Ariana Rosita Putri Prakasa (17th) adalah anak seorang pengusaha dari kota Malang. Terkenal dengan sikap nakal, usil dan keras kepala di sekolahnya. Membuat edua orang tuanya memutuskan memindah Riana ke pesantren.
Di pesantren Riana tetap berulah, bahkan memusuhi ustadz dan ustadzah yang mengajarinya, terutama ustadz Daffa anak bungsu kyai yang paling sering berseteru dengannya. Bahkan, Kyai dan istrinya juga ikut menasehati Riana, namun tetap tidak ada perubahan. Kyai pun angkat tangan dan memanggil ayah Riana, namun ayah Riana malah meminta Kyai mencarikan jodoh saja untuk anak semata wayangnya. Tanpa sepengetahuan siapapun, Riana diam-diam memiliki perasaan cinta terhadap salah satu putra Kyai, yaitu Ustadz Zaki. Siapa yang akan di jodohkan Kyai dengan Riana? salah satu santrinya atau dengan putranya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Princess Riana
Ustadz Arman, ustadz Daffa dan ustadz Zaki bergegas ke kelas Riana bersama dengan santriwati yang melaporkan kelakuan Riana di rumahnya. Mereka melihat masih ada lima santriwati dan seorang ustadzah yang berada di luar dan pintu kelas ditutup. Ustadz Arman menggedor pintu dan memanggil Riana.
"Riana, buka pintunya!"
Tok Tok Tok
"Riana."
Ceklek
Riana membuka pintu dengan membawa sapu di tangannya. Menatap semua orang di hadapannya. Dan berdiri tepat di tengah pintu.
"Riana, biarkan ustadzah Farhana masuk bersama teman-temanmu," perintah ustadz Arman.
"Nggak," jawab Riana singkat.
"Cil, udah cil main-mainnya. Ga capek apa tiap hari bikin huru-hara," celetuk ustadz Daffa.
"Aku ga akan kasih mereka masuk kalau nggak manggil aku Princess Riana, dan berjanji akan taat padaku," ucap Riana.
"Istighfar Riana, kita semua hanya boleh taat pada Allah. Kamu jangan lancang dengan mengatakan hal itu, sama saja kamu mensejajarkan dirimu dengan Allah kalau ingin semua orang taat padamu," ucap ustadz Arman.
"Jangan jual agama di hadapanku ustadz. Aku ga akan pernah mau membelinya. Akan kutunjukkan padamu kalau aku bisa tundukkan mereka semua." Riana menatap tajam ustadz Arman.
"Aku hanya mengingatkanmu untuk tobat Riana, aku juga tidak pernah jual agama. Aku tidak pernah ceramah, dan tidak semua ustadz seperti yang kamu katakan. Masih banyak yang dengan ikhlas berbagi ilmu dan mau menolong sesama daripada memperkaya diri."
"Mas, udah mas. Biarkan saja," ucap ustadz Zaki.
"Ustadzah Farhana dan kalian semua, turuti saja apa yang Riana mau daripada disini terus dan tidak segera mulai belajar. Kan cuma disuruh manggil dia Princess Riana," sambung ustadz Zaki.
"Belain aja terus ustadz, belain ... Bilang aja situ naksir kan sama Riana," sindir salah satu santriwati melirik sinis ustadz Zaki.
"Ya sudah, terserah kalian. Maksudku biar ga terlalu lama di luar dan segera belajar. Kenapa malah kemana-mana," jawab ustadz Zaki.
"Udah, jangan malah bahas yang aneh-aneh. Kalian semua yang waras ngalah aja deh. Kelamaan di luar, tuh lihat semua murid dari MI sampai MA ngintipin kalian," ujar ustadz Daffa.
Akhirnya keenam santriwati dan ustadzah Farhana mengalah dan mempersilahkan Riana masuk dengan memanggilnya Princess Riana. Dan Riana tersenyum sambil melangkah masuk kelasnya. Kemudian ustadz Arman dan kedua adiknya pergi ke kelas mereka masing-masing.
Sampai pelajaran usai, semua teman sekelas Riana memanggilnya Princess dan melakukan apa yang di suruhnya. Termasuk membuang sampah dan membawakan buku serta tasnya, Aira yang sekelas dengan Riana hanya bisa diam dan mengingatkan Riana supaya tidak melakukan itu pada ustadzah juga.
Saat semua teman Riana sudah pulang dan kembali ke kamar. Ia harus menunggu ustadzah lainnya untuk pelajaran tambahan. Di sela-sela menunggu ustadzahnya, Riana menghubungi kantor Omanya yang tinggal di Jakarta dan meminta nomer hpnya.
Setelah menunggu lima menit, akhirnya Riana mendapatkan nomer hp Omanya. Lalu ia segera menghubunginya. "Oma, ini Riana," ucap Riana sambil tersenyum lebar dan semangat.
