NovelToon NovelToon
Vendrell'S Canvas

Vendrell'S Canvas

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Aku sering mendengar orang berkata bahwa tato hanya diatas kulit.

“Jangan bergerak.”

Suara Drevian Vendrell terdengar pelan, tapi tegas di atas kepalaku.

Jarumnya menyentuh kulitku, dingin dan tajam.
Ini pertama kalinya aku ditato, tapi aku lebih sibuk memikirkan jarak tubuhnya yang terlalu dekat.

Aku bisa mencium aroma tinta, alkohol, dan... entah kenapa, dia.
Hangat. Menyebalkan. Tapi bikin aku mau tetap di sini.

“Aku suka caramu diam.” katanya tiba-tiba.
Aku hampir tertawa, tapi kutahan.

Dia memang begitu. Dingin, sok datar, seolah dunia hanya tentang seni dan tatonya.
Tapi aku tahu, pelan-pelan, dia juga sedang mengukir aku lebih dari sekadar di kulit.

Dan bodohnya, aku membiarkan dia melakukannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali

Pagi itu, Drevian turun dari kamarnya dan menemui Liora yang sudah menunggu dibawah. Drevian mengajak Liora untuk sarapan pagi.

"Kamu mau sarapan apa?" tanya Drevian

Mereka pergi ke kafetaria hotel dan sarapan pagi bersama. Mereka duduk berhadapan dan Drevian menatap wajah Liora membuatnya tersipu

"Rambutmu wangi. Kamu pakai apa?" tanya Drevian

"Aku kemarin hanya pakai vitamin rambut." ucapnya malu-malu

Banyak orang yang sarapan di kafetaria hotel mewah itu. Semuanya orang-orang kaya, ada yang seniman tato sama seperti Drevian, pengusaha dan masih banyak lagi.

Tak lama, mereka selesai sarapan pagi dan Drevian membayar ke kasir. Salah satu karyawan menanyakan pada Drevian

"Maaf lancang, apakah gadis itu kekasih anda, Tuan Vendrell?" tanya salah satu karyawan

"Oh, iya benar. Dia kekasih saya. Kenapa?" tanya Drevian dingin

"Tidak tuan, saya hanya ingin tahu. Maaf tapi kekasih anda begitu manis." ucap karyawan itu

"Memang. Dia segalanya bagiku." lanjut Drevian

"Baik tuan. Terima kasih sudah datang."

"Terima kasih, Nona." ucap karyawan itu sambil membungkukkan badan.

Liora lalu tersenyum dan melambaikan tangan. Drevian telah memesan supirnya kemarin, jadi selang beberapa waktu, supirnya lalu datang menjemput dan mengantarkan mereka ke bandara.

Di pesawat, sesekali Liora melirik, yang sedang fokus menatap awan. Ia tahu, Drevian adalah pria yang tak banyak bicara, tapi setiap tindakannya sudah cukup untuk membuat Liora merasa dihargai. Pria itu menunjukkan rasa hormatnya, dan itu membuat hati Liora menghangat.

​ Liora merasa nyaman di samping Drevian. Drevian tidak memaksanya untuk berbicara, ia hanya ada di sana, di sampingnya, seolah menjadi penopang yang kokoh. Sepanjang perjalanan pulang, Liora hanya bisa tersenyum, memikirkan setiap momen yang ia lewati bersama Drevian di Kota Carran.

​Setelah mendarat, Drevian langsung mengambil mobilnya dari titipan mobil bandara.

"Ini mobil anda, Tuan. Saya menjaganya dengan baik."

"Baik, terima kasih."

Drevian memutar mobilnya dan menyuruh Liora masuk. Liora duduk disamping kursi pengemudi. Ia mengantar Liora pulang ke rumahnya. Liora merasa sedih, karena ia tahu, momen kebersamaan mereka akan segera berakhir. Namun, Drevian hanya tersenyum tipis.

