Terlahir dengan sendok emas, layaknya putri raja, kehidupan mewah nan megah serta di hormati menjadikanku tumbuh dalam ketamakan. Nyatanya, roda kehidupan benar-benar berputar dan menggulingkan keluargaku yang semula konglomerat menjadi melarat.
Kedua orang tuaku meninggal, aku terbiasa hidup dalam kemewahan mulai terlilit hutang rentenir. Dalam keputusasaan, aku mencoba mengakhiri hidup. Toh hidup sudah tak bisa memberiku kemewahan lagi.
[Anda telah terpilih oleh Sistem Transmigrasi: Ini bukan hanya misi, dalam setiap langkah, Anda akan menemukan kesempatan untuk menebus dosamu serta meraih imbalan]
Aku bertransmigrasi ke dalam Novel terjemahan "Rahasia yang Terlupakan." Milik Mola-mola, tokoh ini akan mati di penggal suaminya sendiri. Aku tidak akan membiarkan alur cerita murahan ini berlanjut, aku harus mengubah alur ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nolaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Bandit
"Diamlah," Orang itu?
"B—bos, napas, napas!" Hidungku tergencet kuat, bagaimana bisa bernapas. Aku mendengus. "Hahhh, ada apa sih, bos?"
"Diamlah sebentar, ada yang mengikuti kita." Katanya.
"Apa?!" Aku mengintip, melihat sekeliling. "Siapa? Hantu?"
Caspian melihatku dengan muak. Seolah aku biang keladi dari semua permasalahan di dunia. "Bandit mengikutimu, ketika keluar dari rumah Baron dengan pakaian seperti itu."
Mataku membulat, iya, pantas saja, pakaian Igrid seperti milik bangsawan. "Kenapa bandit itu ada disini, bukankah seharusnya mereka menyerang rumah?"
"Apa maksudmu?"
Aku mengigit jari, seingatku, dalam ceritanya, para bandit memberikan obat kepada pengawal Baron Jael dan menyerang rumah, saat itulah Winola tertusuk pisau di perut sampai koma karena menyelamatkan Grand Duke.
Aku tidak mau sekarat, pasti sakit sekali. Aku harus kabur.
"Maafkan aku Bos besar, semoga kau selalu berada dalam lindungan tuhan." Aku berguman penuh sarkasme, Pura-pura peduli.
'Klik', tanpa basa-basi aku melepas kalung bos itu, dan mengusut menjadi kucing mungil. Aku berlari meninggalkan Caspian dengan masalahnya sendiri.
Ketika aku berjalan-jalan, aku melihat beberapa orang bergelagat aneh dan memakai cadar. Total aku melihat setidaknya sepuluh orang, mereka pria berbadan kekar dan berkulit coklat. Huh, mengerikan, bahkan aku melihat mereka menyembunyikan pisau besi. Aku harus kabur!
"Meongg.... "
Tentu saja, prioritas utamakan adalah perut. "Wahh, bau ikan bakar, lapar lagi." Ada penjual ikan bakar, aku harus mengeluarkan jurus kucing manis.
"Meonggg meonggg,"
Yap, mereka memberiku sepotong ekor ikan.
"Meonggg.... "
"Terima kasih, "
Ngomong-ngomong, apa Caspian bisa melawan sepuluh orang? Tapi dalam ceritanya, Caspian bisa menggulingkan pemerintahan Raja, pasti bisa lah, cuman sepuluh bandit.
Tapi bagaimana jika dia selamat tapi terluka berat? Seharusnya dia membawa pengawal, bukan? Tapi bagaimana jika tidak dan Caspian sekarat? Ah, tidak ah, bandit itu tidak mungkin melukai Grand Duke, kan?
Tapi, bagaimana jika mereka nekat? Caspian bisa terluka, lalu ia akan menangkapku karena menelantarkannya, lalu—lalu, aku akan di eksekusi dan mati muda. Wahhhh.
Aku berlari cepat, kembali ke lokasi tadi. Caspian sudah di keroyok tiga orang. Lihatlah, dia tidak akan bisa tanpaku!
"Woy," Aku sudah kembali dalam wujud manusia. "Jangan lukai wajahnya, kalau dia jadi jelek, sudah tidak ada yang peduli dengannya!"
Aku mengambil kursi dan melemparkannya kepada bandit itu. "Rasakan ini dasar idiot!" Memberikan bogeman mentah pada seorang bandit, tanganku sedikit nyeri, lalu tendangan kaki pada bandit yg gendut, "Selamat tingal lemak jahat!"
Terakhir, kasih salam siku dan tumbuk kepala pada bandit terakhir. "Rasakan itu!"
"Aku juara karate ke dua puluh, tau!" Aku menyombongkan diri.
Aku melirik Caspian yang terdiam, "Bos, bos, kau belum mati kan? Apa kau terluka?" Aku menggerayangi tubuhnya. "Huh, untuk masih utuh!"
Caspian menatapku dengan aneh sebelum menelan ludahnya. "Kau benar-benar liar,"
"Hey, berhenti menyebutku liar, aku ini kucing rumahan."
"Tapi perutmu seperti babi."
"Hey—"
"Hey, beraninya kau menyerang kami, gadis kecil."
"GADIS KECIL APANYA! —Wahh, kalian banyak sekali." Bandit-bandit itu sudah berkumpul. Ternyata lebih dari sepuluh, huh!
