Fadel Arya Wisesa, salah satu pewaris grup Airlangga Wisesa bertemu lagi dengan gadis yang pernah dijodohkannya. Dia Kayana Catleya, salah satu cucu dari grup Artha Mahendra.
Gadis yang pernah menolak untuk dijodohkan dengannya.
Saat tau sahabat gadis itu menginginkannya, Fadel dengan terang terangan mengatakan kalo Kanaya adalah calon istrinya di acara ulang tahun sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama sama sudah bertunangan
"Aku juga sudah punya tunangan. Jadi kamu santai saja," ucap Fadel tenang. Gengsinya kepanggil.
Dia menatap tajam seolah ingin menembus ruang rahasia perempuan cantik yang angkuh di depannya, yang sekarang terdiam akibat ucapannya.
Dia datang hanya ingin mengatakan ini? geram Fadel dalam hati.
Sombong sekali.
Kayana terkejut walau dia berusaha menyembunyikannya
Ngga dia sangka, ngga dia duga. Dalam setahun ini banyak yang sudah berubah. Di luar prediksinya.
Sebenarnya apalagi yang dia harapkan dari kegagalannya membaca perasaannya setahun yang lalu.
Mereka mungkin memang ngga berjodoh.
Ngga mungkin juga laki laki setajir ini akan meratapi dan masih mengharapkannya.
Kamu kege eran Kayana.
Rasakan akibat kecerobohanmu.
Bahkan hati terdalamnya pun sama sekali ngga membelanya.
Kayana merasakan telapak tangannya mulai dingin karena keringatnya tertumpah di sana.
Abigail.... Untung saranmu ngga aku lakuin.
Daddynya pasti gantian malu karena ternyata putri tunggalnya malah masih mengharapkan mantan tunangan ngga jadinya.
"Kita sudah bisa bersikap profesional, kan?" ucap Fadel setelah ngga mendengar bantahan perempuan di depannya yang sepertinya terpaku ( kalo dia ngga salah mengartikan ) akibat ucapan penyangkalannya tadi.
Kayana hanya bisa menganggukkan kepalanya. Sekarang dia hanya ingin pulang.
"Syukurlah. Aku ..... Aku sempat merasa ngga enak karena .....hubungan kita di masa lalu," ucap Kayana agak terbata.
Fadel kembali menancapkan tatapan tajamnya.
"Kalo misalnya kita masih tetap tunangan, apa yang akan kamu lakukan."
Kayana balas menatap dengan hati yang bergetar. Pertanyaan Fadel ngga dia prediksi.
"Kamu akan tetap menolaknya?" tuduh Fadel.
Kayana terdiam, mulutnya seakan dikunci. Dia hanya bisa menatap Fadel dengan tatapan tak terbaca.
"Hanya kalo, jangan terlalu dipikirkan." Walau tetap berucap santai, hati Fadel mencelos.
Kayana masih ngga bisa berbicara. Dia masih menatap Fadel, seakan terhipnotis.
Melihat keterdiaman Kayana membuat Fadel tersenyum miring.
Fadel, ingat, kamu pernah ditolak.
"Oke, oke.... Kita lupakan percakapan konyol ini," ucapnya ngga mau terlalu terbawa perasaan.
"Ya...." Kayana memaksakan senyumnya.
Kayana bingung, Fadel terlalu cepat memutuskan.
'Aku pulang sekarang, ya. Tadi aku hanya ingi memastikan itu saja."
"Oke."
Setelah membalikkan tubuhnya, Kayana memanyunkan bibirnya.
Perasaan sebal menggantungi hatinya.
Apa.itu.... Nanya sendiri jawab sendiri.
Tapi dia kaget ketika sudah membuka pintu, dua orang laki laki--sepupu Fadel menatapnya kaget dan kemudian tatapan itu berubah jahil.
"Halo, Kayana Catleya," sapa Abiyan. Jayden yang ada di sebelahnya tersenyum miring.
Sejak Fadel melarangnya mendekati Kayana, Abiyan mencari data tentang gadis spesial ini.
Hingga tahap ini, dia sudah tau nama lengkapnya, statusnya yang masih jomblo dan hobi jalan jalannya.
Kayana yang juga tersenyum memberikan senyum tipisnya.
"Sudah mau pulang?"
"Iya."
"Diantar supir?" tanya Abiyan lagi. Jayden melirik Fadel yang mulai berjalan mendekat.
Dalam dia tergelak.
Biyan, pawangnya datang.
"Nggak, aku nyetir sendiri."
"Lhoo.... Fadel ngga niat anterin?" Abiyan memasang wajah kaget yang dibuat buat membuat Jayden ngga bisa menahan tawa kecilnya.
Dia pun menepuk pundak Abiyan, seakan ngasih kode.
"Kayana mungkin mau buru buru pulang. Jangan ditahan lagi."
"Ngga bisa gitu, Jay," kilahnya. Kemudian dia menatap Fadel dan terang terangan memancing ego sepupunya.
"Kamu ngga apa apa, kan, Del, kalo aku yang antar Kayana?"
