Frans tak pernah menunjukkan perasaannya pada Anna, hingga di detik terakhir hidup Anna. Wanita itu baru tahu, kalau orang yang selama ini melindunginya adalah Frans, kakak iparnya, yang bahkan melompat ke dalam api untuk menyelamatkannya.
Anna menitihkan air mata darah, penyesalan yang begitu besar. Ferdi, pria yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya dan kekayaan keluarga Anna.
Kedua tak selamat, dari kobaran api kebakaran yang di rancang oleh Ferdi dan Gina, selingkuhannya yang juga sahabat Anna.
Namun, Anna mendapatkan kesempatan kedua. Dia hidup kembali, terbangun tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Ferdi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. 225 Juta
Mobil Anna sudah sampai di depan gerbang. Tapi, di depan gerbang itu jelas ada papan peringatan, yang bertuliskan 'closed'.
Mata Andara semakin melebar. Dia sungguh semakin panik.
Bahkan sebelum supir Anna membukakan pintu mobil, Andara sudah keluar dengan wajah cemas.
"Aduh, kenapa sudah tutup?" tanya Andara yang semakin panik.
Seperti ibu-ibu kebanyakan yang merasa sangat cemas dan kecewa, Andara pun terlihat cukup pucat.
Anna yang masih berada di dalam mobil tersenyum puas. Dia sudah tahu hal ini, dan memang dia sudah tahu jam berapa butik ini akan tutup. Dia juga yang sengaja melambat-lambatkan saat di rumah Gina tadi.
Bahkan dia juga meminta supirnya ambil jalan memutar. Dia memang sengaja. Namun saat keluar dari dalam mobil, Anna segera ikut panik.
"Ya ampun, bagaimana ini bibi?" tanyanya seolah dia juga bingung.
"Anna, bagaimana ini? ck... Gina juga tidak bisa di hubungi?"
Andara sungguh merasa putus asa. Pada akhirnya, mau tidak mau, dia harus membayar gaun itu. Dan itu pasti sangat mahal. Dia memang orang kaya, tapi hanya untuk gaun yang akan di gunakan di acara orang lain. Itu agak berlebihan menurutnya.
Anna yang menunjukkan wajah panik. Segera meraih ponselnya.
"Bibi, aku ingin membantumu. Tapi bagaimana caranya ya?" tanyanya bingung.
Andara segera mendekati Anna.
"Telepon nyonya Jane, kita bisa menyusulnya ke salon!" kata Andara.
Masalahnya dia tidak tahu, nyonya Jane itu ke salon mana. Makanya dia minta tolong Anna. Anna kan sangat dekat dengan nyonya Jane.
Anna pun mengangguk dengan cepat. Dia juga segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Dan menghubungi bibi Jane-nya.
Nama di layar ponsel Anna, memang tertulis 'bibi Jane' tapi nomor itu bukan nomor bibi Jane. Itu adalah nomornya yang lain, yang sedang tidak aktif. Anna bahkan menghidupkan speaker ponselnya secara langsung.
'Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif. Atau berada di luar jangkauan. Segera hubungi, beberapa saat lagi. The Number...'
Seperti itulah nada yang terdengar. Andara semakin panik saja.
"Ck, kenapa tidak aktif?" tanyanya.
'Tentu saja tidak aktif. Ini nomorku. Bibi Andara, aku sekarang tahu, bagaimana perasaan kalian dulu, setiap kali melihat aku panik dan kebingungan. Pasti kalian menertawakan aku dalam hati kalian kan? sekarang aku yang menertawakanmu dalam hati, bibi' batin Anna.
"Aku akan coba lagi!" kata Anna.
Anna sungguh terlihat meyakinkan. Dia terus mencoba menghubungi beberapa kali. Hingga ponsel Andara yang malah berdering.
"Ayahnya Gina" kata Andara memberitahu Anna. Dan Anna hanya mengangguk paham.
[Kamu dimana???]
Andara menjauhkan ponselnya itu dari telinganya. Belum di nyalakan speaker ponselnya saja suara Tommy sudah menggelegar. Dan membuat Andara semakin panik. Dari nada suara suaminya itu, Tommy terdengar sangat marah.
"Ada apa mas?" tanya Andara perlahan.
[Pulang sekarang Andara! Aku dapat tagihan dari butik Diamond. 225 juta Andara, gaun apa yang harganya semahal itu? cepat pulang! aku menghubungi Gina juga sejak tadi tidak bisa! bagaimana sih caramu mendidik anak?]
Andara sungguh tidak enak. Meski dia tidak menyalakan speaker ponselnya. Tapi dia yakin, Anna yang berada di sampingnya juga mendengar itu.
"225 juta?" lirihnya semakin lemas saja setelah mendengar harga gaun itu.
Anna bersikap biasa. Harga segitu memang tidak membuatnya terkejut. Gaun ibunya pernah lebih mahal dari itu saat menghadiri perayaan pernikahan perak beberapa tahun yang lalu.
