NovelToon NovelToon
Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Ibu susu
Popularitas:88.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Dua minggu yang lalu, Rumi Nayara baru saja kehilangan bayi laki-lakinya setelah melahirkan. Lalu, seminggu kemudian suaminya meninggal karena kecelakaan. Musibah itu menjadi pukulan berat bagi Rumi. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan bayi laki-laki yang alergi susu botol di rumah sakit, dan butuh ASI. Rumi pun menawarkan diri, dan entah mengapa ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu, begitu juga dengan bayi yang bernama Kenzo itu, terlihat nyaman dengan ibu susunya.

Tapi, sayangnya, Rumi harus menghadapi Julian Aryasatya, Papa-nya baby Kenzo, yang begitu banyak aturan padanya dalam mengurus baby Kenzo. Apalagi rupanya Julian adalah CEO tempat almarhum suaminya bekerja. Dan ternyata selama ini almarhum suaminya telah korupsi, akhirnya Rumi kena dampaknya. Belum lagi, ketika Tisya— istri Julian siuman dari koma. Hari-hari Rumi semakin penuh masalah.

“Berani kamu keluar dari mansion, jangan salahkan aku mengurungmu! Ingat! Kenzo itu adalah anak—?”

Siapakah baby Kenzo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Taktik Aulia

Ruang VIP siang itu terasa hening, tapi hening yang penuh ketegangan. Pendingin udara mendesah pelan, tirai tipis bergoyang sedikit karena angin dari ventilasi, sementara cahaya matahari menyinari ranjang tempat Rumi berbaring. Baby Kenzo masih terlelap di samping Ibu susu-nya, wajah mungilnya tenang, sesekali mengerutkan kening kecil seolah mimpi mengusik tidurnya.

Julian duduk tegak di kursi, meneguk air putih dari gelas. Wajahnya tetap dingin, tapi sorot matanya jelas: ia hanya fokus pada dua hal, Rumi dan bayi itu. Mama Liora duduk nyaman di sofa, tangannya sibuk membuka kotak kue yang dibeli Regan.

Di sudut lain, Aulia duduk dengan wajah muram. Sejak tadi, ia tak berhenti mengamati interaksi di depan matanya—Julian yang dengan tenang menyiapkan makanan untuk Rumi, bahkan sampai rela makan di tepi ranjang bersamanya. Semua itu membuat darah Aulia mendidih.

“Seharusnya itu perhatian untuk Kak Tisya. Bukan buat orang asing yang cuma jadi ibu susu Kenzo!" batinnya mendidih.

Ia menggertakkan gigi, lalu pura-pura menutup kotak makanan di depannya dengan suara cukup keras, membuat semua orang menoleh. “Aduh!” serunya tiba-tiba. “Kak Julian … aku kayaknya pusing. Kepalaku sakit banget.”

Mama Liora hanya melirik sekilas, alisnya terangkat. “Kalau pusing, ya pulanglah, Aul. Istirahat di rumah.”

Aulia terperangah, tak menyangka komentar itu begitu langsung. “Tante … aku kan di sini mau bantu jaga. Masa disuruh pulang?”

Julian menoleh, tatapannya datar. “Kamu tidak perlu memaksakan diri. Kalau memang sakit, biar sopir antar pulang.”

Aulia tercekat, hampir kehilangan kata. “Tapi Kak … aku juga sayang Kenzo. Aku ingin ada di sini buat dia.”

Ucapan itu sengaja diucapkannya dengan nada manja, berharap tatapan Julian akan sedikit melunak. Namun hasilnya nihil. Julian hanya kembali memandang ke arah bayi yang tertidur. “Kenzo baik-baik saja dengan ibunya. Kamu tidak perlu khawatir.”

Kata “ibunya” yang keluar begitu natural dari bibir Julian menusuk telinga Aulia. Matanya melotot sekilas ke arah Rumi, yang sedang mengusap kepala kecil Kenzo sambil menunduk.

Mama Liora menahan senyum geli. Ia bisa membaca isi hati adik menantunya yang satu itu—jelas iri, jelas tidak senang. Tapi ia sengaja diam, ingin melihat bagaimana Aulia berusaha keras menutupi rasa kesalnya.

Aulia menggigit bibir, lalu mencoba strategi lain. Ia berdiri dan berjalan ke arah ranjang, pura-pura hendak mengelus kepala baby Kenzo. “Kenzo sayang … Tante di sini ya. Tante jagain kamu juga.”

Tangannya sudah terulur, tapi sebelum sempat menyentuh, Rumi refleks menahan pelan. “Jangan dulu, Mbak. Kenzo masih panas. Takutnya kaget kalau disentuh banyak orang.”

Nada suaranya lembut, tidak berniat melukai, tapi cukup membuat Aulia merasa diremehkan. Wajahnya memerah. “Maksud kamu … aku ini orang asing buat Kenzo? Ini keponakan aku!”