"Iya sayang, kenapa nomer hpmu ganti? Oma udah lama kangen sama kamu, tapi nomermu sudah ga aktif," jawab Oma Riana.
"Hpku di ambil sama ayah, ini pakai hp baru Oma. Oma, Riana boleh minta tolong?" Riana menggigit bibir bawahnya dan berharap Omanya mau menolongnya untuk melancarkan rencananya.
"Minta tolong apa sayang? Bilang saja!"
"Riana boleh minta uang? Buat bantu orang-orang yang kurang mampu dan pembangunan pesantren tempat Riana belajar sekarang."
"Apa? Memangnya kamu di sekolahkan di pesantren seperti apa sama ayahmu? Apa pesantren tempatmu sekolah berada di pelosok atau dekat hutan?" tanya Oma Riana heran.
"Di kota kog Oma, cuma emang lagi pembangunan, dan disini banyak santri atau santriwati yang kurang mampu, jadi Riana pengen bantu sekolah mereka. Buat bayar buku dan uang sekolah mereka."
"Baiklah, berapa yang Riana mau?"
"Ga banyak Oma, cuma lima ratus juta aja."
"Tapi Riana beneran ga bohong kan sayang?"
"Beneran Oma," jawab Riana meyakinkan.
"Oma transfer sekarang ke nomer rekening kamu ya," ucap Oma Riana. Dari luar Riana melihat ustadzahnya telah datang, ia segera menyelesaikan obrolannya dengan Omanya.
"Oma, Riana belajar dulu ya. Nanti Riana telfon lagi," ucap Riana.
"Iya, sayang," jawab Oma Riana. Lalu, Riana memutus sambungan telfonnya dengan Omanya.
Riana kembali belajar dan setelah mendapat notifikasi uang masuk dari mobile banking, ia tersenyum lebar dan memasukkan hpnya ke dalam tas. Dan fokus dengan pelajaran yang di berikan ustadzah Halimah. Selesai belajar, Riana segera ke kamarnya untuk istirahat sejenak. Lalu, bersiap ke masjid untuk sholat ashar.
Selesai sholat Riana ke atm untuk mengambil sejumlah uang. Dengan di temani dua sahabatnya, Riana mengambil uang kiriman dari Omanya. Setelah itu ia mengajak Aira dan Aisyah membeli makan malam di luar dan segera kembali ke kamarnya.
"Riana, besok libur kita main keluar yuk," ucap Aira.
"Ke taman langit aja gimana?" tanya Riana.
"Kayanya kejauhan, yang deket-deket aja," jawab Aisyah sambil mengunyah makanannya.
"Udah terserah kalian, aku ngikut aja."
"Tapi besok kamu pakai jilbab ya kalau keluar," ujar Aira.
"Emang kenapa Ra?" Riana menatap Aira yang juga menatapnya.
"Nanti kalau kita ketemu sama temen sekolahmu yang dulu di ketawain sama mereka kaya kemarin," sungut Aira. Riana tertawa terbahak mendengar Aira protes.
"Males ah pakai jilbab, enakan gini."
"Trus kenapa waktu itu kamu pakai jilbab? Kamu bilang karena dapat mimpi aneh, trus sekarang malah kamu lepas lagi jilbabnya," ucap Aisyah.
"Itu dulu, sekarang kan mimpinya udah lupa kaya gimana, haha."
Aira dan Aisyah kesal dengan Riana yang mode kembali ke setelan awal. Selesai makan malam, Riana dan teman-temannya ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib. Saat masuk masjid, Riana duduk berdiam diri, sementara dua temannya mengerjakan sholat tahiyatul masjid.
Saat sedang melamun, Riana melihat ustadz Zaki berada tepat di hadapannya. Meskipun jauh, Riana melihat dengan jelas cincin melingkar di jari manisnya. Tanpa terasa air matanya menetes dan ia segera mengelapnya.
Selesai aktifitas ibadah seperti biasanya, Riana dan teman-temannya ke kamar dan mengerjakan pr atau sekedar membaca buku pelajaran. Setelah merasa lelah dan mengantuk mereka tidur dan mematikan lampu kamarnya.
Keesokan pagi di depan masjid Riana menemui seorang santriwati yang dia kenal beberapa hari sebelumnya dan bertanya tentang uang sekolahnya. "Kamu jangan malu, katakan saja sudah menunggak berapa bulan, aku akan bayar tunggakanmu," ujar Riana di hadapan santriwati kelas dua MA.
"Tapi mbak, kenapa mbak Riana mau membayar uang sekolahku?"
"Aku hanya ingin membantumu, katakan saja, jangan ragu dan nanti kamu bantu aku cari tau siapa saja yang sudah menunggak pembayaran." Riana tersenyum menatap santriwati itu.