Naiki, seorang gadis cantik, cerdas, tegas, dan berani, namun berhati dingin. Ia dan Rhean kakaknya, menderita suatu gangguan mental akibat kekejaman ayah kandung mereka dimasa lalu. Penyiksaan fisik dan batin mereka dapatkan. Ketika penderitaan mereka berakhir, kebersamaan dengan ibu mereka pun ikut berakhir.
Dua puluh tahun kemudian Naiki kembali. Dengan status dan kemampuan bertarungnya yang luar biasa, Naiki ingin merebut kembali perusahaan ibunya yang dirampas paksa. Tidak ada kata ampun di kamusnya. Semua orang jahat, harus merasakan penderitaan yang pernah ia rasakan.
Namun, saat ia akan memulai misinya, ia dijodohkan dengan seorang pria tampan pemilik perusahaan besar yang tidak sengaja ditolongnya.
"Kau tenang saja, aku akan meminta kakek untuk menjadikanku milikmu secepatnya."
Kalimat pria itu seakan menghipnotis Naiki dan membuat hatinya meleleh. Apakah misinya akan berjalan sesuai rencana walaupun ia sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annadrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 Naiki dan Sisi
Naiki membawa Sisi menjauh dari Helen dan dua orang temannya. Perlahan, keringat mulai membasahi wajah Naiki. Pikirannya mulai kacau.
"Sisi, kau tunggu di sini, aku akan segera kembali." Ucap Naiki sambil berlari meninggalkan Sisi di sudut lain kantin tersebut.
Naiki berlari menuju toilet. Ia lalu mendorong sebuah pintu dan masuk ke dalamnya. Tangannya bergetar. Keringatnya bercucuran. Perlahan ia merogoh tas kecil yang tadi dibawanya untuk menyimpan beberapa lembar uang dan perlengkapan lain. Naiki mencari handsanitizer yang selalu ia bawa ke mana pun ia pergi kemudian menuangkannya ke tangan.
Naiki menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya. Perlahan ia mulai tenang. Naiki akhirnya berhasil menekan sendiri penyakitnya tanpa bantuan obat antidepresan. Obat yang selalu dibawanya ke mana pun, tetapi sangat jarang dikonsumsinya. Naiki mencoba kuat dan yakin dengan kemampuannya melawan penyakitnya itu.
"Hhh, aku pikir sudah tidak jadi masalah apabila hanya menyentuh sedikit seperti tadi." Batin Naiki. Ia teringat dengan sentuhan tangan Darel ketika menyematkan cincin di jari manisnya. Sentuhan lembut, yang tidak memancing penyakitnya untuk kambuh. Naiki menatap kedua telapak tangannya lekat.
"Bagaimana bisa kau bersedia disentuh pria itu, tapi tidak mau disentuh yang lainnya?" Umpatnya pada kedua tangannya.
Setelah merapikan rambut dan mengusap wajahnya dengan air, Naiki kembali menghampiri Sisi. Terlihat Sisi masih sangat syok. Ia hanya bisa duduk diam dan menundukkan kepalanya. Benar-benar hari pertama kerja yang berhasil menghancurkan mentalnya dalam sekejap.
Sisi berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya sudah lama meninggal. Ibunya menghidupi Sisi dan kedua adiknya dari uang pensiunan ayahnya dan dari hasil berjualan kue kecil-kecilan. Sisi adalah anak yang cerdas. Ia menyelesaikan kuliahnya dengan uang beasiswa yang diperolehnya karena prestasi akademik di kampus.
Namun, karena penampilannya yang terbilang cupu, Sisi selalu menjadi sasaran bullying teman-temannya. Beruntung Sisi dapat bertahan dan menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Sisi sangat bahagia karena bisa diterima di Brata Corp.
Impiannya, ia bisa membantu untuk mengembangkan usaha ibunya dengan memberikan modal besar suatu hari nanti. Tetapi apa yang didapat Sisi dihari pertamanya bekerja? Lagi-lagi sebuah penghinaan dan hujatan orang-orang yang merasa dirinya highclass.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Naiki sambil duduk berhadapan dengan Sisi.
Ia tahu, gadis polos itu sedang terpukul. Tangannya terlihat gemetar. Air mata sudah menggenang di matanya, namun ia tahan agar tidak menetes.
"Lebih baik kau berhenti bekerja Sisi." Ucap Naiki. Sisi terkejut mendengarnya. Ia langsung mengangkat wajahnya dan menatap Naiki. Sisi lalu menggeleng.
"Kenapa harus bertahan bila batinmu tersiksa?" Tanya Naiki. Tidak ada senyuman di wajahnya.
