Nayara Kirana seorang wanita muda berusia 28 tahun. Bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang pria matang, dan masih bujang, berusia 35 tahun, bernama Elvano Natha Prawira.
Selama 3 tahun Nayara menjadi asisten pria itu, ia pun sudah dikenal baik oleh keluarga sang atasan.
Suatu malam di sebuah pesta, Nayara tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian senilai 500 juta rupiah, milik dari Madam Giselle -- Ibu Elvano yang dititipkan pada gadis itu.
Madam Gi meminta Nayara untuk bertanggung jawab, mengembalikan dalam bentuk uang tunai senilai 500 Juta rupiah.
Namun Nayara tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga Madam Gi memberikan sebuah penawaran.
"Buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Atau saya laporkan kamu ke polisi, dengan tuduhan pencurian?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09. Merubah Penampilan Secara Perlahan.
Elvano tidak langsung membawa Nayara pulang. Mereka mampir ke salah satu warung sate langganan pria itu.
Mereka hanya sempat makan sore di kantor sebelum pulang. Dan di acara tv tadi, hanya mendapatkan minum dan cemilan saja. Semua itu tidak cukup untuk perut Elvano. Ia masih merasa lapar.
Nayara pun mengekori langkah sang atasan. Ia masih menggunakan jas pria itu, sebab Elvano melarang untuk membukanya.
“Sate kambing, lontong dan jeruk hangat.” Ucap Elvano pada pemuda yang bertugas mencatat pesanan.
“Kamu mau apa, Ra?” Tanyanya pada sang asisten pribadi.
“Saya sate ayam saja. Tanpa lontong. Dan jeruk hangat juga.” Ucap Nayara kemudian.
“Tanpa lontong? Biasanya juga kamu suka nambah.” Celetuk Elvano.
Kali ini, ia menatap gadis yang duduk di hadapannya itu dengan lekat. Tidak lagi merasa gerah, karena bahu gadis itu sudah tertutup oleh jas miliknya.
“Ini sudah malam, pak. Saya takut gendut.” Jawab Nayara asal.
Satu alis Elvano terangkat setelah mendengar jawaban gadis itu.
“Saya masih ingat semalam kamu makan dua porsi mie instan di penthouse.” Ucap pria itu.
Nayara mengerucutkan bibirnya. “Ya itu ‘kan karena saya terakhir makan di jam istirahat siang, pak.”
“Bukan karena rakus?” Tanya Elvano.
“Bukanlah.” Jawab Nayara singkat.
Obrolan mereka terasa lebih santai saat di luar jam kantor. Elvano tidak pernah gila hormat. Ia bahkan mengijinkan Nayara atau Gilang berbicara non formal dengannya jika sedang berdua seperti ini.
Namun, para asistennya itu menolak. Mereka masih saja merasa segan dengan Elvano.
“Mau apa kamu?” Tanya pria itu saat Nayara hendak membuka jasnya.
“Lepas dulu, pak. Takut nanti terkena bumbu sate. Jas mahal ini.” Ucap Nayara.
“Tetap pakai atau kamu bungkus sate kamu.” Delik pria itu.
Nayara berdecak pelan. Ia pun mengurungkan niatnya untuk melepas jas itu.
Yang benar saja satenya harus di bungkus? Sementara ia harus menunggu Elvano makan dengan lahap.
Oh.. tidak bisa! Ia juga mau ikut makan di tempat. Menikmati sate selagi masih hangat.
“Ancaman bapak tidak seru.” Gerutu gadis itu.
“Sudah berani menggerutu pada saya kamu, Ra?” Elvano mendengarnya. Mata pria itu masih membulat sempurna.
Nayara pun hanya mampu menampilkan senyum terpaksa. Kemudian menggeleng cepat.
‘Pelan - pelan, Ra. Ini baru hari pertama. Pikirkan cara lain untuk merayu balok kayu ini.’
Sepertinya ia harus mencari refrensi dari media sosial ataupun internet. Cara untuk merayu pria matang.
Meski dirinya sudah berusia dua puluh delapan tahun, namun Nayara masih minim pengalaman berpacaran.
.
.
.
Nayara meletakkan jas yang kemarin ia bawa pulang, pada kantong cucian bersama dengan jas kotor lainnya milik Elvano.
Di penthouse itu memang ada tempat dan mesin cuci canggih. Namun, untuk urusan mencuci jas, Nayara menyerahkan pada layanan apartemen.
Ia tidak memiliki banyak waktu untuk mencuci setelan formal itu. Untuk pakaian yang lain, tinggal di pilah sesuai jenis dan warna. Kemudian, biarkan mesin cuci bekerja secara otomatis.
Ia tinggal mengangkat dan menjemurnya sebelum pergi ke kantor. Untuk urusan menyetrika, biasanya asisten rumah tangga panggilan yang melakukannya.
