STOP PLAGIAT!!
Kisah Seorang gadis 23 tahun bereinkarnasi menjadi tokoh antagonis dalam novel kesayangannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anviqi Park, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8. Bukan Malaikat
Keesokan harinya Freya dan pasukan telah sampai di perbatasan. Perjalanan cukup menguras tenaga apalagi saat ini cuaca sangat cerah dan panas, membuat mereka sesekali berhenti untuk memberi minum kuda.
Freya melangkah turun dari kereta saat di depannya terpanjang Gapura besar menuju Batu Teleportasi. Tidak ada yang aneh, tempat itu memang sepi jadi tidak perlu takut.
Mereka memasuki gerbang hingga sampailah pada tanaman rambat yang menjalar membentuk lingkaran besar mengelilingi beberapa tiang yang rantainya mengikat sebuah batu besar nan cantik.
Itulah Batu Teleportasi.
Freya menganga melihat ukuran yang puluhan lebih tinggi darinya, untuk pertama kali dirinya melihat batu sebesar itu.
“Selamat datang Yang Mulia”. Sapa seseorang membuat Freya dan yang lainnya menoleh.
Seorang pria berambut putih datang dari balik batu besar, jika dilihat dari pakaiannya bisa ditebak kalau dia adalah seorang penyihir.
Hanya saja sejak tadi Freya membayangkan ketua menara sihir adalah pria tua berkulit keriput berjalan menggunakan tongkat namun yang ada saat ini pria yang sepertinya lebih muda darinya.
“Kau...”.
“Nama saya Keith Zaber, suatu kehormatan bagi saya bisa mengantarkan Yang Mulia”.
“Ah jadi kau Ketua Menara Sihir yang baru. Aku sudah mendengar detailnya dari Elvis”.
“Terima kasih atas perhatiannya, Yang Mulia”.
Freya kembali menoleh pada batu besar tersebut, mengagumi keindahannya yang terpancar jelas dan nyata.
“Sepertinya kau harus bekerja keras kali ini karna orang-orangku sangat banyak”.
“Saya akan melakukan yang terbaik, bagaimanapun juga saya bertanggung jawab penuh di sini”.
Anggukan Freya membuat Keith mulai menggunakan sihirnya, semua orang memperhatikan dengan seksama hingga lingkaran sihir timbul satu detik setelah batu itu mengeluarkan cahaya.
Tanaman rambat mulai bergerak menjauh hingga lingkaran sihir mulai berubah menjadi portal biru safir bergerak bergelombang.
“Yang Mulia anda boleh lewat sekarang, saya akan berdoa semoga anda mencapai kemenangan”.
Freya bergegas memasuki kereta dan sesaat setelah Chaiden bersorak lantang semua pasukan mulai berlari memasuki portal.
“Terima kasih Keith”. Ucap Freya sebelum menghilang dibalik portal meninggalkan pria yang kini membungkuk dengan senyuman di wajahnya.
Di lain sisi saat ini pasukan Imperial Palace mulai terdesak bahkan beberapa dari mereka terluka parah. Perlawanan dari Pulau Bulan sangat sengit apalagi mereka menggunakan teknologi perang terbaru membuat situasi tambah runyam.
Mereka hanya bisa bersembunyi di balik bebatuan atau lubang sembari merawat pasukan yang terluka.
“Kapten kita tidak bisa maju lagi, semua orang sudah tidak berdaya”. Sorak salah satu prajurit.
“Tetaplah bertahan saya yakin bantuan akan segera datang”.
“Tapi kapten.....”.
“Percayalah”. Potong pria 40 tahunan tersebut senada dengan suara tembakan datang bertubi-tubi.
“Huakkk”. Prajurit yang tadi bersorak terluka sesaat akan menyelamatkan salah satu rekannya.
Pria yang menjabat sebagai kapten itu bergerak cepat memapah anak buahnya ke tempat perlindungan.
“Kap..ten”.
“Bertahanlah jangan tutup matamu!!!”.
“Kita....kalah”.
“Tidak kita belum kalah, ck”.
Juara tembakan kembali terdengar namun kali ini seperti suara meriam. Kapten itu bangkit dan benar saja sebuah bola meriam melayang mendekat hingga....
Sringgg~
Bug!!
Bola tersebut terbelah menjadi dua dan jatuh tepat di sisi kapten. Mata itu terbelalak ketika seorang pria bertubuh kekar berdiri tepat di depannya, pria yang berhasil membelah bola meriam besi dengan mudah.
“Siapa... kau”.