"Aku antar kamu sampai rumah," katanya, suaranya tenang.

​Sesampainya di rumah, Livia langsung menyambut Liora dengan pelukan hangat.

"Aku kangen banget sama kamu, Lio!" teriaknya. Livia lalu melirik Drevian, yang hanya berdiri di belakang Liora.

"Makasih ya, Drevian, udah ngantar Liora. Mau masuk dulu?"

​Drevian awalnya menolak. Namun Livia, yang blak-blakan, langsung menarik tangan Drevian.

"Udah deh. Masuk aja. Aku buatin teh hangat," katanya. Drevian akhirnya luluh. Ia masuk, dan mereka bertiga duduk di pojok baca.

Liora dan Drevian menceritakan semua yang mereka lakukan di Kota Carran, dari pameran tato yang megah sampai makanan yang lezat. Livia mendengarkan dengan antusias, sesekali bertanya.

"Liora, bagaimana perasaanmu setelah melihat pameran itu?" tanya Livia penasaran.

"Aku senang sih. Suka sama desainnya. Tato gak buruk-buruk amat." jawabnya.

Drevian tersenyum dan menghirup wangi strawberi rambut Liora dan dia semakin mendekat ke samping Liora.

"Rambutmu wangi sekali." ujar Drevian

Pipi Liora memerah dan mencubit lengan Drevian, tapi Drevian justru tidak merasakan apa-apa.

Livia tertawa dan menyenggol siku Liora

"Kamu!" bentak Liora pelan

​Toko buku itu siang hari, kini ramai dengan beberapa pelanggan yang datang. Mereka melihat Liora dan Drevian duduk bersama, dan mulai berbisik-bisik. Ada yang suka, ada juga yang tidak.

​Liora, yang sedang asyik bercerita, tak sengaja mendengar beberapa pelanggan menyebut nama Selena.

"Dengar-dengar, Selena itu dekat banget sama Drevian waktu SMA," bisik salah satu pelanggan itu.

"Aku lihat mereka berdua sering jalan bareng. Selena itu cantik, dan juga dari keluarga kaya."

"Tapi aku juga dengar kalau Drevian pacaran sama pemilik toko buku ini, Evianne itu."

"Hah? Pantes saja Drevian sering datang kesini. Padahal dia itu pra dingin bisa luluh ya sama gadis seperti ini." bisik mereka

​Bisik-bisik itu membuat Liora terdiam. Hatinya terasa berat. Ia menatap Drevian, yang sedang asyik menceritakan sesuatu pada Livia. Ia tak menyangka Drevian punya masa lalu dengan wanita lain.

​Livia, yang melihat perubahan ekspresi di wajah Liora, langsung mengerti. Ia menatap Liora dengan cemas, berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia tak langsung membahas yang didengar Liora yang sebenarnya didengar Livia juga tapi tak didengar oleh Drevian.

"Udah deh, Liora. Jangan dengerin omongan orang," bisiknya pada Liora.

​Liora menggeleng. Ia mencoba tersenyum, tapi ia tahu hatinya sakit. Ia tidak bisa melupakan bisikan-bisikan itu. Ia merasa cemburu. Drevian, yang menyadari suasana berubah, menatap Liora.

"Kenapa, Lio?" tanyanya.

​Liora hanya menggeleng. "Enggak apa-apa, Drev," jawabnya, berusaha tersenyum. Drevian tidak percaya, tapi ia tidak memaksakan. Ia hanya menatap Liora dengan tatapan yang Liora kenali. Tatapan yang penuh dengan kekhawatiran.

Dengan berani, Drevian mengelus kepala Liora tapi itu tak membuat Liora tenang, Ia malah merasakan sakit hati yang aneh. Ia bahkan tak menatap Drevian tapi membiarkan Drevian mengelus rambutnya.

​Tak lama kemudian, Drevian meminta pamit. "Aku harus balik ke studio. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan," katanya.