"Iya mas, aku akan pulang!" kata Andara yang sudah benar-benar lemas.
Anna segera mendekati Andara, merangkul kedua lengan wanita yang dulunya sudah dianggap seperti ibu sendiri oleh Anna. Tapi, ternyata Andara tidak pernah berpikiran sama seperti itu pada Anna.
"Bibi, aku bantu. Aku antar bibi pulang ya..."
"Anna, kamu bisa cari salon yang kira-kira akan nyonya Jane datangi tidak? tolonglah Anna, kembalikan gaun ini!"
Anna terdiam. Jika dia masih Anna yang dulu. Yang sangat menyayangi Gina, dan menganggap orang tua Gina adalah orang tuanya sendiri. Mungkin dia akan segera setuju, dan bukan mungkin lagi sebenarnya. Anna pasti akan langsung setuju, lalu mencari dimana keberadaan bibi Jane. Bahkan dia dulu sama sekali tidak mengutamakan kepentingannya. Dia malah terus membantu Gina dan keluarganya. Namun apa yang dia dapat, pengkhianatan.
Sekarang, dia tidak akan mengulangi kebodohannya itu lagi.
"Bibi, aku tidak keberatan sebenarnya. Tapi, ibu ingin aku ke salon satu jam lagi. Bibi tahu kan, ibuku memang baik, tapi kalau menyangkut acara seperti ini..." Anna menjeda ucapannya. Dia sengaja terlihat sedih.
'Ya ampun, sekarang bagaimana? Iya juga, masa iya dia yang ulang tahun malah gak ke salon. Sekarang aku harus bagaimana? mas Tommy pasti sangat marah. Dia terdengar sangat marah di telepon tadi. 225 juta, untuk satu gaun. Yang benar saja!' batin Andara bingung.
"Bibi, sebaiknya kita pulang dulu. Mungkin paman Tommy punya solusi" kata Anna yang sedikit memberikan dorongan pada tubuh Andara, supaya wanita itu segera masuk ke dalam mobil.
Dia memang harus berangkat ke salon sebentar lagi.
Mereka pun masuk ke dalam mobil, dan sepanjang perjalan. Andara masih terus meminta Anna menghubungi nyonya Jane. Bahkan mengirim pesan.
Dan beberapa saat kemudian. Mereka sampai di rumah.
Andara dengan cepat masuk. Dia juga menggandeng Anna. Setidaknya kalau dia mengajak Anna, suaminya pasti tidak akan sampai marah-marah yang bagaimana begitu.
"Mas..."
"Bagus kamu sudah datang, sekarang jelaskan padaku!"
"Mas, jangan berteriak begitu. Ada Anna!" kata Andara.
Keluarga ini sungguh tahu betul bagaimana memanfaatkan Anna untuk kepentingan mereka.
"Paman" sapa Anna.
"Anna, maaf kamu harus melihat paman seperti ini. Tapi ini sungguh keterlaluan, satu gaun dengan harga 225 juta. Itu tidak masuk akal!" pekik Tommy.
"Mas ini ada kesalahpahaman, Gina itu tadinya berpikir..."
"Kalau dia berpikir, dia tidak akan membeli gaun di tempat seperti ini. Lihat ini!" sela Tommy memperlihatkan tagihan dari butik Diamond, "jika dalam 5 jam setelah tagihan ini di kirim, uangnya belum di transfer. Maka penaltinya dua kali lipat harga gaun. Bagaimana bisa, Gina berurusan dengan butik macam ini?" Pekik Tommy lagi.
Pria itu seperti kehabisan kesabaran. Penalti yang tertera di tagihan itu memang mengerikan. Bahkan ada materainya.
"Paman, butik bibi Jane itu memang ekslusif. Gaun paling murah di sana 20 juta paman, itu adalah aturan di butik mereka, dan sebenarnya kalau bukan member juga tidak boleh beli, jadi tagihan itu memang..." Anna menjeda kalimatnya. Dan itu semakin membuat Andara panik.
"Mas..."
"Dimana anakmu yang manja itu?" pekik Tommy.
Andara yang ketakutan segera meraih lengan Anna.
"Anna tolong bantu jelaskan pada pamanmu!" kata Andara pelan.
'Cih, pamanku? sejak kapan?" batin Anna.
Anna segera meraih ponselnya. Dan setelah membuka sebuah aplikasi, Anna menunjukkan layar ponselnya pada Andara.
"Bibi, aku benar-benar hanya punya segini sekarang. Aku akan kirim ke bibi!" kata Anna.
Dan beberapa saat kemudian, terdengar notifikasi ponsel Andara.
"Maaf ya paman, bibi. Aku harus pulang sekarang. Semoga itu bisa membantu!" kata Anna yang segera pergi.
Saat Anna keluar rumah, dia mendengar Tommy kembali marah.
'Ini baru permulaan, dan kalian sudah kalang kabut. Masih banyak kejutan untuk kalian!' batinnya segera melangkah menuju mobilnya.
***
Bersambung...
" hay sayang " 🤣🤣🤣