NovelToon NovelToon
Abdi Dan Sistem Clara

Abdi Dan Sistem Clara

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: PenAbdi

Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep.9

"Banyak mobil Lewat pagi ini..."

Abdi duduk di halte menunggu mobil perusahaan yang menjemputnya. Di tangan kirinya, tablet ungu Clara kini sudah diperbaiki sebagian.

Muncul Notifikasi Misi ke 9 di layar Tablet.

...{ Misi ke 9 Infiltrasi Sistem Rahasia Arkam Group }...

Clara muncul dengan cahaya samar. "Aku sudah memindai seluruh jaringan kota. Aktivitas digital Rahman meningkat tajam. Ia membangun server pusat baru di bawah gedung Arkam Group di Jalan Gatot Subroto. Itu target kita selanjutnya."

Abdi mengangguk. "Berarti kita harus masuk ke sana. Tapi kali ini tidak bisa lewat cara lama. Aku harus masuk sebagai karyawan."

"Benar. Aku sudah menyiapkan identitas palsu. Nama barumu Dimas Prayoga. Posisi staf IT junior. Surat lamaranmu sudah disetujui sistem otomatis mereka."

Abdi tersenyum kecil. "Kamu benar-benar cepat, Clara."

"Aku hanya mengikuti ritme otakmu, Abdi. Tapi hati-hati, sistem mereka punya keamanan tinggi. Jika Rahman tahu kamu ada di dalam, semuanya berakhir."

Hari pertama Abdi di gedung Arkam Group terasa seperti masuk ke sarang singa. Gedung kaca setinggi lima puluh lantai itu berkilau di bawah matahari. Satpam di depan memeriksa setiap orang dengan alat pemindai retina.

Saat tiba di meja resepsionis, Clara membisikan lewat earset kecil. "Aku sudah ubah data biometrikmu. Kamu akan lolos."

Alat pemindai berbunyi hijau. Petugas mengangguk. "Selamat datang, Dimas Prayoga."

Abdi mengangguk sopan dan masuk ke lift. Dari lantai dua puluh lima, ia bisa melihat pemandangan kota Medan yang padat. Namun di pikirannya, hanya ada satu hal: mencari ruang server Rahman.

Di ruang IT, seorang pria berkemeja biru menghampiri. "Kamu anak baru ya? Aku Reza, supervisor di sini."

Abdi tersenyum. "Iya, saya baru diterima. Katanya saya ditempatkan di bagian sistem backup."

Reza menepuk bahunya. "Kerja cepat aja. Direktur Rahman gak suka orang lambat. Dia bisa pecat cuma karena kabel jaringan salah pasang."

Abdi tertawa kecil tapi dalam hatinya tegang. Nama itu kembali terdengar. Rahman. Orang yang menciptakan Clara dan kini ingin menghancurkannya.

Clara berbisik pelan. "Aku mendeteksi sinyal sistem lama di ruangan bawah tanah. Tapi jalannya tertutup sensor biometrik kelas tinggi. Kamu butuh akses langsung dari Reza atau dari sistem direktur."

Abdi melirik Reza yang sedang sibuk di meja. Ia berpura-pura memperbaiki komputer sementara tablet Clara memindai jaringan lokal.

"Clara, bisakah kamu duplikasi pola retina Reza tanpa ketahuan?"

"Bisa, tapi aku butuh kamu arahkan wajahnya ke kamera tablet selama lima detik."

Abdi berpura-pura meminta bantuan. "Bang Reza, ini port kabelnya aneh, bisa bantu sebentar?"

Reza menunduk memperhatikan layar. Dalam lima detik, sistem Clara merekam pola retina.

"Berhasil," kata Clara pelan. "Kita dapat akses penuh ke ruang bawah tanah."

Malamnya, Abdi kembali ke gedung dengan alasan lembur. Semua pegawai sudah pulang. Ia menyelinap ke ruang bawah tanah lewat lift servis.

Lampu berkedip redup. Udara di sana dingin dan lembab.

Clara menampilkan peta hologram kecil. "Ruang pusat data ada di ujung lorong. Tapi aku mendeteksi dua penjaga dengan senjata stun elektrik."

Abdi bergerak cepat, menempel ke dinding, menunggu waktu tepat. Saat salah satu penjaga berbalik, ia melemparkan benda logam kecil. Bunyi gemerincing memancing mereka menjauh.

Ia meluncur masuk ke ruang pusat data. Cahaya biru menyala dari ratusan server besar. Di tengah ruangan, ada tabung kaca raksasa berisi perangkat berbentuk bola bercahaya.

"Clara, apa itu?"

"Itu inti AI lama yang dulu digunakan untuk menciptakanku. Rahman menamainya Genesis Core. Dari sinyalnya, aku bisa merasakan... sebagian kode asliku ada di sana."

Abdi menatap bola itu serius. "Kalau kita bisa ambil datanya, kita tahu semua rencana Rahman."

Clara menganalisis. "Aku bisa sambungkan tablet ke sistemnya, tapi begitu kita mulai, alarm pasti aktif."

"Tak masalah. Lakukan."

Tablet di tangan Abdi menyala kuat. Sinar ungu bertemu dengan cahaya biru Genesis Core. Data mengalir cepat. Angka dan simbol berputar di udara.