“Kita sarapan di luar saja.”
Nayara terjingkat setelah mendengar suara Elvano. Saat masuk ke dalam kamar, pria itu masih bergelung di bawah selimut.
“Yah, padahal saya mau membuat sarapan sambil mencuci, pak.” Ucap Nayara sembari melihat ke arah keranjang baju kotor milik pria itu.
Tidak banyak, mungkin ada tiga pasang baju dan celana beserta dalamannya. Karena Nayara selalu mencuci setiap hari. Lebih tepatnya mesin cuci yang bekerja. Ia hanya tinggal memasukkannya saja.
“Besok saja. Saya sedang ingin makan bubur ayam yang di dekat kantor.” Ucap Elvano sembari berlalu ke kamar mandi.
Nayara menghela nafas pelan. Ia pun menggeser kembali keranjang baju kotor ke sudut ruang ganti.
Gadis itu kemudian menyiapkan pakaian kerja untuk Elvano.
“Sudah seperti istrinya saja. Apa dia tidak risih, pakaian dalam pun aku yang menyiapkan?” Gerutu gadis itu.
Sebelumnya Nayara tidak memiliki pikiran seperti itu. Namun, semenjak Madam Giselle memintanya untuk merayu Elvano, pikiran gadis itu menjadi berkeliaran kemana - mana. Dan baru sadar, jika pekerjaannya sudah seperti seorang istri.
Hanya kurang menemani saat tidur saja.
Eh? Kepala Nayara menggeleng kencang. Tidak boleh berpikiran sejauh itu.
Setelah selesai menyiapkan pakaian kerja, seperti biasa Nayara pun merapikan tempat tidur pria itu.
Pekerjaannya pagi ini sedikit ringan karena sang atasan tidak sarapan di penthouse.
Sembari menunggu Elvano bersiap, Nayara pun keluar dari kamar pria itu. Ia memilih melakukan pekerjaan kecil lain di dapur. Merapikan peralatan makan bersih dari rak cuci. Dan memeriksa ketersediaan bahan makanan.
“Kamu suka sekali merepotkan diri.” Ucap Elvano saat melihat sang asisten menyapu lantai dapur hingga ruang makan.
“Habisnya menunggu bapak selesai itu lumayan lama.” Ucap Nayara sembari meletakan alat kebersihan.
Ia kemudian mencuci tangan dan mengeringkannya, karena akan memakaikan Elvano dasi.
“Kamu mengganti warna lipstik?” Tanya Elvano saat Nayara memakaikan dasi.
Gadis itu seketika mengulum bibirnya. Lalu menggeleng pelan.
“Lalu, bisanya tidak secerah ini.” Ucap Elvano lagi.
‘Wah.. apa selama ini pak Elvano memperhatikan riasan wajah aku?’
Batin gadis itu bersorak senang.
“Biasanya saya memakai tipis, pak.” Ucap Nayara setelah ikatan terakhir.
“Jadi hari ini kamu menggunakannya lebih tebal?” Tanya Elvano lagi.
Dan Nayara pun menganggukkan kepalanya.
Ia sudah bertekat merubah penampilannya secara perlahan untuk merayu Elvano. Tidak ingin langsung berubah, karena akan membuat pria itu curiga.
“Untuk apa? Padahal yang seperti kemarin - kemarin itu sudah bagus. Kamu terlihat natural dan tidak berlebihan.” Imbuh pria itu.
“Ya, saya mau mencoba tampilan baru, pak. ‘Kan semalam bapak dapat penghargaan, dan setelah ini dimana pun kita berada pasti akan menjadi perhatian orang. Saya hanya tidak ingin membuat pak El malu karena memiliki asisten pribadi yang tidak menarik.”
Perintah Madam Giselle membuat Nayara berusaha untuk merangkai alasan yang tepat jika Elvano menyadari perubahan penampilan dirinya.
Dan ternyata benar. Elvano menyadari perubahan penampilan gadi itu walau hanya sekedar pewarna bibir.
‘Jika pak El memperhatikan aku selama ini, apa itu artinya akan mudah merayu pria itu? Astaga.. semoga semua ini cepat berlalu. Bukannya aku ingin menjadi istrinya, tetapi agar aku segera terbebas dari ancaman Madam Giselle.’
“Kenapa kamu harus memikirkan orang lain?” Tanya pria itu.
Nayara menghela nafas pelan. Ia sudah selesai memakaikan pria itu dasi.
“Saya hanya tidak ingin membuat bapak malu. Punya asisten tapi ketinggalan jaman. Biar tidak ada yang mencibir. Mereka bisa mengira, bapak tidak memperdulikan asisten sendiri.”
Elvano berdecak pelan. “Terserah kamu saja, Ra.”
nungguin si el bucin sama si nay..
ayok kak hari ini upny double 🤭