“Senang melihat anda masih hidup, Kapten Eren”. Seru sebuah suara membuat pria bernama Eren itu berbalik.
“Y, Yang Mulia”.
“Maaf karna datang terlambat, mulai dari sini serahkan semuanya padaku. Kalian boleh beristirahat”.
Semua orang terkejut, tentu saja. Mereka bahkan beranggapan jika saat ini mereka berada di surga.
“H, hormat kepada Yang Mulia Kaisar!!”. Sorak mereka serempak.
“Kalian telah bekerja keras. Pergi bawa pasukan yang terluka, paramedis berada di kereta paling belakang”.
“B, baik Yang Mulia”.
Semua pasukan mulai bergerak ke posisi masing-masing dan sepertinya musuh menyadari kedatangan mereka karna tembakan meriam tadi terhenti seketika.
“Chaiden. Lakukan sesuai rencana”.
“Baik”. Balasnya berlalu pergi bersama beberapa prajurit.
Hanya sekali lompatan Freya berhasil menaiki kuda putih yang sudah dipasangi baju besi. Kaki kokoh itu langsung berlari dengan kecepatan penuh.
Jauh di depan sana musuh mulai memperketat keamanan, para pemanah berbaris sepanjang pagar dengan mode stand by. Mengarahkan anak panah ke depan dimana Freya sedang berlari mendekat.
“Dasar bodoh mereka bahkan tidak memikirkan keselamatan sang Kaisar. Baiklah mari selesaikan dengan cepat”. Ucap pria yang wajahnya penuh dengan bekas luka.
“Tunggu dulu”. Kali ini suara serak menghentikan aksi mereka.
Sontak saja semua orang membungkuk hormat sesaat setelah pria berjubah hitam datang bersama dua pengawalnya.
“Hentikan serangan, biarkan dia masuk”.
“T, tapi tuan....”
“Kau berani membantahku, mav”.
“Saya tidak berani, tuan”. Balasnya langsung memerintahkan anak buahnya untuk menghentikan serangan.
Freya yang menyadari itu tersenyum miring bahkan dengan mudahnya masuk ke dalam istana musuh satu detik setelah pintu gerbang terbuka lebar.
“Selamat datang di gubukku, Freya Grizelle Empress of Imperial Palace”.
“Senang rasanya disambut HANGAT oleh anda Sir Thomas”.
Perlahan Freya turun dari kudanya tanpa memikirkan bahaya apapun, terkesan nekat namun berani.
“Sepertinya peperangan ini tidak akan berakhir dengan mudah, saya terlalu meremehkan situasi”.
“Maaf mengecewakan anda. Jika saja pihak Pulau Bulan tidak membuat ulah dengan menculik serta menjual rakyatku mungkin peperangan ini tidak terjadi”.
“Oh ayolah, Yang Mulia. Have a mercy. Sebahagian besar manusia yang saya bawa terlibat kasus kriminal yang suka melakukan tindakan tidak terpuji. Bukankah kita sama-sama menguntungkan”.
Fix. Freya mulai menahan amarahnya untuk tidak menghunuskan pedang pada leher pria tersebut, jika lepas kendali maka gagal lah rencana yang sudah ia susun selama dua hari tanpa tidur.
“Baik atau jahat itu tidak penting, mereka lahir dan tinggal di Imperial Palace. Suka atau tidak mereka adalah rakyatku, lucu memang tapi tidak akan kubiarkan kau melakukannya lagi”.
“Ohooo romantis sekali, sejak kapan ratu iblis berubah menjadi malaikat”.
“Sifatku ini masih jauh dari kata malaikat, kalau kau mau tau”.
“Apa maksudmu?”. Thomas memandang curiga senyuman licik terlukis di wajah cantik itu, membuatnya merasakan dirinya melupakan sesuatu yang penting tapi apa?
“Percaya atau tidak setengah diriku masih jelmaan iblis”. Kekehnya sembari melipat tangan di dada.
“Apapun yang anda lakukan tidak akan mempengaruhiku, fakta bahwa kita masih menjadi musuh tidak bisa ditarik kembali. Saya rasa Yang Mulia juga paham”.
Freya mengangguk pelan namun wajah cemas yang diharapkan Thomas belum terlihat sedikitpun, datar dan dingin hanya itu yang tampak.
“Kalau begitu bersiaplah mendapatkan kejutan, anggap saja hadiah karna aku sudah berpartisipasi dengan baik”.
“Ap.....”.
BRAK!!
aku suka..
semangatt sllu yah