Karena kesulitan ekonomi membuat Rustini pergi ke kota untuk bekerja sebagai pembantu, tapi dia merasa heran karena ternyata setelah datang ke kota dia diharuskan menikah secara siri dengan majikannya.
Dia lebih heran lagi karena tugasnya adalah menyusui bayi, padahal dia masih gadis dan belum pernah melahirkan.
"Gaji yang akan kamu dapatkan bisa tiga kali lipat dari biasanya, asal kamu mau menandatangani perjanjian yang sudah saya buat." Jarwo melemparkan map berisikan perjanjian kepada Rustini.
"Jadi pembantu saja harus menandatangani surat perjanjian segala ya, Tuan?"
Perjanjian apa yang sebenarnya dituliskan oleh Jarwo?
Bayi apa sebenarnya yang harus disusui oleh Rustini?
Gas baca, jangan lupa follow Mak Othor agar tak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian Bab 13
Di saat Rustini bertugas kembali untuk menyusui tuyul peliharaan Jarwo dan juga Ratih, wanita itu ketakutan setengah mati. Karena walaupun matanya ditutup dengan rapat, tetapi dia masih sangat ingat dengan jelas bagaimana rupa tuyul itu.
Dia bahkan sangat ingat dengan giginya yang panjang dan juga tajam, dia masih sangat ingat dengan telinganya yang menyerupai telinga kelinci. Bahkan, Rustini masih ingat bagaimana keriputnya kulit bayi yang dia susui itu.
'Demi uang harus bisa, harus kuat. Rugi kalau gak lanjut, udah terlanjur nyebur."
Rustini terus aja men-sugesti dirinya untuk tidak merasa takut ketika menyusui tuyul itu, dia memutuskan akan terus melakukan tugasnya dan berpura-pura buta, berpura-pura tuli dan berpura-pura tidak tahu dengan bayi apa yang sebenarnya dia susui di dalam rumah itu.
"Bagus, Tini. Kamu sudah membuat dia kenyang, sekarang keluarlah!"
Seperti biasanya, setelah Rustini menyelesaikan tugasnya, wanita itu akan langsung didorong keluar dari dalam kamar itu. Rustini memakai bajunya di depan kamar itu dan tak lama kemudian dia kembali mengintip.
Ya, Rustini kepo. Dia ingin tahu dengan apa yang terjadi di kamar yang letaknya dua kamar dari kamarnya. Dari dalam kamar itu terdengar begitu berisik sekali, tentunya sebelum mengintip Rustini memastikan terlebih dahulu Ratih turun membawa tuyulnya bersama dengan Jarwo.
"Ya Allah," ujar Rustini kaget karena melihat pemandangan yang hampir sama dengan apa yang dia lihat kemarin.
Dia saat ini sedang mengintip dari lubang pintu, di dalam kamar itu terlihat seorang wanita yang sedang duduk di atas meja. Kedua kakinya terbuka dengan begitu lebar, sosok makhluk yang seperti kemarin sedang berdiri sambil memaju mundurkan pinggulnya.
Sepertinya makhluk itu sangat menikmati kegiatan panas itu, karena Rustini bisa mendengar erangan serupa geraman penuh kenikmatan dengan suaranya yang begitu menggelegar.
Wanita yang sedang berpeluh dengan makhluk mengerikan itu tidak terlihat takut sama sekali, layaknya Romlah yang begitu menikmati. Rustini menelan ludahnya dengan kasar, kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Inget kata bi Neneng, Tini. Kamu nggak boleh kepo, mending kamu balik ke kamar."
Rustini akhirnya kembali ke kamar, dia memutuskan untuk merebahkan tubuhnya. Dia memutuskan untuk tidur, sebelum tidur dia sempat mengompres kedua dadanya. Rustini merasa kalau kedua dadanya itu sakit.
Setelah merasa enakan, Rustini akhirnya bisa tidur dengan pulas. Wanita itu tidur dengan begitu pulas, sampai-sampai tidak menyadari kalau saat menjelang pagi ada pria masuk ke dalam kamarnya. Pria yang tak lain dan tak bukan adalah Jarwo.
Pria itu baru saja pulang ke rumah setelah mengajak tuyul peliharaannya mencari uang, tetapi saat dia pulang Jarwo tak melihat keberadaan istrinya.
Pria itu datang dengan bajunya yang basah kuyup karena kehujanan, dia merasa kedinginan dan butuh kehangatan. Tak ada Ratih, Rustini juga jadi, pikir Jarwo.
"Tini, kamu cantik. Seksi lagi, jadi gak tahan."
Jarwo tersenyum sambil memperhatikan penampilan Rustini, wanita itu hanya memakai daster lusuh. Namun, di mata Jarwo Rustini begitu menggoda. Daster itu terlihat panjang dan menutupi tubuh Rustini, tetapi daster itu menampilkan lekukan tubuh Rustini yang sangat menggoda.
"Gila sih, bodi kamu oke banget, Tin."
