Alea, wanita tangguh berusia 25 tahun, dikenal sebagai bos mafia paling ditakuti di Itali. Dingin, kejam, dan cerdas—tak ada yang bisa menyentuhnya. Namun, sebuah kecelakaan tragis mengubah segalanya. Saat terbangun, Alea menemukan dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 16 tahun bernama Jasmine—gadis cupu, pendiam, dan selalu menjadi korban perundungan di sekolah.
Jasmine sendiri mengalami kecelakaan yang sama... namun jiwanya menghilang entah ke mana. Kini, tubuh rapuh Jasmine dihuni oleh jiwa Alea sang bos mafia.
Dihadapkan pada dunia remaja yang asing dan penuh drama sekolah, Alea harus belajar menjadi "lemah"—sementara sisi kelam dan insting mematikan dalam dirinya tak bisa begitu saja dikubur. Satu per satu rahasia kelam tentang kehidupan Jasmine mulai terkuak—dan sepertinya, kecelakaan mereka bukanlah sebuah kebetulan.
Apakah Alea bisa bertahan di tubuh yang tak lagi kuat seperti dulu? Atau justru Jasmine akan mendapatkan kekuatan kedua untuk membalas semua lu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinata Ochie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Siapa Raka Sebenarnya?
Setelah berhasil kabur mereka menepikan perahunya dan berjalan menuju jalan setapak, Alea tak tahu ia berada dimana, ia hanya mengikuti langkah Raka. Pemuda itu mengajak Alea ke sebuah rumah yang berada di luar kota, hari sudah hampir pagi Raka memutuskan membawa Alea ke rumah lamanya untuk beristirahat. Rumah itu seperti sudah lama tak di huni, banyak debu di mana-mana dan semua perabotan di tutupi dengan kain putih agar tak terkena debu. Raka mengajak Alea ke atas, Raka membuka pintu sebuah kamar, kamar itu nampak sangat luas dengan interior yang tertutup kain putih, Raka membuka kain penutup ranjang agar mereka bisa duduk di sana.
"Duduk lah kau pasti lelah" ucap Raka
ia duduk di tepi ranjang, Alea melihat lengan Raka terluka akibat baku hantam tadi,
"Dimana kotak obatnya" tanya Alea. Pemuda itu menunjukkan letak kotak obat pada Alea. Sebagai ucapan terimakasih Alea mengobati luka Raka, namun gadis itu tetap menaruh curiga pada Raka,
"Dya bukan anak SMA biasa, pasti ada sesuatu tentang anak ini yang tak aku ketahui" batin Alea. Sembari mengobati luka Raka mata Alea terus memandang ke arah Raka, pemuda itu tau kalau Alea pasti akan menarik curiga padanya, namun ia bersikap tenang seperti tak terjadi apa apa.
Terkadang mata mereka saling bertemu pandang namun dengan cepat mereka mengalihkan pandangan ke arah lain.
Karena penasaran Alea memberanikan diri untuk bertanya pada Raka.
"Sebenarnya kau ini siapa Raka" Tatapan dingin Alea bagai belati yang dapat menghujam jantung Raka.
"Aku teman Jasmine, tapi aku juga teman orang yang dulu kamu kenal" Alea mengerutkan dahinya, ia tak mengerti arti dari kalimat terakhir Raka.
"Apa maksud dari perkataan mu itu, coba kau jelasakan" tanya Alea.
Raka akhirnya menceritakan semuanya, tentang ayahnya yang pernah bekerja sebagai teknisi pada proyek eksperimen pemindahan jiwa yang di ketuai oleh dokter Richard Kanna.
Namun ayah Raka meninggal dunia saat proyek itu tiba-tiba di hentikan secara paksa beberapa tahun lalu. Alea menyimak semua cerita Raka, ia tak mengeluarkan sepatah katapun saat Raka sedang bicara.
"Sebelum meninggal ayah menyimpan sebuah catatan tentang proyek yang sedang dokter Richard kerjakan" lanjut Raka.
