wisopati adalah seorang pendekar hebat yang tewas melawan musuh terkuatnya, siapa sangka setelah tewas jiwanya berpindah ke tubuh seorang lelaki pecundang yang bekerja sebagai penyapu jalanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
musuh kecil
"Dasar bodoh!" Teriak nining pada wisopati.
Sebenarnya ini adalah sebuah pengginaan bagi wisopati, seorang pendekar veteran sakti tingjat tinggi yang di hormati di dunia para pendekar, di tampar oleh seorang bidadari kesleo.
Namun pada saat ini wisopati tidak marah, karena sejatinya yang di tampar saat ini adalah aji pecundang yang tidak berguna ini.
Wisopati yakin, kalau ini adalah aji pasti aji akan berlutut dan memasang wajah melas pada nining ini, membiarkan dirinya di injak-injak oleh nining.
"Aji bersyukurlah, tubuhmu saat ini sudah aku ambil alih, aku adalah kamu sekarang."
"Akan aku bantu kamu menjadi pria sejati!"
Nining terdiam setelah menampar aji dia sedikit bingung, "menangislah, mengapa kamu tidak menangis seperti kemarin?"
Wisopati mendengus..
Plak!
Giliran wisopati yang menampar nining, "mulai sekarang kita putus!" Ucap wisopati dengan dingin kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sini.
Aaaarrrgghhh!!!
Nining merasakan pergi di pipinya, jujur saja dia tidak pernah menyangka akan di tampar oleh aji, budak rendahan yang selama ini ia manfaatkan.
Tentu saja tamparan yang di berikan aji tidak hanya melukai pipi nining, namun juga melukai harga diri nining.
"Aji, bajingan kamu!"
"Beraninya kamu memutuskanku!"
"Aku yang akan memutuskanmu, kita putus! Sekarang jangan cari aku lagi!" Teriak nining.
Namun wisopati sama sekali tidak menanggapi.
Wajah nining memerah seperti hendak meledak, "Aji!" Teriak nining dengan geram, "bersujudlah di bawah kakiku, memohonlah agar tidak aku putuskan!" Teriak nining dengan lantang.
Namun apakah wisopati akan menurut dengan ucapan nining? Tentu saja tidak! Mungkin kalau ini aji dia akan langsung melakukan apa yang nining minta.
Nining benar-benqr tidak menyangka dia akan di abaikan oleh Aji ini.
"Berhenti Aji, cepat berikan uangmu kemarin. Lalu enyahlah dari sini!" Teriak nining yang frustasi.
Wisopati menoleh ke arah nining sambil tersenyum sinis, "apakah kamu fikir aku bodoh?"
"Aji cepat berikan uangmu, lalu kamu boleh pergi dari sini." Nining berusaha untuk mengejar aji, namun entah mengapa langkah kaki aji sangat cepat.
"Aji berikan uangmu terlebih dahulu sebelum kamu pergi!" Itulah teriakan terakhir yang di dengar wisopati.
***
Wisopati kembali menyapu di jalanan yang sepi ini.
"Ayo ji, Angkat ke sini."
Ketika truk pengangkut sampah tiba wisopati segera mengangkat sampah yang ada di dalam gerobak sampahnya untuk dia taruh ke dalam truk.
Seperti biasa ketika semua pekerjaan sudah beres para pekerja lepas harian inu nampak berbaris untuk mendapatkan amplop.
"Ji, sini ji." Siapa sangka wisopati di ajak oleh salah satu penyapu jalanan yabg ada di sini untuk berkumpul di bawah pohon, Untuk menikmati beberapa tegukan alkohol.
Wisopati menganggukan kepalanya, dia ingin memcicipi alkohol di dunia ini.
Ketika semua orang yang ada di sini duduk melingkar dengan cepat gelas berputar.
Wisopati menegak alkohol yang ada di gelas kecil itu.
Ugh!
Wisopati hampir memuntahkan alkohol itu, sebab rasa dari alkohol itu sangat tidak enak.
"Sialan, ini minuman sampah!" Ucap wisopati dalam hatinya.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, siapa sangka pada saat ini waktu menunjukan pukul pagi hari.
Wisopati berjalan santai di pagi hari ini untuk mencari sarapan.
HP saja aji tidak punya, apalagi motor?
Ini semua karena sudah aji jual. Dan di berikan kepada nining. Setelah sarapan wisopati terlihat terus berjalan-jalan ke arah kedungkandang.