Jarwo dengan perlahan merebahkan tubuhnya di samping Rustini, lalu dia menyingkap daster yang dipakai oleh wanita itu, hal itu membuat Jarwo bisa melihat bokong Rustini yang hanya dilindungi oleh segitiga pengaman saja.
"Ya ampun, Tini. Saya bisa tergila-gila sama kamu ini," ujar Jarwo yang dengan tidak sabar yang melucuti pakaian yang dia kenakan.
Setelah itu, dia menurunkan segitiga pengaman yang dipakai oleh Rustini, setelahnya Jarwo memasuki inti tubuh Rustini dari belakang. Karena Rustini memang sedang tidur menyamping.
Rustini yang merasa ada sesuatu yang memaksa masuk langsung terbangun, dia menolehkan wajahnya ke arah belakang. Kaget sekali Rustini melihat Jarwo yang ada di belakangnya, terlebih lagi dengan apa yang dilakukan oleh pria itu.
"Tu--- Tuan mau apa?"
"Ssssst! Jangan berisik, saya lagi pengen. Kamu cukup diam dan nikmati saja, jangan berisik."
Mata Rustini langsung melotot mendengar jawaban dari Jarwo, dia tidak menyangka kalau saat ini Jarwo ingin kembali meminta dirinya untuk melayani pria itu.
"Tapi, Tuan. Saya takut, bagaimana kalau nanti nyonya tahu?"
"Nggak bakal tahu kalau kamu diem, udah jangan ngomong terus. Saya pengen banget," ujar Jarwo.
"Ta----"
Sebelum Rustini melanjutkan ucapannya, Jarwo sudah terlebih dahulu membungkam mulut wanita itu dengan bibirnya. Rustini hanya bisa diam dan menikmati apa yang dilakukan oleh Jarwo terhadap dirinya.
Pagi yang begitu dingin, dengan guyuran air hujan yang begitu deras, Rustini dan Jarwo justru malah melakukan olahraga enak. Keduanya merasakan kehangatan dan juga kenikmatan dalam waktu yang bersamaan, Jarwo selalu merasa puas dan menemukan sensasi yang tidak pernah dia dapatkan dari istrinya.
"Uuuh! Kamu selalu enak," ujar Jarwo setelah mendapatkan pelepasannya.
Sebenarnya Jarwo masih ingin memintanya, karena melakukannya hanya satu kali tidak membuatnya puas. Namun, dia tidak bisa memintanya kembali karena waktu yang sudah menunjukkan pukul lima pagi. Dia takut kalau Ratih akan pulang.
"Ini, saya ada hadiah untuk kamu. Karena kamu sudah mau memberikan kepuasan kepada saya."
Jarwo memakai pakaiannya kembali, lalu dia mengambil dompet dan memberikan uang kepada Rustini.
"Sembunyikan uangnya, jangan sampai nyonya tahu."
"I--- iya," jawab Rustini takut dan juga bahagia. Namun, tangannya dengan cekatan menyimpan uang itu di bawah kasur.
Takut dengan sorot mata pria itu ketika menatap dirinya, karena tatapan mata pria itu begitu penuh dengan ancaman. Namun, dia juga merasa senang ketika melihat lembaran uang yang diberikan oleh Jarwo.
'Biarin deh Tini jadi pemuas tuan Jarwo, toh dia suami siri Tini. Lumayan bisa kaya, yang penting Tini gak sengaja ngelacur dan menjajakan diri di pinggir jalan,' ujar Rustini dalam hati.
"Tuan cepat keluar, saya takut nanti nyonya akan tahu dan saya bisa dibunuh."
"Hem, sa---"
Belum juga Jarwo menyelesaikan ucapannya, dia mendengar suara Ratih yang begitu kencang memanggil bi Neneng.
"Bi! Liat suami saya nggak?"
"Nggak, Nya."
"Kalau Tini liat gak? Saya liat yang lain udah pada kenyataannya dapur untuk ngeteh, kok dia belum keliatan?"
"Belum keluar kamar, mungkin dia masih ngantuk. Kan' malam dia habis nyusuin," jawab Bi Neneng.
"Oh, kalau gitu saya akan ke kamar Tini aja."
Jarwo dan juga Rustini langsung saling pandang, keduanya panik. Rustini bahkan langsung membelitkan selimut pada tubuhnya. Sedangkan Jarwo mencari tempat persembunyian.
"Di kamar mandi aja ngumpetnya," ujar Rustini.
"Aman gak?"
"Nggak tau, coba aja."
"Ya," jawab Jarwo yang dengan cepat bersembunyi di dalam kamar mandi.
Selepas kepergian Jarwo, Ratih masuk ke dalam kamar itu. Lalu, dahi wanita itu mengerut ketika melihat Rustini yang hanya memakai selimut saja tanpa busana.
"Tin, kamu kenapa tidak memakai baju? Kenapa pake selimut seperti itu?" tanya Ratih dengan tatapan menyelidik.
gak juga kali ngejelasin nya 😫🤦♀️
kamu pandai pandai la menyembunyikan nya