Fadel menghentikan langkahnya, memberi jarak dua meteran dengan kedua tangan berada di saku celananya.
Kayana tertawa pelan.
"Ngga usah. Aku bisa sendiri. Udah biasa juga," tolak Kayana langsung. Perasaan kesalnya menguap sedikit.
Kenapa dia ngga bisa santai seperti sepupunya, sih, omel Kayana dalam hati.
"Aku suka perempuan mandiri," puji Abiyan makin memanas manasi hati Fadel.
"Bukannya kita ada meeting?" ucap Fadel. Dia tau kedua sepupunya akan menjemputnya.
"Ya, karena itu kami ke sini," sahut Jayden.
Ooo.... dia mau meeting lagi? batin Kayana.
"Aku duluan, ya," pamitnya.
"Oke, hati hati Kayana," ucap Abiyan masih dengan tatapan jahilnya.
Kayana tersenyum sebelum melangkah pergi. Sementara Fadel hanya diam menatap punggung Kayana yang menjauh.
Dia sempat berpapasan dengan sekretaris Fadel-Raisa. Tapi Kayana mengacuhkan sekretaris sombong itu.
Kalo kamu kerja di tempatku, ngga nyampe satu jam udah aku pecat, batinnya. Dia masih kesal dengan sikap sekretaris itu. Berbanding jauh dengan pegawai resepsionisnya
Abiyan menunggu Fadel yang kini berjalan mendekatinya dan Jayden.
"Ciee..... Ada yang dikunjungi mantan....," tawa Abiyan berderai.
Jayden tertawa tertahan. Untung Kayana sudah masuk ke dalam lift.
Raisa yang mendengar perkataan bosnya sampai berjengit karena kaget.
"Kamu baru tau?" tanya Abiyan yang menyadari reaksi Raisa.
Raisa mengangguk dengan perasaan ngga enak.
"Memang baru mantan, tapi berpeluang besar jadi nyonya. Kamu kamu sopan dengannya," ucap Abiyan di sela tawanya.
Raisa lagi lagi hanya bisa mengangguk.
Pak Abiyan bisa melihat sikap ngga ramahnya? Jantungnya berdebar keras.
Dia melirik bosnya--Pak Fadel yang tampak tenang dan acuh.
Tapi dia mengingat kalo bosnya tampak senang dikunjungi mantannya tadi, walau ngga terlalu kentara.
Mungkin itu yang membuatnya sedikit kesal.
Dengan gadis yang sebelumnya dia ngga merasa terintimidasi, tapi dengan gadis ini, rasanya beda.
"Siap siap aja bos kamu bentar lagi jadi suami gadis tadi,' tawa Abiyan tampak tergelak gelak.
Jayden juga ngga menahan tawanya lagi, apalagi melihat wajah pias Raisa.
*
*
*
"Bi, sepertinya aku akan tetap meneruskan perjodohanku," ucap Kayana sambil membenarkan letak headset di salah satu telinganya dengan sebelah tangannya. Sebelah tangannya yang lain masih memegang stir.
"Dengan laki laki yang ngga kamu kenal?" respon Abigail ngga rela.
"Ya."
"Kok, bisa?"
"Bisa aja."
Terdengar helaan nafas berat Abigail.
"Menikah itu ngga main main, Kay. Ngga butuh waktu sebentar," nasihat Abigail yang masih mencoba mempengaruhi Kayana.
Kayana masih diam.
"Kalo udah nikah, kan, malamnya kamu bakal gitu-an dengan dia. Apa kamu mau dan rela gitu-an dengan laki laki yang ngga kamu suka."
"Kalo ganteng, nanti juga suka." Dia teringat kalo jadi suka dengan Fadel karena dia ganteng.
"Ngga setiap laki laki ganteng yang bisa bikin kita suka, Kay."
"Ya, harus bisalah."
"Susah, Kay. Kenapa sih, kamu ngga perjuangkan Fadel aja?" Suara Abigail mulai sewot. Dia sampai menghembuskan nafas panjang.
"Fadel sudah bertunangan."
Hening.
"Oooh....," de sah Abigail. Sudah ngga bisa memaksa lagi.
"Sama siapa?"
"Ngga tau, dia ngga bilang."
"Bukan sama teman kamu itu, kan?"
DEG
Perasaan Kayana jadi ngga enak.
"Ngga tau." Kayana merasa suaranya agak ketus.
"Perlu cari tau, Kay," kompor Abigail.
"Buat apa?" Kayana udah ngga semangat.
"Biar kamu tenang."
Kayana ngga menjawab.
"Nanti aku minta Malik nyari info," lanjutnya lagi.
"JANGAN!" Kayana langsung histeris. Pasti ngga nyampe setengah jam sepupunya akan dapat informasinya.
Terdengar tawa lepas Abigail.
pada demen banget sich ngerjain
si Kayana.......
anak orang udah seteresssss itu....
maju mundur kena......
perang hati dan logika ga sinkron.. sinkron...
bisa bisa kurus kering tuh anak orang....
trik...trik diet mah....lewaaaatt......😁😁😁
fadelllllllllll fadellll tunangan munkayanaa.. kapan sih kayana tauuuu....