NovelToon NovelToon
The Runway Home

The Runway Home

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Yayalifeupdate

Setelah menaklukan dunia mode internasional, Xanara kembali ke tanah air. Bukan karena rindu tapi karena ekspansi bisnis. Tapi pulang kadang lebih rumit dari pergi. Apalagi saat ia bertemu dengan seorang pria yang memesankan jas untuk pernikahannya yang akhirnya tak pernah terjadi. Tunangannya berselingkuh. Hatinya remuk. Dan perlahan, Xanara lah yang menjahit ulang kepercayaannya. Cinta memang tidak pernah dijahit rapi. Tapi mungkin, untuk pertama kalinya Xanara siap memakainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Pertama

Pagi ini Xanara datang lebih awal dari biasanya, petugas kebersihan masih membersihkan butiknya dengan hati-hati, dan beberapa stafnya mulai berdatangan satu per satu.

Butiknya tampak sama seperti biasanya, tenang, mewah dan steril dari kekacauan dunia luar. Xanara duduk diruang konsultasi dengan buku sketsa di pangkuannya. Xanara mulai mencoretkan beberapa ide desain yang mengendap sejak pagi.

Dan untuk perjanjian hari ini, Ia tak tahu pasti kenapa menerima sesi konsultasi pribadi. Karena Xanara sangat jarang, bahkan nyaris tidak pernah melakukannya.

Aneh tapi Xanara berkata iya. Mungkin karena ia sedang kembali ke tanah air, mungkin karena ia ingin menantang dirinya sendiri. Mungkin ia kembali teringat dengan hal-hal kecil dan manusiawi, atau mungkin karena ia merasa butuh cerita baru.

Toktoktok!

“Permisi Bu Xanara, klien sudah datang” Ucap staf butik.

“Antarkan kemari”

“Baik Bu”

Pintu terbuka.

Seorang Pria masuk ke dalam ruangan konsultasi, dan waktu seperti menahan napas.

Xanara bangkit, berdiri dengan tenang, menyambut pria itu dengan ekspresi yang sengaja dibuat netral, dan untuk beberapa detik, waktu seperti kehilangan suara.

Langkahnya pria tersebut begitu tegap, posturnya mapan, dan matanya tenang, bukan dingin, melainkan tenang seperti seseorang yang sudah berhadapan dengan badai dan tahu cara bertahan. Wajahnya bersih, nyaris terlalu sempurna untuk pria yang katanya datang hanya untuk fitting jas.

Xanara berdiri memberi isyarat ke sofa sebrangnya, dan mempersilahkan pria tersebut duduk.

Pria tersebut memandang ruang konsultasi milik Xanara, ruang yang dibuat senyaman mungkin. Dinding putih gading, ornamen rotan minimalis, dan aroma teh melati yang menguar dari diffuser di pojok ruangan.

Pria tersebut berfikir, jika pemilik butik pasti memiliki alasan untuk mendesain ruangan tersebut menjadi sedemikian rupa.

“Selamat datang” Sapa Xanara dengan mengulurkan tangannya.

“Harvey” Ucap pria tersebut dengan membalas uluran tangan Xanara.

Genggamannya tidak terlalu kuat, tapi mantap. Seolah hanya ingin memastikan keberadaan.

Pria tersebut duduk di sofa kulit buatan luar negeri yang dibeli Xanara dari pelanggan butik antik.

Xanara benar-benar memperhatikan pria yang ada di hadapannya, kemeja biru langitnya di setrika rapi, celananya jatuh sempurna diatas sepatu kulit yang tampak mahal tanpa berteriak, pria tersebut bahkan tidak memakai parfum yang mencolok, tapi aromanya kayu dan tanah setelah hujan seolah memukul sesuatu dalam memori Xanara yang tidak tahu dari mana.

“Saya ingin jas pernikahan” Ucap Harvey pelan.