Rumi buru-buru menggeleng, canggung. “Bukan begitu. Hanya saja, dia lebih tenang kalau dekat sama saya.”

Julian ikut bicara, suaranya dingin namun menegaskan. “Biarkan Rumi yang mengurus. Kenzo sudah cukup nyaman di sisinya.”

Hening seketika. Aulia menatap tajam ke arah Julian, lalu beralih ke Rumi. Rasanya dadanya meledak. “Kenapa semua orang memihak dia?”

Mama Liora sengaja batuk kecil untuk memecah ketegangan. “Aulia, duduklah lagi. Jangan ganggu anak itu.”

Dengan berat hati, Aulia mundur. Ia kembali ke sofa, tapi wajahnya menegang, jemarinya mengetuk-ngetuk lutut dengan resah.

Beberapa menit kemudian, Julian menerima telepon singkat. Ia berdiri, wajahnya tetap serius. “Aku ke bawah sebentar. Ada berkas yang harus kuambil.” Pandangannya singgah pada Rumi. “Kalau ada apa-apa, tekan tombol perawat.”

Rumi hanya mengangguk. “Iya, Pak.”

Begitu pintu tertutup dan langkah Julian menjauh, Aulia langsung menoleh ke arah Mama Liora dan Rumi. “Tante … aku heran. Kenapa sih semua orang di sini kelihatan lebih peduli sama dia daripada aku? Aku juga keluarga sendiri loh!”

Mama Liora menatapnya datar. “Keluarga bukan berarti boleh bicara seenaknya. Rumi sudah berkorban banyak untuk Kenzo. Kamu seharusnya menghargainya, bukan malah mencari perhatian dengan cara kekanak-kanakan.”

Wajah Aulia merona. “Tante selalu belain dia!”

“Karena dia layak dibela,” jawab Mama Liora tegas.

Rumi gelisah, merasa bersalah menjadi sumber pertengkaran. Ia menunduk, suaranya lirih. “Mbak Aulia, maafkan saya kalau sikap saya tadi menyinggung. Saya sama sekali nggak bermaksud.”

Aulia menatapnya lama, lalu tersenyum miring. “Iya … nggak apa-apa.” Tapi senyum itu jelas penuh kepalsuan.

Dalam hatinya, Aulia sudah bertekad.  “Aku harus cari cara lain. Aku nggak bisa kalah sama dia.”

***

Beberapa jam berlalu, suasana di ruang VIP kembali tenang. Bu Ita—ibunya Rumi rencananya sore baru datang. Rumi sempat tertidur sejenak karena kelelahan, baby Kenzo tetap di sisinya. Mama Liora duduk membaca majalah, sesekali menatap cucunya dengan senyum lembut.

Aulia pura-pura sibuk dengan ponselnya, tapi sesekali ia melirik ke arah ranjang. Rasa cemburu masih bergemuruh. Ketika melihat Rumi mulai menggeliat bangun, ide licik pun muncul di kepalanya.

“Nih, Rum,” ucap Aulia tiba-tiba dengan suara manis yang dibuat-buat. Ia berdiri membawa segelas jus jeruk yang tadi masih tersisa di troli. “Kamu pasti haus. Minum aja biar segar.”

Rumi tertegun, menatap gelas itu ragu. “Ah … terima kasih, Mbak. Tapi saya sudah cukup.”

“Minum aja,” desak Aulia. “Kan dari Kak Julian juga pesannya. Sayang kalau nggak diminum.”

Mama Liora mengangkat kepala dari majalahnya, matanya menyipit curiga. “Kamu kok tiba-tiba baik sekali, Aul?”

Aulia tertawa kaku. “Ya masa aku nggak boleh baik, Tante? Aku cuma kasihan sama Rumi.”

Rumi masih ragu, tapi akhirnya menerima gelas itu dengan tangan gemetar. Ia meneguk sedikit, rasa asam segar jeruk memenuhi mulutnya. Namun entah kenapa, perasaannya jadi makin tak nyaman. Ada firasat aneh yang ia sendiri tak bisa jelaskan.

Mama Liora memperhatikan wajah Rumi yang sedikit berubah. Ia segera menatap tajam ke arah Aulia. “Kamu nggak macam-macam kan, Aul?!”

Aulia pura-pura tersinggung. “Astaga, Tante! Masa sih aku tega? Itu kan cuma jus jeruk dari troli. Aku nggak ngapa-ngapain kok.”

Namun tatapan Mama Liora tetap curiga.

Rumi buru-buru menggeleng, mencoba meredakan. “Sudah, Bu. Tidak apa-apa kok.”

Tapi jauh di lubuk hatinya, ada rasa takut. Ia menunduk, mengusap kepala Kenzo yang masih tertidur lelap, sambil berbisik lirih dalam hati, "Ya Allah … lindungi anak ini. Jangan biarkan sesuatu terjadi."

