NovelToon NovelToon
Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Teen / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Kisah cinta masa kecil / Idola sekolah
Popularitas:508
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Apa jadinya jika dua orang sahabat memiliki perasaan yang sama, tapi sama-sama memilih untuk memendam perasaan itu daripada harus mengorbankan persahabatan mereka? Itulah yang saat ini dirasakan oleh dua orang sahabat, Bulan dan Bintang.

Bulan, sahabat sejak kecil seorang Bintang, menyukai pemuda itu sejak lama tapi perasaan itu tak pernah terungkap. Sementara Bintang, baru menyadari perasaannya terhadap gadis cantik itu setelah dirinya mengalami kecelakaan.

Keduanya terjebak dalam perasaan yang tak terungkap. Mereka tidak tahu harus melakukan apa. Keduanya hanya tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi, akankah persahabatan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih?

---------------------------------------------------------------------------

"Lo keras kepala banget! Lo gak tau apa gue khawatir, gue sayang sama lo." gumam gadis itu lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Lo ngomong apa tadi?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Kabur dari rumah

Bintang melesat dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya. Ia merasa sangat frustasi dan hanya ingin cepat sampai di rumahnya. Ayahnya yang awalnya mengejarnya tapi pada akhirnya mengurungkan niatnya karena deadline pekerjaannya.

Tiba di rumahnya, Bintang memarkirkan motornya dan langsung bergegas menuju kamarnya di lantai dua. Bahkan, ia sama sekali tidak menghiraukan seorang asisten yang sedang menyapu di depan kamarnya.

"Lho mas, kok udah pulang jam segini? Masnya baik-baik aja?" Ujar asisten itu peduli.

Bintang tidak mengindahkan perkataan wanita paruh baya itu. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa kata, bahkan ia menutup pintu dengan keras.

"Astaghfirullah hal'adzim," ujar beliau yang terkejut sambil mengelus dada.

Asisten itu sudah terbiasa dengan sikap Bintang yang terkadang suka emosi sendiri. Dan ia juga tahu pasti kalau Bintang sudah seperti itu sudah pasti berkaitan dengan ayahnya. Ia tidak ingin mengganggu anak majikannya itu, terlebih suasana hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya.

Di dalam kamarnya, Bintang mengacak-acak rambutnya penuh frustasi. Bahkan, ia memukul-mukul bantal dengan emosi yang memuncak. Ayahnya sudah sangat marah saat ini, dan Bintang tahu pasti akan terjadi konflik besar lagi di rumahnya.

Sementara itu, di kelasnya, Bulan bolak-balik melirik jam di tangannya. Seharusnya Bintang sudah kembali ke kelas saat ini. Tapi dua jam berlalu, Bintang tak kunjung kembali ke kelasnya.

"Apa Bintang di skors?" pikir Bulan yang pikirannya sudah melayang kemana-mana.

"Bulan Ayu Rarasati! Tolong perhatikan pelajaran!!" Bentak guru yang mengajar membangunkan lamunan Bulan.

"Eh, i-iya maaf Bu."

Semua mata tertuju padanya, membuat Bulan merasa malu di tegur seperti itu. Terlebih guru yang sedang mengajar terkenal dengan kedisiplinan nya.

Bulan pun kembali memfokuskan diri pada pelajaran yang sedang berlangsung. Meskipun pikirannya sudah berkecamuk saat ini.

Saat jam istirahat tiba, Bulan dengan sengaja berjalan melewati ruang BK dengan harapan Bintang masih ada di sana. Matanya melirik ke arah ruangan itu, tapi tidak ada Bintang sama sekali di dalam sana.

Bulan menghela nafas, Bintang tidak ada di ruang BK jadi kemana ia pergi? Bulan pun berjalan menuju kantin yang kebetulan melewati tempat parkir motor.

Bulan membulatkan matanya ketika ia melihat motor Bintang yang sudah tidak ada di sana. Padahal ia mengingat jelas bahwa Bintang memarkirkannya di tempat itu tadi pagi.

Karena khawatir, Bulan pun langsung menghubungi sahabatnya itu melalui panggilan telepon. Panggilan itu berdering, tapi Bintang justru menolak panggilannya.

Bulan menatap layar ponselnya yang baru saja ditolak oleh Bintang. Bintang tidak biasanya seperti itu, membuat Bulan menghela nafas panjang.

