Melinda dan Rauf sudah menikah selama tiga tahun, tetapi sampai saat ini belum juga di karuniai seorang anak. tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, hingga membuat Tini-- Ibu mertuanya meminta Rauf-- putranya untuk menikah lagi.
"nak, menikalah dengan Sintia tanpa sepengetahuan istrimu!"
bagai disambar petir disiang hari, membuat tubuh Rauf terdiam kaku dengan perasaan yang gelisa. permintaan itu benar benar membuat Rauf dilema. disisi lain dirinya tidak ingin menduakan istrinya, tetapi disisi lain Rauf juga sulit untuk menolak permintaan sang ibu.
lantas, bagaimana kelanjutannya? apakah Rauf akan mengikuti ucapan ibunya? jika iya, lalu bagaimana nasib Melinda? serta, bagaimana perasaan Melinda setelah tau jika suaminya akan menikah lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
di waktu yang tidak tepat, dan dikala rauf dan ibunya lagi ada masalah yang belum di selesaikan, tiba - tiba sintia dari kampung datang ke rumah rauf, yang nantinya akan membuat rauf dan ibunya, lebih tamba bingung, dan lebih susah untuk menyelesaikan masalah .
karena kedatangan sintia, nanti akan menambah masalah buat rauf dan ibunya.
karena, kalau melinda dan kedua orangtuanya sampai mengetahui, bahwa sintia tinggal di rumah rauf, maka yang di takutkan kedua orangtua melinda pasti akan marah besar.
" kenapa kamu ke sini? aku kan, sudah katakan, bahwa hanya melinda yang boleh tinggal di rumah ini, apa kamu tidak suka rumah yang di belikan ibu.?" tanya rauf kepada sintia, dengan marah.
"aku kangen sama kamu mas, aku ngin bersama kamu." ucap sintia.
" mas kan sudah katakan, kalau urusan mas sudah selesai, baru mas akan ke rumah kamu." ucap rauf.
"tapi, sampai kapan sintia akan menunggu, sintia sudah muak dengan janji- janji mas." ucap sintia.
" ini yang mas tidak suka sama kamu, terlalu angkuh, egois, dan tidak pernah mengerti dengan keadaan." ucap rauf sambil menunjuk- nunjuk sintia.
" masa bodoh, yang penting sintia sudah di rumah ini, awas, sintia mau masuk, ini jugakan rumah aku, karna aku ini juga istri kamu." ucap sintia sambil masuk ke dalam rumah.
" sintia... sintia.. keluar kamu dari rumah ini. kamu tidak boleh tinggal di rumah ini, cuma melinda yang berhak di rumah ini, selain ibu, dan aku." ucap rauf, sambil menarik tangan sintia.
" apaan si mas, aku tidak mau pulang, aku mau di sini, kalau mas mau paksa sintia, untuk pergi dari sini sekarang, sintia akan teriak ni, biarkan mereka berkumpul di rumah ini, dan menyaksikan pertengkaran kita." ucap sintia, dan mengancam rauf.
karena sintia mengancam untuk teriak, maka rauf tidak bisa berbuat apa-apa, dan membiarkan sintia masuk kerumah.
" oh ya mas, ibu mertuaku mana? kayanya dari tadi sintia tidak melihat ibu." tanya sintia.
" ibu lagi ke pasar." ucap rauf.
" ke pasar? apa tidak ada pembantu di rumah ini.?" tanya sintia.
" tidak, ibu tidak mau mencari pembantu, karena ibu merasa masih bisa mengerjakannya, apa lagi ada melinda, semua melinda yang kerjakan, dan melinda yang meminta untuk tidak mencari pembantu." ucap rauf.
" jadi, melinda istri kamu, yang mengerjakan semua pekerjaan di dapur.?" tanya sintia.
" iya, melinda lah yang mengerjakannya,
jadi, karena melinda tidak ada di rumah ini, dan hanya ada kamu denga ibu, berarti, semua pekerjaan di rumah ini, kamulah yang akan mengerjakannya." ucap rauf kepada sintia.
" maaf ya mas, sintia datang ke rumah ini sebagai nyonya, bukan sebagai pembantu.
oh ya, mana kamar kita mas.?" ucap sintia sambil bertanya.
" apa, kamar kita, di rumah ini tidak ada kamar kita, hanya ada kamar aku, dengan melinda, jadi, kamu tidur di kamar tamu." ucap rauf.
" tidak mau, pokoknya sintia tidak mau, tidur di kamar tamu, sintia akan tidur dengan mas, karena sintia adalah istri mas, yang harus mas nafkahi." ucap sintia.
" awas, sintia mau ke kamar, kayanya sintia tahu, mana kamar mas." ucap sintia sambil mengambil kopernya dan langsung masuk ke kamar rauf.
bagi rauf, sintia sudah sangat keterlaluan, yang sudah bertingkah semaunya, di rumah rauf, dan tidak menghargai perkataan rauf.
sintia langsung masuk ke kamar rauf, dan berbuat sesukanya di kamar rauf.
tidak lama kemudian, ibu tini sampai dari pasar, dan melihat rauf , masih tertidur di sofa.
" rauf.. rauf.. ko, masih tertidur sudah jam begini, lagian kenapa sih, tidak tidur di kamar.
ah, biarkan saja, mungkin dia masih kecapean." ucap ibu tini di dalam hatinya, sambil menggeleng- geleng kepala.
ibu tini, tidak mengetahui, bahwa sintia berada di dalam kamarnya rauf, dan, jika ibu tini
mengetahui keberadaan sintia, tidak tahu, apa yang akan terjadi, apakah, ibu tini akan senang, atau sebaliknya.
sehabis dari pasar, ibu tini langsung ke dapur, untuk memasak, dan ibu tini menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai, setelah semua sudah beres, ibu tini ingin membangunkan rauf, yang lagi tidur, untuk menyuruhnya makan.
tapi, pas lagi mau membangunkan rauf, tiba- tiba, ibu tini melihat kamar rauf terbuka, dan ibu tini berniat untuk menutup pintu kamarnya rauf.
dan ibu tini berjalan menuju kamar rauf, untuk menutup pintu, pas lagi ibu tini mau menutup pintunya, tiba- tiba, ibu tini melihat kaki wanita di tempat tidur, yang sedang berbaring di tempat tidur rauf dan melinda.,dan ibu tini mengira bahwa melinda sudah pulang.
dan ibu tini langsung masuk ke kamar, dan memeluk sintia, karena ibu tini mengira, yang sedang tidur adalah melinda, karena rasa rindunya yang begitu dalam kepada melinda, maka ibu tini langsung memeluk sintia dari belakang. tanpa melihat dulu.
" melinda.. kamu sudah pulang sayang, ibu sangat kangen sama kamu sayang."....