Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemungkinan yang Terjadi
“Siapa dia, orang yang sama?”
Suara Jendral Teddy, mengejutkan Candra, yang langsung menyembunyikan buku catatannya. Dengan penuh hati-hati Candra, menyelipkan buku itu bersama dokumen lainnya agar Teddy, tidak curiga.
Teddy, sudah melarang keras Candra, untuk menyelidiki wanita yang tertidur dengan putranya malam itu. Karena, bagi Teddy, semua itu sudah berakhir. Masa lalu tidak perlu diungkit, Ardian sudah bersama dengan masa depannya yang sebentar lagi akan menikah dengan Lusi. Walau, selama 8 tahun ini Ardian, belum memutuskan untuk menikahinya, bahkan berulang kali Ardian, ingin membatalkan pertunangannya tapi Teddy, menolak keras keinginan putranya itu.
Baginya, keluarga Maheswara, sudah banyak membantunya.
“Sedang apa, kau dipojokkan sana?” Teddy, berjalan menghampiri Candra.
“Ehm, tidak sedang apapun, Tuan.”
“Kamu menyembunyikan sesuatu, dariku?” Tatap Teddy penuh selidik.
“Tidak ada yang bisa saya sembunyikan darimu, Tuan.”
Teddy, tertawa lepas lalu menepuk pundak Candra. Candra, sudah menjadi orang kepercayaannya untuk mengatur perusahaan dan AstraCare, rumah sakit milik istrinya.
Saat ini, Teddy sudah pensiun sehingga ia lebih fokus pada masa depan keluarganya.
Sementara di tempat lain, Zoya masih bekerja keras mengirim resume ke setiap rumah sakit asal tidak dengan AuraMedicasenter. Zoya, tidak mau lagi bertemu dengan Radit juga Mika, tidak bisa Zoya bayangkan jika Mika tahu kedua anak kembarnya, mungkin Mika akan mengancamnya juga. Seperti kemarin.
Flashback On
“Zoya, tunggu!”
Zoya, tidak berhasil lari, tangan kirinya sudah terlanjur ditarik paksa oleh Mika. Dia pikir Mika menghentikannya untuk mencegahnya pergi atau peduli padanya, karena sudah 8 tahun ini mereka tidak bertemu.
Namun, yang Mika lakukan adalah mengancamnya.
“Zoya, ini benar-benar kau? Kenapa kau kembali?” tanya Mika, dengan penuh kecewa.
“Kenapa? Apa aku tidak boleh kembali. Perlu, kamu ingat aku punya keluarga disini dan aku berhak kembali.”
“Keluarga,” Mika tersenyum sinis. Dia melepas pegangan tangannya. “Apa, kau lupa jika ayah sudah tidak menganggapmu anak lagi. Kau, melupakan itu?”
Tangan Zoya, terkepal erat. Dia kesal, yang menahan amarahnya.
“Kalian tidak memberikan kesempatan padaku untuk menjelaskan, jika ayah mendengar penjelasanku dia tidak akan pernah mengusirku.”
“Dengan cara apa, kamu akan menjelaskan? Radit sudah melihatnya sendiri, kau menghilang tanpa jejak, jika kau ingin menjelaskan seharus datang kepada ayah dan memohon maaf padanya.”
Mika, memang benar. Saat itu Zoya, tidak berani muncul di hadapan sang ayah, bukan karena membenarkan isu skandalnya tetapi, Zoya, malu pada dirinya sendiri. Seharusnya, dia tidak pergi waktu itu. Mereka, tidak tahu seperti apa hidupnya selama 8 tahun ini.
“Dan, apa sekarang. Kau merubah penampilanmu. Menutup aurat mu, tidak membuat orang melupakan aib mu.” Zoya, hanya diam tanpa kata, ketika Mika menyindirnya dengan keras.
Semua orang yang mengetahui masa lalunya pasti berpikir demikian. Berusaha menjadi baik untuk menutup keburukannya. Bahkan, Mika menganggapnya j**ang. Zoya, harus bisa menghindari Mika, jika dia bertemu anaknya maka dirinya akan semakin terpojok dan semakin terhina. Zoya, tidak ingin jika anak-anaknya sedih, karena tahu masa lalu ibunya sampai mereka lahir ke dunia tanpa seorang ayah.
Flashback off
Zoya, mengusap wajahnya kasar. Kembalinya ke Indonesia, justru membuka kembali masa lalu yang mungkin akan selalu menghantuinya. Seharusnya dia tidak pergi dari Qodroh, tapi karena harus menghindari Ardian, Zoya harus pergi dari kota itu dan kembali dengan luka yang siap menyambut harinya.
Sebuah email membuyarkan lamunannya. Zoya, segera mengecek email yang masuk dan ternyata dari Astracare, baru saja pagi tadi Zoya, mengirimkan resumenya pihak Astracare langsung membalas dengan memintanya untuk datang besok.