"A-ku... Aku harus mengganti uangmu tadi Nai." Sahut Sisi lirih. Naiki tertawa mendengarnya.
"Hahaha...Tidak perlu. Ayolah Sisi... Itu hanya receh. Dan harga diri gadis seperti dia hanya sebesar receh yang aku lemparkan tadi. Jangan kau pikirkan lagi." Cetus Naiki. Sisi terbelalak. Siapa sebenarnya Naiki, pikirnya.
Naiki tidak menyangka akan bertemu gadis sepolos Sisi. Naiki merasa Sisi adalah gadis baik.
"Hmmm...sepertinya aku membutuhkan sekretaris pribadi. Panjul saja tidak cukup. Lagian, pekerjaannya juga sangat banyak." Batin Naiki.
Naiki lalu beranjak, dan pergi membeli makanan lain untuk mereka makan siang ini. Setiap karyawan di Brata Corp memang memiliki hak untuk mendapatkan satu porsi makan siang setiap harinya. Karena jatah makan siang mereka berdua sudah tidak dapat dikonsumsi lagi, maka Naiki berinisiatif membeli makanan lain. Di pertengahan jalan membeli makan siang, Naiki mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Ivan, asistennya.
["Selamat siang Nona Rhea." Sapa Ivan.]
["Panjul, tolong kau selidiki gadis yang bernama Sisi. Dia adalah karyawan baru di Brata Corp. Kabari aku secepatnya." Perintah Naiki kepada Ivan dan langsung mematikan sambungan teleponnya.]
Naiki menyimpan kembali ponselnya ke saku. Ia kemudian dengan cepat membeli beberapa roti isi dan air mineral untuknya dan Sisi.
***********
Pukul 16.00 Wib, jam kerja di Brata Corp telah berakhir. Para karyawan telah bersiap untuk pulang. Namun tidak untuk Sonya yang sedang berada di ruang kerja Brata.
Terlihat sosok pria yang sudah berumur lima puluhan tahun sedang menahan emosinya. Ia benar-benar marah saat melihat sosok wanita muda dan seksi di depannya.
"Percuma kau menghabiskan uang untuk terlihat menarik, tapi otakmu tidak kau pakai, Sonya!" Bentak Brata.
Sonya gemetaran dibentak seperti itu oleh Brata. Padahal selama ini dia selalu dibangga-banggakan oleh Brata dan Ibunya.
"Bisa-bisanya kau pergi ke kantor Gerandra, dan berniat menggoda Tuan muda Gerandra dengan terang-terangan. Sekarang hasilnya apa? Mereka menolak mentah-mentah proposal kerjasama kita tempo hari. ****!" Ucap Brata kasar. Ia benar-benar murka kali ini.
Brakkkk... Stefannie membuka pintu ruangan Brata dengan kasar. Ia terlihat marah. Stefannie tidak terima kalau anaknya direndahkan seperti itu oleh Brata.
"Apa yang kau lakukan, Kak? Kenapa kau membentak Sonya?" Teriak Stefannie.
"Kau urus anak jal4ngmu itu. Dia sudah merusak semua rencanaku. Brengseeeekkk..." Brata semakin murka. Ia mulai membuang apa pun yang berada di meja kerjanya.
Ia sangat kesal karena tidak memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan Gerandra Corp. Sedangkan saat ini kondisi perusahaan sedang tidak baik dan membutuhkan investasi yang besar. Sudah beberapa cara ia coba untuk mendapatkan kerjasama itu, tapi ada saja yang menghalangi.
Termasuk rencana busuknya untuk menjebak CEO Gerandra Corp tempo hari. Begitulah Brata, orang yang tamak akan harta dan selalu menghalalkan segala cara demi mendapatkan harta tersebut.
Stefannie dan Sonya tampak gemetaran ketakutan. Hampir saja sebuah pajangan yang dilempar Brata mengenai kepala mereka.
"Ibu, tolong aku." Lirih Sonya sambil memeluk tubuh ibunya erat.
"Cukup Kak." Pekik Stefannie kemudian. "Kita pikirkan jalan keluar lainnya. Aku rasa bukan cuma Gerandra perusahaan besar di negri ini."
Brata terdiam saat mendengar ucapan Stefannie. "Maksudmu?"
"Bagaimana kalau kita beralih ke Caraka?" Usul Stefannie. Entah apa yang akan direncanakannya lagi.
****************
Ada yang pernah dibully?
Jujur, author pernah ngalaminya.
Dan itu benar-benar membekas guys.
Jadi, stop bullying yaa...
Jangan lupa dukung Author terus, ok?
Thanks