Liora mengangguk, hatinya terasa hampa. Drevian memeluknya dan Liora memeluk kembali dengan ragu lalu berjalan pergi.

​Sesampainya di studio, Drevian menemui Zeke dan Ronan, para karyawannya. Mereka sudah menunggu. Drevian menceritakan semua yang terjadi di Kota Carran. Mereka mendengarkan dengan antusias, dan Drevian merasa lega, karena ia bisa berbagi ceritanya dengan orang-orang yang ia percaya.

"Bagaimana selama kerja sebulan disini?" tanya Drevian pada Ronan

"Saya masih menyesuaikan diri, bos. Saya juga berusaha untuk mempertahankan desain saya." ujar Ronan

"Bagus. Kamu bantu Zeke juga, ya." ujar Drevian

"Baik bos."

Drevian lalu pergi ke kamarnya dan meninggalkan kedua karyawannya dibawah.

Di Evianne Books, Livia tetap melihat wajah Liora murung.

"Liora, aku-"

"Kau tahu tentang Selena?" potong Liora

Livia membelalak, Ia ingin menceritakannya tapi takut Liora sakit hati.

"Liora, itu hanya masa lalu Drevian." ujarnya

"Hanya masa lalu, ya? Aku bahkan tak sebanding dengan masa lalunya." ujar Liora.

Liora terus murung dan pergi ke kamarnya. Di kamar, Ia masih terngiang-ngiang dengan ucapan pelanggan mereka tadi.

"Drevian punya pacar dari SMA? Berarti aku simpanannya?" gumamnya tak percaya

Ia lalu naik ke atas ranjangnya dan memeluk boneka beruangnya. Kembali Ia mengingat bagaimana Drevian merawatnya waktu sakit, perasaan itu benar-benar menyayat hatinya.

Bagi Liora wajar juga jika Drevian pernah berhubungan dengan gadis sebelumnya. Apalagi kata mereka gadis itu orang kaya dan Drevian juga sama.

Beda seperti Liora, dia tak pernah menjalin hubungan sebelumnya. Ia tak tertarik untuk pacaran sewaktu sekolah dulu, Ia hanya fokus untuk mengejar kuliah dan sastranya.

Livia membiarkan Liora murung dan kembali ke kasirnya. Ibu Veli lalu menemui Livia dikasir

"Non, Lioranya mana?" tanyanya

"Dikamar, bu."

"Pasti Liora mendengar perkataan tadi ya, Non? Padahal itu tidak benar. Selena memang pernah dekat sama Drevian tapi tak sampai semesra itulah." ujar Ibu Veli

"Oh, iya bu. Aku tidak terlalu tahu tentang Selena." balasnya

Livia membuka ponsel dan membuka Instagramnya dan mengirim chat pada Zeke

"Zeke, Liora udah tahu tentang Selena. Tadi ada pelanggan kami berbicara tentang Selena, kata mereka Selena akrab banget sama Drevian sewaktu SMA dan dia juga dari keluarga kaya"

"Apa maksudnya ini Zeke? Karena kami tak punya, bos mu itu mau memperlakukan Liora seenaknya?"

Kring...

Zeke yang sedang duduk di meja kasir melihat ponselnya berdering dan membaca pesan Livia

"Apa? Liora sudah tahu?"

"Bos kami tidak akan melakukan hal seperti itu pada Liora. Itu hanya kesalapahaman. Pelanggan mu mungkin hanya mendengar dari cerita-cerita orang. Tak sampai segitu dekatnya Selena dengan Drevian sewaktu SMA."

Balas Zeke

Liora membaca dan mengirimkan emot "👍"

Wajahnya mengernyit, seolah merasa sahabatnya dipermainkan oleh Drevian.

1
Reiko
Menarik juga ceritanya. Beda dari yang lain
Leira
Livia suka cari gara-gara yahaha
Leira
Tatoo...🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!