NovelToon NovelToon
Cinta Di Antara Dua Istri Sang CEO

Cinta Di Antara Dua Istri Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Poligami / Selingkuh / Mafia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tika kookie

sebuah pria tampan CEO bernama suga yang menikah dengan wanita cantik bernama cristine namun pernikahan itu bukan atas kehendak suga melainkan karena sedari kecil suga dan cristine sudag di jodohkan dengan kakek mereka, kakek cristine dan suga mereka sahabat dan sebelum kakek cristine meninggal kakeknya meminya permintaan terakhir agar cucunya menikah dengan suga, namun di sisi lain suga sebenarnya sudah menikah dengan wanita bernama zeline suga dan zeline sudah menikah selama dua tahun namun belum di karuniai seorang anak, itu juga alasan suga menerima pernikahan dengan cristine.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cinta di antara dua istri sang ceo

Di ruang rapat Vante Global Holdings, suasana pagi itu terasa profesional namun tegang. Zeline duduk di satu sisi meja, dokumen dan laptopnya siap, wajahnya tenang menampilkan wibawa seorang CEO. Perusahaannya, Lumisera Tech, sedang dalam tahap kerjasama strategis dengan Vante Global Holdings.

    Zeline (dalam hati): “Hari ini harus fokus. Meskipun Tae ada di sini, aku tidak boleh kehilangan profesionalisme.”

    Di sisi lain meja, Taehyung berdiri di depan layar presentasi, mengenakan setelan hitam rapi. Ia memulai rapat dengan suara tegas namun tenang, menjelaskan agenda dan target kerjasama.

    Taehyung: “Terima kasih sudah hadir semua. Hari ini kita akan membahas rencana kerjasama dengan Lumisera Tech. Target kita adalah meningkatkan efisiensi teknologi dan memperluas jangkauan pasar.”

   Zeline mengangguk, membuka laptopnya, dan menampilkan presentasi Lumisera Tech dengan data dan strategi yang sudah matang.

   Zeline: “Kami telah menyiapkan analisis pasar dan roadmap implementasi. Dengan kerjasama ini, kita dapat memastikan pertumbuhan yang saling menguntungkan bagi kedua perusahaan.”

     Meski keduanya tetap profesional, mata Zeline dan Taehyung sesekali bertemu. Ada kilatan rasa yang sulit diabaikan kenangan masa lalu, rasa penasaran, dan sedikit ketegangan yang tersembunyi di balik formalitas rapat.

    Taehyung (dalam hati, menatap Zeline sebentar): “Zeline… tetap cantik dan tegas seperti dulu. Tapi aku harus tetap profesional sekarang.”

    Zeline (dalam hati, menatap balik Tae): “Tae… kenapa pertemuan pertama kita sejak lama harus seperti ini… di tengah rapat dan di depan banyak orang?”

     Meski tatapan mereka sering bertemu, mereka tetap menyembunyikan emosi masing-masing, menjaga citra profesional di hadapan staf dan kolega. Diskusi berjalan lancar, presentasi dan negosiasi berlangsung, tapi aura masa lalu tetap terasa di antara keduanya, menambah ketegangan yang tak terlihat oleh orang lain.

Zeline menutup laptopnya dan berdiri tergesa-gesa, mengangkat tas kerja di bahunya. Ia menatap pintu rapat, berusaha tidak menatap Taehyung terlalu lama, lalu melangkah keluar.

     Taehyung yang baru selesai merapikan dokumen, segera mengejar dari belakang, langkahnya cepat namun terkontrol.

   Taehyung: “Zeline… tunggu sebentar.”

     Zeline berhenti sejenak, menarik napas dalam, dan menoleh dengan senyum tipis tapi canggung.

    Zeline: “Oh, Tae… ya, apa yang ingin kau bicarakan?”

     Taehyung: (dengan nada ringan tapi ada sedikit keheranan) “Kau buru-buru sekali. Bukankah kita bisa bicara sebentar? Tentang rapat tadi, atau… tentang kerjasama ini?”

    Zeline menunduk sebentar, mencoba menghindari tatapan Tae.

     Zeline: “Ah… aku harus segera ke kantor Lumisera Tech. Ada beberapa hal penting yang harus aku urus. Maaf, aku tidak bisa lama di sini.”

     Taehyung: (sedikit tersenyum, mencoba tetap tenang) “Aku mengerti. Tapi sepertinya kita belum sempat membicarakan beberapa poin penting dari kerjasama ini. Mungkin kau bisa memberi waktu sebentar?”

     Zeline menatapnya singkat, kemudian tersenyum tipis, mencoba terdengar meyakinkan.

    Zeline: “Tae… serius, aku harus pergi. Kita bisa lanjutkan diskusi lewat email atau telepon, kan? Aku tidak ingin mengganggu jadwalmu juga.”