Bulan tidak ingin mengganggu sahabatnya itu untuk saat ini. Bulan yakin bahwa Bintang sedang tidak baik-baik saja, tapi Bulan tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Bintang saat ini.

Bulan pun mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantin, ia kembali berjalan menuju kelasnya. Mencoba menepiskan kekhawatirannya terhadap Bintang untuk sejenak.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Malam hari pun tiba, Bintang terbangun dari tidurnya dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya. Ia tidak menyadari bahwa ia tertidur setelah meluapkan emosi yang membendung di hatinya.

Bintang menghela nafas, ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan membersihkan diri lalu berganti pakaian. Bintang mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja, matanya membulat ketika ia melihat banyaknya panggilan telepon tak terjawab dari Bulan.

Bintang tidak menyangka bahwa Bulan sepertinya sangat mengkhawatirkannya, padahal Bintang sendiri sempat menolak panggilan itu sebelumnya. Bintang pun memutuskan untuk menghubungi Bulan melalui sebuah pesan singkat.

"Bintang!! Bintang!!! Sini kamu!!!"

Baru saja Bintang hendak mengetikkan pesan untuk Bulan, tiba-tiba saja ayahnya berteriak. Jujur saja, Bintang merasa trauma dengan kemarahan ayahnya. Tanpa sadar, tangannya pun bergetar hebat sehingga menjatuhkan ponselnya ke lantai.

Braakk!!

Tiba-tiba saja pintu didobrak keras dari luar. Bintang sengaja mengunci pintu kamarnya karena butuh ketenangan. Tapi, tanpa disangka pintu itu didobrak hingga akhirnya berhasil terbuka.

Bintang melihat ayahnya yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang merah padam. Ia sendiri menatap ayahnya dengan perasaan yang campur aduk. Ayahnya berjalan mendekat, Bintang tidak ada pilihan selain melangkah mundur.

"Enak ya kamu bolos sekolah?! Kamu pikir biaya sekolah kamu dari mana, hah!!" Bentak ayahnya dengan suara yang menggelar.

Bintang menunduk, tidak berani menatap ayahnya yang sudah sangat emosi. Nafasnya memburu karena menahan emosi yang ia usahakan agar tidak meledak di depan ayahnya.

"Jawab Papa Bintang!! Kamu semakin gak tau diri sekarang!"

Lagi-lagi ayahnya berteriak, membuat hati Bintang semakin terluka. Ia hanya bungkam, tidak ingin menjawab ayahnya sama sekali.

Plaakk!!

Tiba-tiba satu tamparan didapatkan Bintang karena ayahnya yang sudah sangat geram. Bintang menahan air matanya agar tidak menetes, ia yang awalnya ciut kini justru menatap ayahnya dengan berani.

Bukannya bermaksud ingin melawan ayahnya, tapi Bintang tidak sanggup lagi diperlakukan seperti itu terus-menerus oleh ayahnya. Ia sangat lelah, ia ingin konflik itu berhenti. Tapi, sepertinya itu tidak akan pernah terjadi di keluarga Bintang yang sudah sangat jauh berantakan.

"Pa! Stop perlakuan aku kayak gitu! Aku juga sebenarnya gak ingin bolos seperti ini. Tapi karena Mama dan Papa... Karena kalian, aku jadi seperti ini." Ujar Bintang penuh kekecewaan.

Ayahnya semakin marah ketika Bintang menyebutkan ibunya. Ia menatap Bintang dengan tatapan semakin tajam dan penuh amarah.

"Stop sebut Mama mu lagi, Bintang!"

Bintang mengalihkan pandangannya, ayahnya sama sekali tidak mengerti tentang perasaannya saat ini. Apapun yang dikatakan Bintang selalu saja memicu amarah sang ayah.

"Dasar anak bikin malu!" Bentak ayahnya, bahkan ia kembali melayangkan tangannya.

Bintang hanya menatap tangan ayahnya di udara dengan tatapan kosong. Ia benar-benar tidak ada tenaga untuk menghalau ayahnya. Tapi, tangan kekar itu tiba-tiba saja terhenti di udara, sebelum akhirnya ia kembali menurunkan tangannya.

"Kenapa berhenti, Pa? Lanjut aja, aku udah terbiasa kok." Ujar Bintang lirih dan tanpa sadar menitikkan air matanya.