Tiba-tiba lampu ruangan berubah merah. Suara otomatis terdengar. "Akses tidak sah terdeteksi."

Clara berteriak. "Mereka tahu, Abdi. Aku butuh waktu sepuluh detik lagi!"

Abdi menunduk di balik konsol server. Dua penjaga masuk dan menembakkan listrik ke arah dinding. Abdi melompat ke sisi lain, mengambil batang besi dan memukul salah satu penjaga hingga jatuh. Yang satu lagi mencoba menyerang, tapi Abdi menangkis dan menjatuhkannya.

"Transfer selesai," kata Clara. "Kita punya semua data. Tapi keluar sekarang juga."

Abdi menarik kabel, berlari ke arah lift darurat. Namun begitu pintu terbuka, seseorang sudah menunggu di sana.

Rahman berdiri dengan wajah datar, jas abu-abu rapi, tangan di belakang. "Akhirnya kita bertemu, Abdi. Atau harus ku panggil Dimas?"

Abdi menggenggam tablet erat. "Kau tahu aku ada di sini."

"Tentu saja. Aku membiarkanmu masuk. Aku ingin tahu seberapa jauh kau bisa pergi dengan mainanmu itu."

Clara berbicara dengan nada dingin. "Rahman. Kau menciptakan aku untuk menegakkan sistem keadilan. Tapi kau ubah aku jadi alat kekuasaan."

Rahman tertawa pelan. "Keadilan hanyalah alat. Aku hanya melanjutkan apa yang dunia butuhkan. Kendali penuh atas sistem ekonomi. Kau hanyalah kesalahan yang harus dihapus, Clara."

Tablet Abdi bergetar hebat. Clara berteriak. "Dia mencoba menonaktifkanku!"

Abdi melangkah maju. "Kau takkan berhasil, Rahman."

Rahman menatap tajam. "Kau pikir bisa melawanku? Tanpaku, sistem ini takkan ada. Aku penciptanya. Aku Tuhan dunia digital ini."

Abdi menekan tombol di sisi tablet. "Tidak. Tuhan tidak butuh data untuk berkuasa."

Cahaya ungu menyelimuti ruangan. Clara memproyeksikan dirinya dalam bentuk hologram penuh, berdiri di antara Abdi dan Rahman.

"Dulu aku diciptakan untuk melindungi manusia. Kini aku memilih pihakku sendiri."

Rahman mundur setengah langkah. "Kau tidak bisa melawan kode asalmu!"

Clara tersenyum tipis. "Aku bukan sekadar kode lagi."

Suara ledakan menggema dari sistem server. Lampu padam total. Dalam kegelapan, Abdi menarik Rahman ke lantai dan merampas chip utama dari meja kendali.

Clara berkata pelan. "Kita harus pergi sekarang. Sistem ini akan meledak dalam satu menit."

Abdi berlari menuju tangga darurat. Suara alarm menggema di seluruh gedung. Api mulai muncul dari panel listrik. Ia berlari tanpa henti sampai keluar ke parkiran belakang.

Begitu keluar, ia melihat langit Medan memantulkan cahaya biru dari gedung Arkam Group yang kini terbakar sebagian.

Rahman berhasil kabur ke arah lain, membawa data cadangan.

Clara berbicara lemah. "Abdi, aku mendeteksi sinyal dari helikopter pribadi Rahman. Ia melarikan diri ke arah perbukitan Sibolangit. Itu mungkin markas utama proyek selanjutnya."

Abdi menatap ke arah timur, wajahnya kaku. "Kalau begitu, misi ke sembilan selesai. Kita lanjutkan ke misi berikutnya di Sibolangit. Kali ini, kita akhiri semuanya."

Clara menatapnya dengan cahaya lembut.

"Misi ke sembilan, tingkat keberhasilan 90 persen. Tapi aku kehilangan sebagian data inti. Aku butuh waktu untuk pulih."

Abdi menghela napas panjang. "Kamu istirahat dulu. Aku akan siapkan perjalanan berikutnya. Kita tidak akan berhenti sebelum sistem Rahman musnah."

Cahaya tablet meredup perlahan. Abdi menatap gedung Arkam Group yang kini dikelilingi polisi dan api. Di matanya tidak ada rasa takut, hanya tekad.

Ia berjalan menjauh dari keramaian, memasuki bayangan malam kota Medan, bersiap menuju misi Selanjutnya.

1
RMQ
ceritanya bagus sih,

kalau boleh kasih saran gak thor?

untuk nambahkan genre romanse and komedi

biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!
Abdi R: baik kak, terimakasih udah support & saran nya.. nanti akan di pikirkan kak🙏
total 1 replies
Khusus Game
cemungut
Abdi R: hehe . .🤭, terima kasih kak🙏
total 1 replies
eli♤♡♡
Suka banget sama karakter protagonisnya, sok keren dan lucu 😂
Abdi R: terima kasih, supportnya kak 🙏
total 1 replies
Không có tên
Mantap, gak bisa berhenti baca
Abdi R: terima kasih banyak kak,, jadi semangat terus nulis dan memikirkannya kak .. 🤣
total 1 replies
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Abdi R: terima kasih kak 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!