Siapa sangka sebuah mobil mewah langsung menepi di trotoar tempat wisopati berjalan.
Secara tidak terduga yang keluar dari mobil itu tidak lain tidak bukan adalah niken. Anak ayam yang kemarin mencoba meyerang wisopati dengan tinju prana apinya.
Seperti biasa, wisopati memandangi niken dengan tanpa ekspresi.
Niken menggertakan giginya, namun dia tahan. Ketika dia sudah berada di depan wisopati dia membungkukan badannya, "kakekku mengundangmu untuk jamuan makan malam, kamu harus datang." Ucap niken sembari menyeeahkan sebuah undangan berwarna hitam
"Hmm.." wisopati menerima undangan utu dan hanya bergumam saja.
Niken melanjutkan, "mohon untuk datang, kakekku menunggumu."
"Perlu kamu ingat ada ribuan orang yang ingin bertemu dengan kakek, namun kakek tidak mau menemui mereka, dan saat ini kamu mendapatkan undangan dari kakek, kamu mendapatkan kehormatan yang sangat besar."
Wisopati diam saja mengamati undangan dan mengabaikan niken.
Tentu saja niken mengetahui nama aji, karena dia langsung menyelidik aji setelah kejadian itu.
Niken benar-benar tidak menyangka, ternyata orang yang di hormati kakeknya adalah seorang pecundang dan pemabuk.
Tanpa menunggu jawaban dari wisopati niken langsung pergi begitu saja.
Wisopati tersenyum tipis, "menarik juga... kebetulan aku sudah bosan dengan ayam geprek, tidak ada salahnya aku mencoba hidangan lain di dunia ini." Ucap wisopati.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, siapa sangka pada saat ini waktu menunjukan pukul delapan malam.
Adegan menujukan Aji yang berdiri di depan restoran yang terlihat besar nan mewah. Uniknya adalah hampir tidak ada kendaraan yang terparkir di halaman restoran ini, menandakan bahwa tidak banyak orang di dalam.
Tantu alasannya bukan karena mahal, namun karena tidak semua orang bisa makan di sinj.
Ketika wisopati hendak melangkah ke pintu utama, beberapa rombongan mobil tiba di halaman restoran mewah ini.
Ketika pintu mobil terbuka keluarlah pemuda dan pemudi yang mengenakan pakaian serba mewah.
"Tuan muda roan, anda benar-benar hebat, bisa menyewa restoran semewah ini."
"Benar itu, anda memang hebat, aku dengar tidak semua orang kaya bisa menyewa restoran mewah ini."
Tentu dengan sanjungan dari teman-temannya membuat tuan muda roan di sana membusngkan dadanya dengan wajah penuh kebanggaan.
Wisopati tetap diam dan cuek, dia tidak perduli dengan sekelompok bocah-bocah ini. Wisopati terus melangkahkan kakinya menuju ke dalam pintu restoran.
"Hei, bung. Jaga parkir yang benar." Salah satu kelompok pemuda pemudi ini langsung mengolok-olok wisopati.
Wisopati terdiam kemudian dia menjawab, "sepertinya kalian salah paham, tukang parkir adalah dia. Aku adalah pengunjung restoran." Ucap wisopati sambil menujuk tukang parkir.
Keheningan langsung menyelimuti tempat ini.
"Hahahaha!" Siapa sangka gelak tawa langsung menyelimuti halaman restoran ini.
"Lihatlah kamu ini bung, bagaimana mungkin kamu pengunjung restoran, sedangkan pakaianmu seperti ini."
"Haha! Dia kira restoran ini adalah angkringan, sangat naif sekali."
"Ah aku tahu, dia ini ingin mencari makanan sisa di dalam restoran."
Seluruh anggota kelompok remaja ini langsung mengejek wisopati.
Wisopati ingin mengabaikan remaja-remaja ini dan ingin melanjutkan langkah kakinya, namun tiba-tiba tangan roan memegang pundak wisopati, "apakah kamu tidak dengar? Kamu tidak layak masuk ke dalam."
Seketika wisopati melirik ke arah roan dengan tatapan sedikit tajam.
Merasakan hawa kematian roan langsung menarik tangannya dan terhuyung-huyung kebelakang.
Melihat tuan muda mereka terhuyung-huyung kebelakang, beberapa pria dengan badan kekar dan jas hitam menghampiri wisopati, "hei, apa yang kamu lakukan kepada tuan muda roan?"
sangat layak untuk di nanti setiap apdetnya