Tugas seorang suamu adalah memberi nafkah lahir batin seorang istri. Namun pada kenyataannya tak sedikit lelaki yang menyempelekan kewajibannya itu. Jangankan memberi nafkah secara sukarela, tak jarang istripun bagai pengemis yang harus berkali-kali bahkan mengiba untuk meminta yang telah menjafi haknya.
Tak sedikit kita temui banyak lelaki yang belum menyadari posisi tanggung jawabnya ketika ia memutuskan menikah. Banyak yang abai atau malah masih asik dengan hobinya nongkrong serta bermain game.
Itu juga lah yang terjadi dengan Heru, ia begitu abai menafkahi Rena. Bahkan uang belanja perharipun jauh dari kata cukup, Rena istri yang penyabar selalu menurut dan patuh kepada kehendak Heru. Karna baginya sturganya ada pada lelaki yang telah menikahinya itu.
Namun kesabaran yang telah ia semai diinjak-injak oleh keegoisan Heru, Rena lelah dalam kesabarannya yang tak pernah dihargai akhirnya berontak.
Hal apakah yang akan dilakukan Rena? yuk baca kisahnya, jangan lupa like, vote and komennya ya readers💜.
Terima kasih 😊😇💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Afrianthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Muak (9)
Mungkin begitu manusia jika sudah watak yang sudah melekat erat sejak lama sulit untuk dirubah, hanya menunggu keajaiban sajalah yang akan memungkinkan ia bisa berubah.
Mendengar ucapannya membuatku mengambil nafas dalam dan panjang lalu menghembuskan kasar.
"huh... dikirain udah sadar diceramahin panjang kali lebar eh taunya malah gak efek apa-apa" Sungutku sambil menghampirinya kekamar.
"Uang ini gak cukup buat 4Hari, Uang segini hanya cukup buat 2 hari 4 orang makan sehari 3kali" Aku mencoba berargumen karna memang rasanya sangat sulit atau bahkan tindak mungkinn untuk mecukupi kebutuhan hidup dengan uang 25 ribu sehari dalam keadaan harga barang yang meroket tinggi seperti sekarang ini. Terlebih untuk menghidupi 4 orang anggota keluarga.
"Terserah pokoknya uangku gak ada lagi" Jawabnya santai sembari membalikkan badan.
"Ya ampun uangnya gak ada lagi. Ya trus kamu habiskan buat apa sih? sedangkan seminggu kemaren juga kamu gak kasih uang. Sekarang malah bilang habis. Padahal gajian masih 8 hari lagi, trus sisanya mau makan apa?" Tanyaku.
"Ya makan nasi lah, Masa makan batu..!"
"Kamu cari pinjeman aja dulu buat makan, Nanti gajian aku yang bayar" jawabnya enteng.
"Uangnya habis untuk ku modif motor itu. Malu kalo lagi mabar temen-teman yang lain bagus motornya pada dimodif. Ya aku minder diledekin terus" Terangnya lagi tanpa merasa berdosa mengenyampingkan kebutuhan primer dan mendahulukan kebutuhan tersier. Lebih mengedepannya gaya hidup dibanding dengan isi perut keluarganya. Miriss....!!
"Ya Tuhan tobat Pah tobat mumpung masih ada waktu" geramku sambil berlalu keluar kamar. Jika aku tak keluar kamar sekarang juga, aku takut kehilangan kendali kewarasanku lalu mencabik-cabik si koret itu.
****
Segera kucari tau perihal kebenaran atas ucapannya itu. Kuamati setiap inci dari motor kesayangannya itu. Benar saja ada beberapa item telah dirombak dan diganti, Pantas saja terlihat berbeda.
Rasanya ingin sekali kuacak-acak motornya itu yang telah menghabiskan cukup banyak uang hanya untuk mengganti beberapa bagiannya saja. Namun kuurungkan niatku lalu memperbanyak istigfar tanpa henti untuk menenangkan diriku sendiri.
'Dasar lelaki egois, Selalu saja mementingkan dirinya sendiri dan juga gengsinya yang setinnggi langit itu' geramku dalam hati.
****
Minggu berganti. Hari ini memasuki awal bulan. Yang artinya adalah waktu gajian tiba.
"Pah udah gajiam belum?" Tanyaku Sesaat setelah ia pulang lalu beristirahat sebentar.
"Ngapain nanyain gajian?" Tanyanya balik.
"Itu loh kemarin aku pinjam uang sama Ka Astri 200 ribu untuk kekurangan uang bulan kamarin" Terangku.
"Lah ngapain aku yang bayar, Kamu yang pinjam kok aku yang ganti" Kilahnya tanpa dosa.
"Loh kan kamu yang suruh kemarin cari pinjaman" Aku benar-benar tak habis fikir dengan jawaban yang ia ucapkan.
"Aku kan suruhnya buat belanja aja, Paling 100ribu juga cukup. Kenapa sampe 200ribu" Kilahnya lagi.
"Masya Allah Pah, Uang segitu untuk kita majan sekeluarga 3 kali sehari selama 6hr loh. Aku udah irit seirit-iritnya, Jangan keterlaluan pelit kamu ya. Aku ga sanggup ngadepin sikap pelit kamu yang semakin menjadi" Amarahku kali ibu benar-benar telah sampai pada batasnya.z
"Trus mau kamu apa heh? Mau pergi ya silahlan aja. Aku gak pernah larang kok, Kamunya aja yang gak pandai bersyukur masih mending aku kasih makan" Ujarnya menantang tanpa rasa berdosa.
"Oh jadi begitu ya, kamu fikir aku gak bisa hidup tanpa uang darimu Pah? Kamu salah besar akan aku buktikan. Liat aja nanti akan aku buat kau menyesal" Tantangku dengan mata merah menahan Marah.
"Mama... Papa.... jangan berantem, dede takut..!!" Tiba anak bungsuku menghampiri, dan menangis sambil memelukku.
"Gak kok sayang, Mama gak berantem tapi cuma lagi ngobrol aja" Ucapku membujuk lalu membelainya lembut menenangkan. Sementara suamiku itu tak ada Iba sedikitpun pada anaknya sendiri.
Aku sudah muak kali ini dan benar-benar muak dengan sikapnya. Aku akan buktikan jika aku bisa hidup dan sukses tanpa bantuannya.
Next....