Dikhianati dan difitnah oleh selir suaminya, Ratu Corvina Lysandre terlahir kembali dengan tekad akan merubah nasib buruknya.
Kali ini, ia tak akan lagi mengejar cinta sang kaisar, ia menagih dendam dan keadilan.
Dalam istana yang berlapis senyum dan racun, Corvina akan membuat semua orang berlutut… termasuk sang kaisar yang dulu membiarkannya mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Pesta kebun itu semeriah ingatan Corvina, lampu-lampu kristal bergantung di antara dahan, musik gesek lembut mengisi udara, dan tawa bangsawan bergema di bawah langit sore Ardelia. Tak ada yang berubah dari kehidupan sebelumnya, kecuali dirinya.
Kini Corvina berdiri tegak di tengah taman istana dengan gaun ungu lembut berhiaskan renda perak. Gaun yang dulu dipakai Meriel, gaun yang pernah membuat semua mata terpaku padanya. Kali ini, giliran Corvina yang mencuri perhatian.
“Salam hormat, Yang Mulia Ratu.” Meriel berjalan mendekat dengan langkah anggun yang dibuat-buat. “Gaun Anda nampak indah, Yang Mulia.”
Corvina menoleh perlahan, senyum tipis menghiasi bibirnya. Ia tahu, di balik pujian itu tersembunyi niat buruk.
“Benarkah?” suaranya tenang, tapi tajam di ujungnya. “Aku juga berpikir begitu. Gaun ini … ternyata lebih cocok dipakai olehku.”
Sekilas, Meriel tampak kehilangan warna di wajahnya. Tangannya yang memegang kipas berhenti bergerak. “Gaun itu…,” katanya lirih, “aku rasa itu rancangan terbaru milik Desainer Elaren, bukan?”
“Benar sekali.” Corvina mengangguk kecil. “Aku memesannya minggu lalu. Untung aku sempat, karena kudengar ada seseorang yang ingin mengambil semua rancangan barunya.” Tatapan matanya menohok lurus ke arah Meriel. “Sayang sekali, orang itu terlambat.”
Meriel menggigit bibirnya. Ia tidak sadar bahwa itulah gaun yang dulu ia rebut dari Corvina di kehidupan sebelumnya. Sekarang, ratu itu mengenakannya dengan anggun, membuat semua orang berbisik kagum.
Cassian dari kejauhan melirik ke arah mereka, matanya berhenti di Corvina. Senyum samar muncul di wajahnya, sesuatu yang membuat dada Meriel menegang.
“Ratu, terlihat sangat… berbeda malam ini,” ucap Cassian ketika akhirnya kembali mendekati mereka. “Kau lebih berkilau dari siapa pun di taman ini.”
“Terima kasih, Yang Mulia,” jawab Corvina, sedikit menunduk. Dalam hati, ia nyaris tertawa. Dulu, Cassian tidak pernah menatapnya seperti itu.
Sementara Meriel hanya bisa tersenyum kaku, jari-jarinya mencengkeram kipas kuat-kuat.
“Sepertinya pesta ini akan menjadi awal yang panjang,” katanya, suaranya penuh kepahitan.
“Ya,” Corvina menatapnya dengan lembut, matanya berkilat. “Awal dari banyak hal yang akan berubah.”
Dan untuk pertama kalinya sejak terlahir kembali, Corvina benar-benar menikmati permainan ini karena kini, dialah yang memegang semua bidaknya.
"Kalian berbincang lah lagi, aku masih ada urusan," Cassian kembali pergi meinggalkan mereka saat melihat seorang bangsawan datang.
"Yang Mulia benar, banyak hal yang akan berubah," kata Meriel, setelah Cassian mulia menjauh, "Mungkin saja, posisi yang Mulia juga akan berubah setelah nanti saya mengandung anak Kaisar."
Mendengar perkataan lancang Meriel, di kehidupan lalu Corvina langsung menampar Meriel tanpa tahu itu adalah perkataan provokasi dan jebakan yang berujung dirinya di hujat dan di cap sebagai Ratu yang cemburu dan bersikap imfulsif.
"Siapa yang lebih dulu punya anak tidak akan merubah apapun, Lady," kata corvina, dengan nada yang lembut dan terlihat begitu tenang, "Karena anak dari selir jika ratu belum punta keturunan akan di besarkan di istana ratu dan aku akan tetap mejadi ratunya."
"Ratu!" seru Meriel, wajahnya menegang menahan emosinya, "Anda bicara seperti itu, seolah menganggap saya hanya sebuah alat untuk keturunan kerajaan, bukan sebagai wanita yang di cintai Kaisar."
Mata para tamu undangan yang mendengar suara Meriel yang meninggi di depan Ratu membuatnya jadi terlihat sangat gugup.
Sedngkan Corvina hanya menatapnya sedikt lama membiakan perhatian orang tertuju pada Meriel, lalu ia tersenyum. Senyum kecil di bibirnya tampak terlihat berbahya.
"Meninggikan suara di depan Ratu adalah sebuah kesalahan, Lady," ucap Corvina tenang, tapi suaranya lebih keras dari sebelumnya, seolah ingin di dengar oleh para tamu, "lagipula, jika kamu benar-benar yakin akan mengandung anak dari yang mulia Kaisar. Seharusnya kamu kamu tidak perlu sibuk menyakinkan orang lain, bukan?"
Para tamu langsug riuh berbisik, melirik aneh ke arah Meriel. Banyak yag berbisik Meriel selir yang kurang ajar baru saja di angkat menjadi selir sudah ingin merebut posisi ratu.
Meriel mencoba tersenyum di tengan kegelisahannya. "Yang Mulia memang pandai berbicara," ujarnnya, " saya tidak pernah bilang akan merebut posisi Yang Mulia Ratu."
Corvina kembali tersenyum. "Baguslah, kalau kamu berpikiran demikian, Lady," ucap Corvina, "karena yang pantas duduk di sisi Kaisar hanyalah ratu yang di angkat secara resmi dengan asal usul yang sangat jelas dan pertimbangan secara ketat., bukan dengan kasur istana."
Beberapa tamu yang mencuri dengar terkejut, dan beberapa pura-pura batuk untuk menahan tawa. Meriel nampak pucat, bibirnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar. Ia menunduk, berusaha menjaga kehormayan yang tersisa di tengah tatapan para bangsawan.
Corvina melangkah, gerakan nya lembut dan juga berwibawa. Gaun sutranya bergemerisik halus saat ia melangkah melewati Meriel yang berdiri kaku.
"Lady Meriel," ucapnya lembut di telinga sang selir tanpa menoleh, "belajarnya menjaga mulutmu. Itu cara terbaik untuk bertahan hidup di istana."
Meriel menggigit bibirnya, Di matanya, ada kebencian yang berkobar. Untuk saat ini, ia merasa kalah, tapi ia berjanji dalam hatinya dia akan membalas sang Ratu.
Corvina melangkah pergi dengan tenang, meninggalkan aroma kemenangan. Baginya ini baru permulaan, akan banyak kejutan-kejutan lain yang akan ia berikan pada meriel.
bertele2