Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
Amara memasak untuk dirinya sendiri. Saat ia sedang sarapan, semua orang mulai berdatangan termasuk Dion. Ketiganya merasa heran karena hanya ada satu piring berisi makanan di atas meja dan itupun milik Amara seorang. Dion menatap tak percaya. Sementara Amara menikmati makanannya dengan tenang dan damai tanpa memikirkan ada orang orang lapar di sampingnya.
" Amara!. Dimana sarapannya?." tanya Anggy dengan nada tinggi. Ia marah melihat tidak ada makanan di atas meja.
"Bu, hari ini aku sangat lelah." ucap Amara singkat.
" Amara, mengapa kamu bersikap seperti ini?. Apa salahnya memasak itu hanya pekerjaan ringan." sahut Dion mencoba memberikan sarannya.
" Kalau ringan kenapa tidak kalian kerjakan saja. Aku sedang lelah." ucap Amara lagi.
"Wanita kampung ini sudah berani melawan kita. Kak, kenapa kakak enggak ceraikan saja dia. Kakak pasti lebih bahagia. Dia hanya beban di keluarga ini. Dia tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan memasak pun dia sudah tak mau." ucap Alis dengan nada mengejek dan merendahkan.
" Dion, sebaiknya kamu pikirkan baik baik. Apalagi kamu akan menjadi seorang ayah. apa pantas anakmu melihat orang seperti dia di rumah ini." ucap Anggy.
Seketika Dion panik dan menyuruh ibunya untuk diam.
" Dion, apa benar yang dikatakan ibumu. Kamu mempunyai anak di luar sana?." tanya Amara. Ia masih memainkan perannya sebagai seorang istri yang tidak tahu apa apa.
" Amara, itu tidak benar. Aku tidak punya anak dari siapapun. Kamu harus tenang dulu." ucap Dion dengan tergagap. Meskipun ia berniat menceraikan Amara, namun ia tidak ingin menyakiti Amara. Walau bagaimanapun Amara pernah menjadi wanita yang paling di cintainya.
"Dion, apa yang kamu katakan?." ucap Anggy tak percaya dengan ucapan putranya. Padahal Anggy tahu sendiri se sayang apa Dion pada Vanya dan bayinya.
" Ibu cukup!. Ucap Dion dengan nada tinggi.
Anggy terdiam dengan ekspresi tak percaya. Sementara Alis juga begitu.
" Dion, apa itu benar atau tidak?." kini Amara berpura pura menangis dan rapuh.
"Tidak Amara, aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu." ucap Dion.
Amara diam dan menyeka air matanya. Kemudian Dion mencium keningnya dan ia pamit untuk pergi bekerja.
Setelah kepergian Dion, Amara bergegas menuju kamar. Namun langkahnya kembali dicegah oleh alis.
" Masak dulu buat kami." ucap Alis.
Tanpa pikir panjang, Amara langsung meninggalkan kedua wanita itu dan mengunci pintu kamar. Di luar sana mereka menggedor pintu dengan keras beserta cacian terus saja keluar dari mulut mereka. Amara hanya diam di balik pintu dengan hati yang berkecamuk.
" Dion, mengapa kamu masih tidak mengaku. Apa kamu juga tidak mau melepasku?." gumam Amara.
Sesaat kemudian ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari Clarissa.
" nona, hari ini anda sudah bekerja. Ada beberapa hal yang harus kita diskusikan." ucap Clarissa di seberang telepon.
Amara menyetujui hal itu. Ia langsung bersiap siap untuk keluar rumah. Namun sebelum itu ia ingin memastikan bahwa Anggy dan Alis telah pergi. Untungnya mereka sudah meninggalkan rumah dan sepertinya makan di luar.
.
.
Perusahaan Sinclair
Amara melangkah masuk ke dalam gedung pencakar langit itu. Semua karyawan menyambut dengan antusias. Namun sebelumnya mereka sudah di wanti wanti untuk tidak mengambil vidio dan gambar. Clarissa menyiapkan acara sambutan dengan sangat meriah membuat Amara terharu hingga menitikkan air mata.
"Selamat datang CEO baru grup Sinclair. Kami sudah menanti kedatangan anda." ucap Clarissa.
