Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Sial sial, kenapa perempuan itu bisa seberuntung itu sih." amuk Rinda di kamarnya, bagaimana tidak kesal, tadi saat dia selesai makan, dia dengan tidak tau dirinya mau ikut kemana pun nyonya Mayang, Karen dan Rindu pergi, dan dia melihat bagaimana nyonya Mayang memanjakan Rindu.
Rinda sangat kesal saat nyonya Mayang membelikan banyak seserahan untuk Rindu, mulai dari pakaian, tas, sepatu make up yang harganya membuat kantong jebol, tidak sampai di situ, nyonya Mayang juga membelikan Rindu beberapa set perhiasan yang harganya sampai ratusan juta, Rinda sampai syok melihat semuanya.
Sedangkan dia dari tadi hanya di cuekin, dan tidak pernah di tawarkan apa pun yang di beli Rindu, sungguh Rinda merasa sangat kesal.
"Ma... Mama....! " pekik Rinda mencari sang mama dengan menghentak hentakan kakinya.
"Apa sih dek, berisik tau nggak." omel nyonya Karin menatap sang putri.
Rinda tidak menggubris ucapan mamanya itu, dia menghempaskan bokongnya di samping sang mama, bibirnya maju beberapa senti.
"Kenapa sih sayang,, kayanya lagi badmood banget? " tanya nyonya Karin lembut, dan mengelus sayang bahu Rinda.
"Mama jadi menemui tante Mayang?! " tanya Rinda dengan wajah yang masam.
Nyonya Karin terdiam sejenak.
"Kok diam ma? " tanya Rindu menatap sang mama.
"Huuuhhh.... Mama tadi sudah kerumah jeng Mayang, keputusannya tetap sama, dia hanya ingin Rindu yang menjadi menantunya, apa lagi Karen dari awal memang hanya menyukai Rindu, jadi mama nggak bisa berbuat apa apa." ucap nyonya Karin penuh sesal.
"Ck, menyebalkan, kenapa harus Rindu, kenapa bukan aku saja." kesal Rinda dengan mata yang berkaca kaca.
"Sudah lah sayang, lupa kan Saja Karen, kamu bisa mencari laki laki yang lebih tampan dan mapan dari Karen." ucap nyonya Karin menenangkan putrinya itu.
"Tapi aku maunya kak Karen ma, tau nggak mama tadi Rindu di belikan banyak seserahan, bahkan barang barang yang di belikan itu barang barang branded, trus bang Karen juga membelikan beberapa set perhiasan mahal untuk Rindu, aku yang ada bersama mereka sama sekali tidak di anggap, mereka hanya sibuk mengurus Rindu ini dan itu, dan saudara sialan itu! ikut ikutan mengacuhkan aku, bahkan dia tidak sedikit pun ingin berbagi dengan ku." amuk Rinda menggebu gebu.
"Bukannya itu wajar, tante Mayang membelikan banyak seserahan untuk Rindu, karena Rindu sebentar lagi bakal menjadi menantunya, begitu pun Karen, dia ingin menyenangkan calon istrinya, bahkan di sini kita juga ikut bangga, karena putri keluarga ini tidak di pandang rendah, malah di hargai dan di berikan kasih sayang yang belum pernah dia dapat dari keluarga ini?! " sela Rian ikut nimbrung bersama adik dan mamanya itu.
"Abang! kenapa abang malah membela Rindu sih, seharusnya abang membelaku, di sini sudah kelihatan bukan?!" pelik Rinda tidak terima.
"Kelihatan apanya?" heran Rian.
"Huuu.... Terbukti Rindu itu perempuan matre,, semua mua dia lihat dengan uang" hasut Rinda.
"Kenapa kau selalu menuduhku yang bukan bukan Rin, apa salah ku sama kamu? " tanya Rindu yang tiba tiba masuk ke rumah orang tuanya, karena ada beberapa barangnya masih tertinggal di sana.
"Loe! ngapain lagi loe masuk ke rumah ini ha.... Rumah ini tidak lagi menerima loe! " pekik Rinda tidak terima.