   Taehyung terdiam sejenak, menatap Zeline, ada sedikit kecewa tapi juga memahami alasan itu.

   Taehyung: “Baiklah… kalau begitu, aku tunggu kabar darimu lewat email. Hati-hati di jalan, Zeline.”

   Zeline mengangguk cepat, tersenyum tipis, lalu melangkah pergi menuju mobilnya. Tae tetap berdiri di tempatnya, menatap mobil Zeline yang menjauh, hati sedikit campur aduk antara lega, penasaran, dan rindu yang tersimpan.

    Zeline menekan tombol kunci mobil, menyalakan mesin, dan segera melaju meninggalkan gedung Vante Global Holdings. Hatinya masih terasa campur aduk antara canggung, lega, dan sedikit panik setelah bertemu Taehyung. Ia berusaha menenangkan diri, fokus pada perjalanan menuju kantor Lumisera Tech miliknya sendiri.

    Tak lama kemudian, mobil mewahnya berhenti di depan gedung Lumisera Tech. Zeline melangkah cepat memasuki lobby, menyapa beberapa staf dengan senyum tipis, lalu menuju lift yang membawanya ke lantai atas.

     Saat ia membuka pintu ruang pribadinya, langkahnya tiba-tiba terhenti. Matanya membesar sejenak, jantungnya berdegup kencang. Di kursi eksekutifnya, duduk Suga, suaminya, dengan tatapan tenang namun menusuk hati.

    Zeline (dalam hati, terkejut): “Suga…? Apa yang kau lakukan di sini…? Bagaimana mungkin dia sudah ada di ruangan ini sebelum aku masuk?”

    Suga menoleh, matanya menatap Zeline dengan intensitas yang membuatnya sulit bernapas.

    Suga: “Kau pulang lebih awal hari ini, Zeline. Aku pikir aku akan menunggumu di sini.”

    Zeline menelan ludah, mencoba menenangkan diri, lalu berjalan perlahan ke arah kursinya, menjaga nada suaranya tetap tenang meski hatinya bergejolak.

   Zeline: “Oh… aku… aku baru saja sampai. Aku tidak tahu kau akan berada di sini.”

    Suga mengamati Zeline dengan seksama, senyumnya tipis namun penuh makna.

    Suga: “Kau selalu tiba-tiba muncul di hidupku, Zeline… tapi aku harus mengakui, melihatmu seperti ini… rasanya sulit untuk mengalihkan pandanganku.”

   Zeline menghela napas, mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa gugup, dan duduk di kursinya, matanya sesekali menatap Suga, berusaha tetap profesional meski suasana hati mereka berdua tegang dan penuh perasaan yang belum terselesaikan.

Zeline menatap tajam ke arah Suga, suaranya bergetar menahan emosi yang nyaris meledak.

     Zeline: “Suga… apa yang kau lakukan di kantorku? Kenapa kau di sini?”

     Suga tersenyum tipis, bersandar santai di kursi eksekutif milik Zeline seolah ruangan itu miliknya sendiri.

    Suga: “Kenapa? Apa aku tidak boleh datang ke kantor istriku sendiri?”

     Nada bicaranya tenang, tapi sorot matanya dalam ada sesuatu di balik ketenangan itu, seperti sedang menahan sesuatu.

    Zeline menggigit bibirnya, matanya mulai berkaca-kaca. Ia mencoba menahan diri agar tidak meluapkan semuanya di tempat ini, di ruang kerjanya, tempat yang seharusnya bebas dari drama rumah tangganya.

     Zeline: “Suga… pergilah dari hadapanku. Pergilah ke kantormu sendiri.

Mungkin saja Cristine sedang menunggumu di sana.”

    Ucapan itu keluar dengan dingin, tapi nada suaranya gemetar. Nama Cristine terasa begitu berat di lidahnya, seperti pisau yang menusuk dadanya sendiri.

     Suga menghela napas panjang, menatap Zeline yang kini berdiri dengan punggung tegak tapi mata yang mulai memerah.

     Suga: “Zeline… aku tahu. Aku tahu kau pasti cemburu. Tapi aku harap kamu bisa mengerti alasan kenapa aku menikahi Cristine.”

     Zeline tertawa kecil pahit, menyesakkan. Ia menatap suaminya dengan mata yang kini benar-benar dipenuhi air mata.

    Zeline: “CUKUP! Cukup, Suga! Aku tidak ingin mendengar alasanmu!

Lakukanlah… lakukan apa saja yang kau inginkan! Aku tidak peduli lagi!”

    Suaranya meninggi, menggema di ruangan luas itu. Beberapa staf yang lewat di luar sempat berhenti sejenak karena mendengar nada tinggi Zeline, tapi tak berani masuk.