Aku bersembunyi di belakang Caspian, "Bos, sepertinya perutku sakit."
Bandit-bandit itu mengelilingi kami. Aku tidak tau apa yang akan dilakukan Caspian, tapi dia membawa tongkat panjang, dan mereka memukul mundur kami sampai jauh dari keramaian pasar.
"Jangan mengacau dan diamlah disana sebentar." Aku hanya mengacungkan dua jempol dan berlari mundur sambil bawa pisau. Membiarkan sang jagoan asli bela diri.
Caspian mulai aksi pukul-pukul, dua lawan satu. Aku sebenarnya tidak ahli bela diri, hanya asal serang saja selama ini, jadi, yeah, aku membantu Caspian dengan tetap duduk anteng.
Sudah ada tujuh orang yang tumbang. Caspian itu menyerang mereka dengan gampang, teknik berkelahinya melebihi Jackie Chan! Hanya dalam sepuluh menit mereka semua babak belur, keren sekali!
"Bravo, Bos, Bravo! Kau memang juaranya!" Aku mendekati Caspian dan memberikan tepuk tangan penonton bayaran. "Dasar tikus-tikus tanah yang jelek! Kau bukan tandingan—awas Bos, ugh."
"Winola!"
***
Caspian membawaku kembali ke rumah Baron Jael, mereka semua berlarian dengan panik ketika melihatku di gendong.
Aku melihat Julian menawarkan gantian mengendong, aku pun langsung mengulurkan tanganku, siap kabur dari dekapan Caspian, namun bos besar ini matanya melotot, Julian langsung diam di tempat. Entah kenapa dia, tapi ia membawaku sampai ke kamar. Disana sudah ada tabib.
"Mohon maafkan kesalahan saya Grand Du—"
Caspian melayangkan tangannya, memotong ucapan Julian. "Tolong lihatlah lengannya, dia tertusuk pisau."
Tabib itu bergegas membuka balutan kain di tanganku. Perihnya bukan main saat kain basa itu menyentuh lukanya dan membersihkan darah. Rasanya bahkan mau pingsan ketika tabib itu mengoleskan obat dan membalut lukanya. Setelah selesai, semua orang pergi menyusahkanku dengan Caspian yang menyebalkan ini.
"Apa kau mau menghantuiku disini? Pergilah aku mau tidur!" Sial, aku benci tatapanya.
"Beristirahatlah dan kita akan berbicara besok, selamat malam."
Caspian menutup pintu dan aku meneriakinya, "Jangan bertemu lagi!"
Ohh, bukankah cerita ini tidak ada yang berubah? Pada akhirnya kejadian tadi sama saja, di serang bandit dan aku menyelamatkannya lalu tertusuk pisau, hanya saja latar ceritanya sedikit bergeser. Bagaimana ini, bagaimana jika pada akhirnya aku hanya akan mati mengenaskan dalam novel sialan milik Mola-mola itu.
"Kau harus minta maaf padaku, dasar Mola-mola tembam!"
Keesokan paginya aku ada seseorang menyentuh lenganku dengan lembut. Saat aku membuka mata perlahan, seolah aku sedang melihat bayangan Skandar Keynes berusia belasan tahun, sedang membelai lenganku.
"Wahh, wajahmu tampan sekali," Aku berguman pelan "Aku berharap bisa masuk dunia Narnia."
"Dimana itu Narnia?"
"Huh?" Seperti suara Caspian. "Bos besar?!" Kyaaa, aku bangun dari tempat tidur ketika tersadar siapa sebenarnya orang itu. "Kenapa kau ada disini sepagi ini, bos?"
"Ini sudah hampir sore hari," Katanya. Aku menjatuhkan bibirku. Pantas saja perutku sudah meraung seperti serigala! "Aku mengganti balutan perbanmu, merembes. Aku juga sudah menyiapkan makan, keluarlah setelah kau merasa segar."
Aku cengo beberapa saat, aku harus ke kamar mandi dan cuci muka. Lalu keluar kamar dan ke meja makan. Disana, hanya ada aku dan Caspian. Dia tidak akan marah-marah, kan?
"Oke, selamat makan." Sungguh suasana yang canggung.
Aku memilih duduk di paling pojok, jadi mejanya berbentuk oval panjang, Caspian duduk di ujung dan aku juga berasa di sisi ujung lainnya. Setidaknya aku bisa menghabiskan makanku dengan tenang, sampai dia mulai bicara lagi.
"Bagaimana lenganmu, apa masih sakit?" Tanyanya.
"Tidak, aku sudah terbiasa dengan luka kecil seperti ini." Yeah, setidaknya hidup setahun di kejar rentenir sudah membuatku banyak belajar untuk mengubah rasa sakit menjadi kebiasaan yang lazim, karena kehidupanku selama setahun terakhir benar-benar berantakan.
Suasana kembali hening, aku sudah menghabiskan makananku dan tidak tau harus melakukan apa lagi.
Caspian diujung sana juga diam tanpa ekspresi, tapi bibirnya bergerak akan mengatakan sesuatu. "Apa kau mau—"
"Tidak," Sanggahku. Dia mau mengajakku pacaran kan? "Bos, ingat ini, kau tidak boleh sampai menyukaiku, tidak boleh!"
semangat 😊
mampir juga ya ke ceritaku..
kasih saran juga..makasih