"Terimakasih atas sambutannya." ucap Amara.
Amara masuk ke dalam ruangannya. ruangan kerja itu sudah di desain secantik mungkin. bahkan fotonya terpajang di dalam sana dengan ukuran cukup besar.
" Clarissa, apa kamu merencanakan semua ini?." tanya Amara.
" ini semua rencana tuan besar, nona." jawab Clarissa.
Amara terdiam dengan perasaan terharu. Ternyata orang tuanya sudah mempersiapkan ini sedari dulu. hanya saja Amara tak pernah pergi ke perusahaan sehingga ia tidak tahu bagaimana situasi di perusahaan. Para karyawan sudah menanti kedatangannya cukup lama.
Amara menyentuh furniture di atas meja dengan jari jari lentiknya. Tatapannya mengarah keluar jendela kaca yang memperlihatkan suasana kota London.
" Sudah saatnya kamu bermain Amara." gumamnya pelan penuh tekat.
"Nona, ada sesuatu yang ingin saya diskusikan dengan nona." ucap Clarissa.
Amara berbalik dan berjalan menuju kursi. Ia duduk di sana sambil menatap ke arah Clarissa.
"Katakan." ucapnya.
" Bagaimana kontrak kerjasama dengan perusahaan agensi media Nova creatives apakah akan dilanjutkan atau tidak. Sebab Dion akan menjadi direktur jika kita menerima kontrak itu, sementara dulu nona sendiri yang memerintahkan saya untuk secara perlahan menjadikan Dion sebagai direktur." jelas Clarissa.
Amara tersenyum. Dulu dia yang menyuruh Clarissa untuk menjadikan Dion sebagai direktur. Meskipun agensi itu milik perusahaan Sinclair, namun ia ingin Dion tidak mengetahuinya dan membuat kontrak kerjasama agar ia layak di angkat menjadi seorang direktur. Tapi sekarang, Amara merasa itu semua sangat tidak penting. namun Amara memiliki rencana lain.
" Lanjutkan saja, dimalam penandatanganan kontrak, aku akan membatalkan semua kerjasama itu!." Ucap Amara dengan tatapan dingin.
"Baik nona, itu adalah keputusan terbaik." ucap Clarissa.
" Oh ya Clarissa, ambil gambar perselingkuhan Dion dan Vanya sebanyak mungkin. Kalau bisa ada satu vidio saat mereka melakukan hubungan badan." ucap Amara dengan tatapan kebencian.
" Sudah saya laksanakan nona, saya tahu anda akan membutuhkannya." ucap Clarissa.
" Kamu memang yang terbaik Clarissa." senyum ramah mengarah pada Clarissa.
Wanita tua yang masih terlihat awet muda itu pamit undur diri dan meninggalkan ruangan. Menyisakan Amara yang menyalakan api balas dendam di matanya.
.
.
" Dion, Hari ini aku sangat lelah untuk tampil di acara show. aku harap kamu bisa membuat cuty untukku." ucap Vanya yang kini duduk di atas pangkuan Dion. Dia sudah berada di ruang kerja Dion sejak pria itu tiba di kantor.
" Sayang, aku akan melakukan yang terbaik untukmu. jangan dipikirkan, serahkan saja semuanya padaku." ucap Dion. Kemudian keduanya beradu ciuman panas dengan hasrat yang menggebu-gebu. Dion memutuskan untuk mengunci ruang kerjanya. mereka berdua melakukan hubungan di dalam ruangan itu. Tanpa mereka sadari, cctv yang tersembunyi sudah merekam semua kelakuan busuk mereka.
.
.
Amara sudah selesai dengan pekerjaannya. Ia memutuskan untuk pulang. Namun saat di perjalanan ia teringat jika besok adalah hari anniversary pernikahan mereka yang ke empat.
" Tak terasa, waktu begitu cepat dan besok adalah hari anniversary. Aku benar benar muak." Amara menatap malas ke depan karena mengingat besok adalah hari dimana ulang taun pernikahan mereka yang ke empat.
Selama tiga tahun, Amara sangat menanti hari bahagia itu. Tapi sekarang, hari itu benar benar tidak spesial lagi.