuh perasaan sekali, sehingga membuat pipi Lisa mulai sedikit memerah.
"Kamu jangan melihat ku seperti itu," ujar Lisa memalingkan wajahnya karena malu.
"Karena kamu tidak mau di bayar, jangan menyesal ya, semua giok nya aku ambil," sambung Lisa.
Evan hanya tersenyum saja menanggapinya. Mereka kemudian juga mulai mengemasi giok-giok yang telah di dapatkan.
Total uang yang di keluarkan untuk membeli bongkahan batu yang di potong oleh Evan hanya menghabiskan 500 juta saja. Tentu saja keuntungan yang di dapatkan begitu sangat besar sekali.
Hari juga sudah mulai gelap, kini Lisa dan Evan sedang berada di dalam mobil menuju perjalanan pulang. Lisa mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Evan untuk mengantarkannya pulang.
"Sejak kapan kamu tahu tentang judi batu?" tanya Lisa kepada Evan.
"Kemampuan mu barusan cukup hebat juga," sambung Lisa.
Kini Lisa kembali ke setelan pabriknya yang bersikap dingin dan cuek kepada Evan. Tidak seperti sebelumnya, dimana lisa saat menginginkan batu giok yang Evan dapatkan.
"Tidak sulit, aku mempelajarinya dari buku dan tentunya keberuntungan ku juga," jawab Evan mengarang.
Bagaimanapun tidak boleh ada orang yang mengetahui tentang dirinya yang mempunyai kemampuan tembus pandang.
"Lalu kenapa pada waktu itu kamu setuju menikah denganku?" tanya Lisa.
"Bukankah kamu tahu, aku hanya akan memanfaatkan mu," sambung Lisa.
"Kamu yang memaksaku, bagaimana aku bisa menolaknya, lagi pula, siapa pria yang tidak ingin menikah dengan wanita cantik?" balas Evan.
"Sejujurnya pada waktu itu aku sangat senang dan bahagia, walaupun diriku hanya sebuah alasan untukmu," sambung Evan sambil menoleh ke samping melihat pemandangan di luar kaca mobil.
"Kalau begitu, kamu tidak membenciku?" tanya Lisa.
"Bagaimana aku bisa membencimu, kamu tidak pernah melakukan kesalahan," jawab Evan.
"Lagipula terlepas bagaimanapun alasannya, kamu tetaplah istriku," sambung Evan.
Terlihat tampaknya Evan sudah jatuh hati kepada Lisa, tapi Lisa tidak menyadari itu.
"Dasar brengsek, kenapa berbicara seperti itu," maki Lisa dalam hati dengan merasakan perasaan aneh dalam dirinya.
Setelah itu suasana menjadi hening, tidak ada satupun kata yang terlontar dari mereka berdua. Hingga jarak untuk sampai ke rumah Evan hanya tinggal 2 kilometer saja.
"Aku turun di sini saja!" ujar Evan.
"Ada sesuatu yang harus aku beli," sambung Evan.
Lisa juga menepikan mobilnya dan Evan segera turun dari dalam mobil. Evan berencana membeli makanan terlebih dahulu karena perutnya sangat lapar.
Lisa juga telah menjalankan mobilnya pergi dari sana, sementara Evan juga mulai berjalan menuju ke warung makan yang biasa dia kunjungi.
Untuk sampai ke tempat warung makan itu, Evan harus melewati sebuah jalanan kecil yang berada tepat di sebelah casino.
Casino itu adalah salah satu casino terbesar di kota ini dengan pengunjung yang selalu ramai menjelang malam hari.
Ketika melintasi jalanan kecil itu, Evan melihat seorang wanita yang sedang terpojok di tembok, sementara seorang pria tua botak hendak menangkapnya.
"Lidia," ucap Evan dalam hati.
Wanita tersebut adalah Lidia, wanita yang pernah Evan sukai sewaktu masih di universitas dulu. Mereka juga belum lama ini bertemu di acara reuni kelas.
"Tidak... jangan mendekat!" Lidia tampak begitu ketakutan sekali.
Tubuhnya kini sudah terpojokkan ke tembok dan sudah tidak bisa untuk berlari lagi. Sedangkan pria tua botak itu terus menatap tubuh Lidia dengan mesum, bahkan air liurnya juga mulai menetes dengan sendirinya.
"Suamimu berhutang banyak kepadaku, dia telah memberikanmu sebagai bayaran, melihat kecantikan mu ini, aku pikir seimbang dengan hutangnya," ujar pria tua botak kepada Lidia.
"Lebih baik kamu menurut saja, aku pasti akan memperlakukan mu dengan baik di atas ranjang," sambung pria tua botak yang sudah tidak sabar.
Lidia juga seorang wanita cantik dengan bentuk tubuh yang indah. Bahkan dada dan bokongnya juga lebih besar di bandingkan dengan wanita pada umumnya. Jadi, tidak heran pria botak tampak tidak tahan dan begitu bersemangat.
"Tidak, aku tidak mau," balas Lidia.
Lidia tentu saja langsung menolak, siapa yang mau berhubungan dengan pria tua botak sepertinya.
Melihat wanita di hadapannya ini tidak menurutinya, membuat pria tua botak mulai kesal. Pria tua botak langsung meraih tangan Lidia dan membawanya paksa.
"Lepaskan aku!" teriak Lidia.
Lidia mencoba memberontak, tapi semuanya sia-sia. Tenaga pria tua botak itu jauh lebih besar di bandingkan seorang wanita.
Lidia juga menjadi sangat ketakutan dan juga berteriak minta tolong, berharap ada seseorang yang akan menolongnya.
"Buk," tiba-tiba saja sebuah tinju langsung menghantam wajah dari pria tua botak itu.
Seketika tubuh pria tua botak itu langsung terpental dan menggusur jalanan. Tinju itu berasal dari Evan yang langsung membuat pria botak itu tidak sadarkan diri. Darah keluar dari hidung pria tua botak itu membasahi aspal jalan.
Lidia juga langsung merasa lega karena akhirnya ada seseorang yang telah datang untuk menyelamatkannya.
"Tuan, terima kasih banyak atas bantuannya," ujar Lidia.
Evan juga mulai membalikkan tubuhnya sehingga membuat Lidia langsung terkejut.
"Evan..." Lidia tidak menyangka bahwa orang yang telah menyelamatkannya adalah Evan.
"Lidia, kamu tidak apa-apa bukan?" tanya Evan.