Ayahnya masih terlihat marah, ia menatap tajam ke arah Bintang. Tanpa kata lagi, ia pun langsung beranjak pergi, meninggalkan Bintang sendirian di kamarnya.

"Aaarghhhh!!" Teriak Bintang penuh frustasi setelah ayahnya hilang dari pandangan.

Matanya tertuju pada lemari pakaian yang terletak di sudut kamarnya. Bintang pun langsung mengambil tasnya dan mengemasi pakaiannya serta perlengkapan sekolahnya.

Bintang tidak tahu harus kemana, tapi yang jelas ia merasa jengah jika terus menerus berada di rumah yang terasa seperti penjara itu.

Setelah memastikan semua keperluannya sudah ia masukkan ke dalam tas, ia pun meraih ponsel dan kunci motornya sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan rumah itu.

"Bintang! Mau kemana kamu!!"

Baru saja Bintang menaiki motornya, tiba-tiba saja ayahnya menyadari bahwa ia akan pergi dari rumah itu. Bintang tidak menghiraukannya dan langsung melesat meninggalkan pekarangan rumah mewah itu di belakang.

Ayahnya sempat berteriak, tapi Bintang tidak bisa mendengar perkataan ayahnya yang entah mengatakan apa. Suara deru dari motor sport nya itu terasa sangat keras di telinganya.

Bintang melaju dengan kecepatan tinggi, ia mengendarai motornya dengan perasaan frustasi yang membara. Yang ia pikirkan saat ini hanya satu, yaitu kabur dari rumah yang tak pernah ada kenyamanan itu.

Saat melewati jalanan yang sepi, tiba-tiba saja rem motornya terasa macet. Bintang mulai panik, ia mencoba menekan rem berkali-kali tapi hasilnya nihil. Bintang hampir saja menabrak seseorang yang ingin memasuki mobilnya, karena panik ia pun membelokkan arah motornya ke arah lain. Tapi, tiba-tiba saja...

Ciiitttt... Braakk!!

Bintang mengalami kecelakaan tunggal, membuat orang itu langsung berlari ke arahnya.

"Tolong, tolongg!! Ada kecelakaan!"

Sementara itu, di lain sisi, Bulan menatap langit malam dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa khawatir dengan Bintang, bahkan saat ini firasatnya pun terasa tidak enak.

Bulan mengecek ponselnya dan melihat tidak ada tanda-tanda Bintang menghubunginya. Bulan menghela nafas, ia tidak tahu konflik apa lagi yang sedang dialami Bintang di rumahnya.

Bulan beranjak dari depan jendela menuju tempat tidurnya. Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ia langsung mengangkat panggilan itu ketika melihat nama Bintang yang tertera di atasnya.

"Halo Bintang, lo dimana? Lo baik-baik aja kan, sumpah firasat gue gak enak." Ujar Bulan langsung menunjukkan kekhawatirannya.

"Halo Bulan, Bintang kecelakaan Lan. Ini udah di bawa ke rumah sakit. Nanti gue jelasin kenapa gue yang telpon lo." Ujar suara di seberang telepon yang terdengar seperti suara Alvian.

Bulan langsung melemas, ia menutup mulutnya seakan tidak percaya apa yang dia dengar. "A-apa... Kecelakaan?" ujarnya lirih.

^^^Bersambung...^^^

1
JJ Official
Hai Kak, Saya Sudah membaca Novel Kaka dari Bab 1 - 7 dan saat saya baca novel Kaka, Saya sedikit Kebingungan, sebenarnya Konflik Apa yang sebenarnya Dihadapi Oleh bintang sehingga dia menjadi anak yang nakal dan acuh tak acuh? dan apa pekerjaan Orang Tua Bulan sehingga dia bisa tinggal di keluarga yang Tidak Terlalu Kaya dan tidak terlalu Miskin? dari Bab 1 Bintang dan Bulan Tampaknya sudah Kenal, tidak dijelaskan bahwa mereka ketemu dimana? kenalan dimana? dan suka ngobrolin apa? begitu ya kak. itu saja kritik dari saya semoga Kaka bisa Up Episode 8 Dengan Alur yang Lurus ya kak 😊
ndah_rmdhani0510: Sudah di revisi, semoga suka ya sama ceritanya... Happy reading 🤗
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!