“Pernikahan saya dua bulan lagi”

Xanara menahan anggukan, sudah bisa ditebak. Tentu saja pria seperti dia tidak mungkin lajang.

“Apakah anda ingin jas formal klasik, atau ingin saya bantu eksplor desain yang lebih kontemporer?”

Harvey tampak berfikir sejenak…

“Saya tidak terlalu mengerti gaya. Tapi saya ingin terlihat pantas, tidak mencolok tapi tidak membosankan”

“Hmm” Gumam Aluna sambil mencoret sesuatu di kertasnya.

“Itu seperti meminta saya merancang badai tanpa awan”

“Saya percaya selera anda” Ucap Harvey dengan tersenyum.

Xanara meliriknya, pria ini tidak mencoba menggoda, tidak juga bersikap terlalu akrab. Tapia da sesuatu dari cara dia duduk, bicara bahkan menunggu yang membuat udara di ruangan itu berubah suhu.

“Baiklah, saya akan lakukan pengukuran dulu. Kita lanjutkan desain setelah itu”

Xanara berdiri berjalan menuju meja alat ukut, lalu memintanya ke ruang fitting. Harvey mengikutinya, kemudian ia melepas jasnya dengan rapi, lalu membuka kancing kemejanya bagian atas.

Ketika Harvey berdiri di hadapan Xanara, hanya menggunakan dalaman putih tipis dan celana, Xanara tiba-tiba merasa dirinya terlalu dekat dengan sesuatu yang seharusnya ia jaga jaraknya.

Xanara mengambil pita meteran, melingkarkan ke bahu Harvey, lalu dada, kemudian pinggang dan terakhir tangan.

“Berapa tinggi badan?” Tanya Xanara.

“185. Tapi kadang rasanya lebih pendek kalau sedang kalah debat dengan Ibu saya”

Xanara tertawa kecil, satu detik lalu kembali serius. Sikap profesionalnya tetap terjaga, tapi pikirannya mulai liar.

“Kenapa pria ini terasa familiar” Batin Xanara.

Ketika Xanara mengukur panjang lengan, tangannya menyentuh pergelangan tangan Harvey, bukan sentuhan sensual, bukan juga sentuhan canggung, tapi seperti menyuntuh sepotong hidup yang tidak ia sadari sedang bergerak mendekat.

“Ada permintaan khusus dari pasangan anda? Untuk warna dan model?” Tanya Xanara kepada Harvey.

Harvey menggelengkan pelan kepalanya…

“Dia menyerahkan semuanya pada saya. Katanya saya lebih tahu apa yang pantas saya pakai” Jelasnya kepada Xanara.

Xanara mencatat diam-diam.

“Pak Harvey, anda terlalu pandai menyembunyikan hati anda dibalik jas rapi dan kalimat singkat” Batin Xanara.

Sesi oengukuran selesai, tapi keheningan antara Xanara dengan Harvey masih tetap menggantung.

“Boleh saya minta satu permintaan?’ Tanya Harvey yang hanya di respon dengan Xanara yang mengangkat alisnya.

“Jas ini tolong rancang seolah saya akan memakainya untuk satu hari paling penting dalam hidup saya. Bukan hanya untuk menikah, tapi untuk mengakhiri satu bab dan memulai bab yang baru”

Kalimat itu menggema lebih dalam dari yang Xanara harapkan.

“Baik Pak Harvey saya akn merancangnya seolah hidup anda berubah saat mengenakannya”

Harvey menjabat tangan Xanara saat sesi telah selesai, tapi tidak ada yang tergesa-gesa pergi, saat tangan mereka bertemu lagi, ada jeda kecil sekian detik yang cukup untuk menyisipkan kemungkinan.

Dan tanpa mereka sadari, saat pintu butik itu tertutup, sebuah cerita telah dibuka. Bukan hanya kisah cinta, tapi juga luka yang akan dijahit ulang dengan benang yang tak pernah mereka pilih tapi sudah tertulis sejak awal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!