Wajah murung Zoya, seketika bersinar.
“Alhamdulillah ….” Rasa syukurnya kepada Tuhan.
Sulit, memang untuk diterima di rumah sakit besar sebagaimana posisinya hanya dokter umum biasa bukan spesialis. Tapi Astracare yang terkenal rumah sakit besar memberikannya kesempatan. Zoya, berharap kehidupan barunya akan segera dimulai.
“Zayden, Zayda,” panggilnya lirih ketika membuka pintu kamar anaknya.
Zoya, tidak ingin mengganggu si kembar yang sedang tidur, tapi keadaan kamar yang berantakan membuat langkahnya semakin dalam, membereskan beberapa buku, dan juga laptop yang masih on.
“Kebiasaan Zayden,” ucapnya yang mendekati benda canggih itu. Namun, sebelum mematikannya Zoya, melihat akun lovesgram yang dibuka putranya.
“Zayden … apa ini? Sejak kapan dia punya akun lovesgram.”
Zoya, jadi penasaran apa saja yang sudah di upload Zayden, yang menggunakan naga kecil sebagai namanya. Kapan anak itu belajar tentang lovesgram, padahal selama di Qodroh, jarang mendapat jaringan internet. Zoya tahu Zayden cepat tanggap dan dia pasti melihat dari seseorang yang mengajarinya
Zoya, semakin memperbesar obrolan antara Zayden dengan teman mayanya. Mereka begitu akrab sampai saling bertukar kabar.
“Alpha 1,” ucapnya demikian.
Zoya termenung, memikirkan siapa Alpha, sebab dia tidak pernah mendengar nama itu di Qodroh. Tanpa, dia tahu Alpha 1 itu adalah Ardian.
Ardian, masih terus mengirim pesan pada chat obrolannya tanpa tahu jika si naga kecil sudah tertidur. Berkat, kedekatannya dengan Zayden, Ardian bisa mengajarkan tentang lovesgram pada Zayden, dan ternyata Zayden, sangat cepat memahami dia menguasai IT dengan baik, seperti dirinya.
Kebetulan, jaringan internet di Qodroh sudah stabil. Mereka yang tinggal di sana kini bisa kembali terhubung dengan dunia luar—mengirim kabar pada keluarga, membuka email yang sempat tertunda, dan bahkan menonton berita yang selama ini hanya mereka dengar dari mulut ke mulut.
“Ardian,” panggil Lusi, seketika itu Ardian, langsung menutup laptopnya.
“Aku perhatikan, kau tersenyum bahagia sebenarnya apa yang kau lihat pada laptop kamu?” Lusi penasaran yang mengintip langsung benda itu. Tapi sayang, Ardian sudah mematikannya.
“Sepertinya kamu tidak ingin berbagi denganku,” kata Lusi dengan kecewa.Luso duduk di hadapan Ardian, lantas memberikan segelas kopi padanya.
“Apa, kau sudah mendengar kabar dari ayahmu? Lusa kita akan pulang, untuk melangsungkan pernikahan kita.”
Mata Ardian langsung menyipit dan menatap Lusi dengan insten.
“Pernikahan apa? Bukankah sudah aku bilang, tidak akan ada pernikahan di antara kita. Semua ini hanya sandiwara.”
“Apa orang akan percaya? Mengingat 8 tahun ini kita menjadi tunangan. Semua orang menantikan pernikahan kita.”
“Lusi aku—”
“Aku tahu, kamu tidak mencintaiku, kan? Aku juga, tapi … tidak ada yang bisa kita perbuat selain menjalani pernikahan yang selama ini sudah menjadi sandiwara keluarga kita. Kamu ingat skandal itu? Bagaimana jika seseorang muncul lagi menyebarkan video syur mu.” Tatap Lusi dengan tenang.
“Bagaimana, jika aku bertemu dengan wanita itu? Dan dia membesarkan seorang anak yang terlahir dari benihku malam itu?”
Lusi terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa mendengar pertanyaan Ardian.
“Tidak mungkin,” ucap Lusi dalam hatinya. Menurut Lusi, tidak mungkin Ardian menghamili wanita itu hanya dengan menidurinya satu kali. Namun, jika pun itu benar Lusi, tidak peduli yang akan tetap menikahi Ardian. Karena sandiwara ini sudah membawa cintanya semakin dalam, Lusi sudah mencintai Ardian saat ini.
Ya Allah, semoga kembar gak akan kenapa-napa...
up LG nnti thor
Pak Letnan, yang pintar kenapa sih gak liat itu anak-anak ada kemiripan gak sama dia, dan tas DNA. Apalagi punya rumah sakit sendiri... Gereget aku...