Ketika Julian kembali ke ruangan, ia langsung menyadari suasana yang janggal. Aulia tersenyum terlalu lebar, Rumi terlihat pucat, dan Mama Liora menatap  adik menantunya itu dengan sorot mencurigai.

“Ada apa di sini?” tanyanya datar.

Tidak ada yang menjawab. Hanya bunyi mesin pendingin udara yang mendesis, menambah tebal ketegangan.

Julian melangkah lebih dekat, pandangannya bergantian menatap ketiganya. “Aku tanya, ada apa?”

Rumi menelan ludah, hendak menjawab, tapi tiba-tiba tubuhnya berguncang kecil. Gelas jus yang masih ia genggam jatuh, isinya tumpah ke seprai putih.

Wajah Rumi semakin pucat.

Julian langsung menoleh tajam ke arah Aulia, sorot matanya dingin seperti es. “Apa yang kamu lakukan?”

Bersambung ... ✍️

1
Anonim
Julian ini semakin aneh ya Rum - jantungmu masih aman kan Rumi
cha
adik istri tersayang elu itu panJuuul...
cha
Kenzo bayinya Rumi yang ditukar...

tapi Kenzo juga bayi kandungnya Julian...? gimana ceritanta masi misteri...

Bagaimana Rumi terpaksa harus menikah disaat kuliah yg sudah sedikit lagi skripsi.. karena hamil...dan siapa sebenarnya yang menghamili...

Lalu Tisya.. apakah benar wanita yang sangat disayangi dan dicintai Julian?? knp dengan ipar dan mertuanya?
cha
Napa pulaa sama bapaknya juga harus diurus keperluan pribadi..macam apa contohnya keperluan pribadi teh ..yg menjurus jurus ranah pribadikah.😁😁🤭..

Jadi ibu susunya Kenzo aja dah luar biasa mana nyusu langsung lg... walaupun sebenarnya itu anak kandungnya Rumi sih...tp kan kondisinya skrg tidak asa yg tau
cha
Tertekan banget yaa..beban yang ditanggung Rumi..apa tidak bersama secara psikologis, sementara dia ibu menyusui...
nyaks 💜
owww salah satu pelaku ya sus hmmm
ataw tau ttg baby Kenzo?? 🤔🤔
cha
orang baru aja abis pingsan...dah harus nenenin bayik...kasihan kamu Rum... bertubi-tubi di sakiti orang2 gilak... padahal kamu baik banget.
Kasih Bonda
next Thor semangat
sryharty
posesif amat tuan dingin sedingin saljuuuu
Ir
haisss habis sudah wassalam Rum, kamu yg tanda tangan aku yg lemes 🥴
Hafifah Hafifah
kayaknya suster ini tau sesuatu deh.jangan" dia yg udah nuker bayinya rumi dan bersekongkol dengan mertuanya julian
Bunda Aish
gak ada jalan lain Rumi, lumayan masih digaji....licik nya itu plus jadi pelayan pribadi...modus... sudah mulai jatuh cinta sebenarnya 🤨
Nar Sih
begitu berat ujian mu ya rumi,sabar ya rumi ,semoga akan ada pelangi setelah hujan begitu pun dgn mu semoga ada kebahagian setelah kesedihan ,semagat rumi ,dan semagat juga buat momy💪💪🥰
hasatsk
itu perawat bisa jadi kunci rahasia baby Kenzo....
Naufal Affiq
dengar kan rumi omongan julian,nanti dia marah-marah terus tanpa arah
Jeng Ining
dugaan klo Kenzo anak Rumi semakin jelas, dn mulai samar timbul pertanyaan Kenzo jg anak kandung Julian🫣, tp entahlah🤭
Noor hidayati
kamu harus bisa bersikap tegas pada aulia jul,jangan biarkan dia seenaknya berbuat jahat sama rumi
Naufal Affiq
ada udang di balik batu rupanya pak julian,ada maksud terselubung rupanya.hahaha
Kar Genjreng
wahhh abislah riwayat Aulia dan ibunya,,itu belum ketahuan biologis orang tua Kenzo. suster tadi tau keliatan,,,,, semoga suster tidak ikut terlibat. Julian sudah membeku u. lihat tampang nya sudah ngeri,,,,ga kebayang murkanya Julian. ga ampun deh siap siap saja Aulia lapor sama mak mu. jus nya sudah ketahuan sama Rumi Julian,,,ngeri baru lihat raut wajah Julian saja Rumi pucet apa lagi Aulia nanti langsung semasfuuud, ,,, OK mommy di tunggu lanjutannya,,
Nanik Kusno
Hanya harus bicara baik dan sopan ....gitu aja kenapa sangat sulit???
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!