   Suga berdiri perlahan, mendekat ke arah Zeline. Namun kali ini Zeline mundur beberapa langkah, menolak tatapan itu.

  Suga (pelan): “Zeline…”

       Zeline (tegas): “Pergi, Suga. Aku mohon… pergilah sebelum aku benar-benar membencimu.”

  Hening.

     Yang terdengar hanya suara napas mereka berdua dan detak jarum jam di dinding.

    Suga menatap Zeline dalam diam, lalu akhirnya melangkah menuju pintu. Sebelum pergi, ia sempat menoleh sekali matanya menatap Zeline dengan rasa bersalah yang dalam.

   Suga: “Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu, Zeline.”

   Pintu tertutup perlahan.

Zeline berdiri di tempatnya, menatap kosong ke arah pintu yang kini menutup rapat. Air mata akhirnya jatuh, membasahi pipinya yang pucat.

   Zeline (lirih, nyaris berbisik):

“Kalau memang tak ingin menyakitiku… kenapa kau terus melakukannya, Suga…”

Adegan:

Suasana kantor Zeline terasa mencekam setelah kepergian Suga. Ruangan yang megah dan biasanya dipenuhi ketenangan kini terasa berat dan sesak oleh emosi. Zeline duduk di kursinya, kedua tangan menutupi wajahnya, menahan air mata yang hampir jatuh. Hatinya remuk, tapi gengsinya menahan agar tak tampak lemah.

  Tiba-tiba terdengar suara ketukan lembut di pintu.

 Tok… tok…

    Sebelum sempat menjawab, pintu terbuka, dan sosok anggun dengan senyum sinis muncul Cristine, istri muda Suga.

     Tubuhnya dibalut dress elegan, rambut disisir rapi, bibir merah merekah semuanya tampak dipersiapkan untuk satu hal: memamerkan kemenangan.

     Cristine: (tersenyum miring)

“Zeline… wah, aku tak menyangka kau masih sempat bekerja di tengah masalah rumah tanggamu. Hebat juga kau bisa bersikap seolah semuanya baik-baik saja.”

    Zeline: (tanpa menoleh, suaranya dingin)

“Ada yang bisa aku bantu, Nyonya Min?”

    Cristine: (melangkah mendekat dengan nada mengejek)

“Tidak ada. Aku hanya ingin memastikan kau tahu… Suga sekarang lebih memperhatikan aku. Dia bahkan meninggalkan rapat penting tadi hanya untuk menjemputku makan siang. Luar biasa, bukan?”

     Zeline: (akhirnya menatap Cristine tajam)

“Kalau kau datang hanya untuk membanggakan sisa perhatian yang bukan milikmu seutuhnya, sebaiknya kau keluar dari ruanganku.”

    Cristine: (tertawa kecil)

“Sisa perhatian? Oh, Zeline… kau masih belum sadar? Suga memilihku karena aku bisa memberinya kebahagiaan yang tak bisa kau berikan.”

   Zeline: (tersenyum sinis, menatap lurus ke mata Cristine)

“Jika kebahagiaanmu hanya berasal dari merebut sesuatu yang bukan milikmu, maka aku sungguh kasihan padamu, Cristine. Karena suatu hari nanti, seseorang akan melakukan hal yang sama padamu dan aku ingin melihat bagaimana kau menahan rasa sakitnya.”

    Ruangan hening seketika.

Cristine terdiam, wajahnya menegang menahan amarah. Tatapan Zeline tajam, namun penuh wibawa. Ia berdiri perlahan, memperbaiki jasnya, lalu menatap Cristine sekali lagi dengan nada tegas.

   Zeline:

“Sekarang, jika kau sudah selesai bermain peran sebagai istri sempurna, pintu keluar ada di belakangmu. Aku punya pekerjaan nyata yang harus kuselesaikan.”

   Cristine hanya mendengus kesal, lalu berbalik pergi namun sebelum keluar, ia sempat berbisik lirih,

“Lihat saja nanti, Zeline. Suga akan sepenuhnya jadi milikku.”

   Pintu tertutup keras.

Zeline menarik napas dalam, menahan gejolak di dadanya. Ia tersenyum kecil, pahit tapi kuat.

  Zeline (berbisik pada dirinya sendiri):

“Kau boleh merasa menang, Cristine… tapi permainan ini belum selesai.”

1
Sokkheng 168898
Baca ini sambil minum teh hangat, perfect combo ❤️
KARTIKA: masyaallah makasih kak 🥰😄
total 1 replies
Huesito.( ꈍᴗꈍ)
Gak disadari sampai pagi cuma baca cerita ini, wkwkwk.
KARTIKA: makasih kak 😄😍👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!