"Apa isi dari catatan itu " tanya Alea.
"Sesuatu tentang perpindahan jiwa dan subjek yang akan di jadikan eksperimen itu" jawab Raka. Raka menyerahkan data data itu pada Alea. Mata gadis itu terbelalak saat melihat catatan eksperimen ayah Raka. Di sana tertulis dengan jelas semua hasil riset dan juga nama subjeknya.
"Alea, Cecilia dan .... Jasmine" Alea menatap Raka lalu melihat pada data eksperimen yang ia pegang.
"Sejak kapan ayahmu ikut dalam proyek eksperimen ini" tanya Alea.
"Aku pun tak tahu, tapi itu sudah sangat lama, beberapa tahun lalu, mungkin saat aku masih kecil" jawab Raka.
Dari semua ini Alea baru sadar bahwa Jasmine bukan lah gadis biasa, ia kemungkinan sudah sejak kecil terekspos eksperimen ini. Dan bisa jadi mereka memang menggunakan Jasmine sebagai subjek untuk percobaan mereka.
Dalam data itu juga di jelaskan bahwa Jasmine sejak kecil mempunyai sensitivitas tinggi terhadap energi kesadaran, dan semua itu menjelaskan kenapa sedari kecil Jasmine sering melihat bayangan tentang jiwa yang hilang dari raganya. Alea sempat tercengang saat ia tahu bagaimana jiwa nya bisa masuk kedalam tubuh Jasmine. Semua ini bukan karena sebuah kebetulan saat terjadi kecelakaan itu tapi ini nada sebuah resonansi.
Karena kelelahan Raka pamit untuk beristirahat di kamar yang lain, ia membiarkan Alea tidur di kamarnya yang dulu, Alea menutup pintunya setelah Raka keluar menuju kamar di sebelah kamar Alea.
Sepeninggal Raka, ia berbaring di atas ranjang namun matanya tak mau terpejam, ia masih tak menyangka akan semua ini, Alea pun tahu bagaimana ia harus mengakhiri semua ini. Saat sedang memikirkan jalan keluar untuk masalah ini tiba-tiba saja ia melihat bayangan yang berkelebat begitu saja di hadapannya, Alea bangun ia melihat ke sekeliling kamar dan alangkah terkejutnya Alea saat ia melihat sosok Jasmine berdiri di hadapannya. Itu adalah jiwa Jasmine yang datang menghampiri Alea.
Jasmine kian mendekati Alea, ia memandang Alea dengan tatapan tajam.
“Kita sama-sama terjebak. Tapi kalau kamu tidak segera keluar, aku akan semakin melemah. Dan akhirnya… hilang.” suaranya yang lembut namun membuat sekujur tubuh Alea bergidik, namun tiba-tiba saja Alea tak dapat bernapas, ia tercekik saat akan terbangun, napasnya tersengal dan tubuhnya terasa sangat berat, seakan ada ada dua kesadaran yang saling tarik menarik dari dalam, mata Alea tak dapat di buka ia mencoba berteriak namun suaranya tak keluar. Napas Alea semakin melemah...
...****************...
Di lain tempat, pada sebuah gudang tak terpakai, yang di dalam nya terdapat banyak sekali peralatan kedokteran yang sangat tak lazim, juga ada beberapa data data grafik tentang struktur tubuh manusia. Di ruangan lain berkumpul beberapa orang yang sedang melihat kearah seorang wanita berambut panjang, ia berdiri di atas sebuah podium, seperti ingin memberikan instruksi pada orang-orang yang berkumpul di sana.
Di markas itu lah Cecilia menjalankan proyek eksperimen nya, dan kini ia sedang berbicara dengan semua anggota nya, dengan memakai penutup wajah Cecilia berbicara sebagai penanam modal proyek eksperimen tersebut.
“Kita tidak bisa tunggu lebih lama. Jika kesadaran Jasmine bangkit, maka tubuh itu akan rusak. Kita ambil paksa—entah jiwanya siapa yang tertinggal.” ucapnya.