"Oh.... Tenang aja, gue datang kerumah ini bukan untuk minta tinggal di rumah ini lagi, dan juga minta untuk di perhatikan, gue hanya mau mengambil barang barang gue yang masih tertinggal di dalam kamar lama gue." ucap Rindu tenang.
"Halah... sok sok an, merasa barang milik loe, padahal apa pun yang loe beli itu semua memakai uang dari papa dan ke dua abang abang gue." sinis Rinda.
Rinda memilih diam, dari pada meladeni kembarannya itu, lalu dia beranjak naik ke pantai dua, menuju kamar yang dia tempati selama ini.
Ketiga orang di sana menatap Rindu dengan pandangan yang berbeda beda, Nyonya Karin dengan tatapan hampanya, Rian dengan tatapan merasa bersalahnya, karena selama ini tidak pernah berada di sisi sang adik, padahal dulu dia dan Karen sangat dekat dengan Rindu, tapi semenjak Karen pergi sifat hangatnya kepada Rindu pun hilang entah kemana, dia mulai acuh dan mengabaikan sang adik, Rinda dengan tatapan sinisnya, tatapan penuh dendam kepada kembarannya itu.
Di dalam kamarnya, Rindu terduduk dan menatap ke sekeliling kamar yang selama ini tempat ternyamannya di rumah ini, "Huuu.... Terimakasih sudah menjadi tempat ternyamanku selama ini." gumam Rindu berkaca kaca.
Tidak mau berlama lama di dalam kamar itu, Rindu mengambil barang barangnya dan dimasukan ke sebuah koper yang tidak terlalu besar, setelah merasa tidak ada yang tertinggal Rindu menutup koper itu.
"Lama banget sih loe, menyesal ya sudah memilih pilihan yang salah, sudah lah, klau loe mau tetap tinggal dan di akui anak oleh mama dan papa, biarkan gue yang menggantikan loe menjadi istri bang Karen, karena loe itu nggak cocok bersanding dengan bang Karen." ketus Rinda.
"Rinda." tegur sang mama.
"Nggak boleh ngomong kaya gitu sama Rindu, dek. Walau bagaimana pun dia tetap saudara kita, bahkan hubungan kalian lebih kental, karena sama sama berada di dalam rahim mama secara bersamaan, dan lahir pun dalam waktu yang sama, hanya beda beberapa menit doang." terus Rian.
"Kakak bela perempuan matre ini! " tunjuk Rinda kepada Rindu dengan wajah tidak Terima.
"Siapa yang matre?! " sahut Rindu.
"Loe nanya! dasar tidak sadar diri, apa namanya klau tidak matre, loe porotin tante Mayang membeli banyak seserahan dengan barang barang branded, lu kuras isi kantong bang Karen demi memenuhi keinginan loe punya perhiasan mahal, apa itu nggak matre." sinis Rinda.
"Aku nggak pernah minta, mama Mayang yang mau membelikan aku, dan Kak Karen juga yang maksa aku untuk beli semua perhiasan itu, kenapa kamu yang marah, kamu iri melihat aku di sayang sama mama Mayang dan Kak Karen, apa kamu belum puas merebut semua perhatian orang tua kita dan ke dua kakak kita selama ini huuu...." sahut Rindu berkaca kaca.
Rinda menatap penuh emosi kepada Rindu, sungguh dia sangat benci dengan kembarannya itu.
"Sebenarnya apa sih salah aku sama kamu, padahal aku nggak pernah menunggu hidup kamu." ucap Rindu menahan sesak di dadanya.
"Salah loe, kenapa lie harus jadi kembaran gue, gue nggak suka di rumah ini mempunyai dua putri, dan gue nggak mau berbagi kasih sayang bersama loe, gue benci loe, yang lebih cantik dari gue gue benci kenapa loe lebih pintar dari gue, gue benci kenapa nenek lebih sayang sama loe bukan sama gue! "bentak Rinda menggebu gebu.
" Jadi karena itu kamu selalu menghasut keluarga kita untuk jauh dari aku? " ucap Rindu mengangguk angguk anggukan kepalanya.
"Ya iya lah apa lagi, seharusnya loe mati aja saat lahir ke dunia ini, cukup gue aja yang hidup." ketus Rinda.
Deg......
Bersambung....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya