"Gue Mau Putus"
Tiga kata itu Nyaris membuat Alle tak bernafas beberapa detik, sebelum akhirnya menghela nafas.
"Sayang, jangan bercanda deh. ini benar hari anniversary kita tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka. *rujuknya dengan suara manja, berfikir ini hanya prank, Ares hanya mengerjainya saja*
Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin dan muak.
"Gue udah selingkuh sama Kara, dua bulan yang lalu dan....".
"Dia sekarang hamil anak gue"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodelima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TEMPAT APA?
Allesya telah sampai ditempat tujuan, sampai di depan dia sudah disambut dengan wanita yang sedang bernyanyi sembari menggendong bayi, juga pria paruh baya yang melamun dengan tatapan kosong. berjalan lebih jauh, Alle menemukan wanita yang menjambak rambutnya lalu menangis.
Memang keadaan orang-orang yang ada di tempat ini kebanyakan orang-orang yang spesial.
Hingga saat bertemu Suster, Alle segera menghampirinya.
"Papah di kamarnya atau di mana Sus?"
"Oh, ada di taman yang di samping kanan rumah sakit AL."
"Terima kasih Sus."
"Sama-sama Alle, oh iya tumben Mbak Alle nggak ke sini sama Ares, kemarin Ares juga datang ke sini seorang diri."
Alle berdiam sejenak, lalu tersenyum kepada Sus Riri yang menjadi perawat di sana. yang memang sudah lama akrab dengannya.
"Iya kemarin aku ada acara Sus, jadi Kak Aris sendiri ke sini?"
"Oalah pantas, kalau begitu saya duluan ya Al, nanti disambung lagi kalau ada waktu senggang."
"Iyah, Sus."
Setelah Sus Riri pergi, Alle kembali melanjutkan langkahnya ke tempat Sus Riri tadi bilang, jika orang yang dicari ada di sana.
Setelah sampai, Alle memandang pria itu dari jarak yang lumayan jauh, lalu tersenyum tipis sebelum akhirnya melangkah lebih dekat hingga duduk di sampingnya.
"Hai Papah?"
Pria itu tak merespon sama sekali, dia menatap ke depan dan mengoceh tak tentu. namun Alle tak menyerah dia tersenyum menatap pria yang dipanggilnya papa itu.
"Maaf Papah Alle baru bisa jengguk Papah sekarang, soalnya kemarin Alle lagi sedih banget."
"Papah, kemarin Kak Ares mutusin aku dan aku selingkuh sampai membuat wanita itu hamil, tapi Alle nggak percaya. Kak Ares nggak seperti itu kan Pah?" Alle cemberut, lalu memainkan tangannya dan mengoceh, seolah pria itu mendengar ocehannya.
Meskipun tak ada tanggapan sama sekali, Ale tetap melanjutkan ceritanya.
"Kak Ares pasti punya alasan di balik itu semua, tapi yang Alle sedih. Kak Ares sampai membentang Alle di depan umum, padahal bukan hal yang nyelakain Kara, wanita jahat itu."
"Tapi Ale janji Papah, Alle akan tetap di samping Kak Ares. karena Alle nggak mau Kak Ares bersama wanita jahat seperti Kara. dia itu licik Pah, Alle nggak ngapa-ngapain dia, dia fitnah Alle. sampai semua orang nyalahin dan benci sama Alle, tapi nggak papa. asal Papah bersama Alle, Alle akan tetap kuat." Alle tersenyum, sembari menatap pria itu yang masih menatap ke arah depan dengan tatapan kosong, meskipun sesekali mengoceh.
"Asal Papah tahu, sebelum Alle ke sini Alle sempat mau bunuh diri. tapi nggak jadi, gara-gara ada Kak Tico yang menyadari Alle. kalau Alle harus kuat, ada Papah juga yang bersama Alle kan?"
"Oh iya Papah kapan sembuh?" Alle menatap pria itu lamat, Alle kangen jalan-jalan sama Papah dan Kak Ares juga." Alle berujar dengan sendu.
"Hay Alle."
Alle menoleh. "eh Sus Riri."
Sus Riri pun duduk di samping pria yang disebut Papah itu.
"Bagaimana perkembangan Papah Sus? Dia masih belum bisa mengenaliku juga."
Suster Riri menatap Alle sendu, "Belum Mbak, kemarin Mas Ares membawa obat untuk papa lagi, tapi belum ada tanda-tanda membaik, Pak Johan masih seperti ini.
"Oh." Alle menunduk sendu.
"Oiya Mbak, tumben mbak lama datang kesini biasanya rutin, paling lama 3 hari baru kesini. Ini sampai hampir seminggu ngak kesini, Mbak Alle baik-baik aja kan?"
"Ah, sebenarnya..." Alle menunduk, dia kembali bersediah mengingat kisahnya dengan Ares.
Sebenarnya hubungan Suster Riri dan Alle cukup dekat, bahkan bisa dibilang orang yang dekat dengannya selain Ares yah Suster cantik itulah.
"Kalau Mba Alle ngak mau cerita, ngak papa. Tapi kalau cerita, mungkin bisa membuat Mbanya lebih baik."
"Aku sama kak Ares udah putus Sus."
"Apa? bagaimana bisa mba? Saya lihat selama ini hubungan mba dan mas Ares baik-baik saja, selalu romantis. Bikin orang-orang pada iri." Suster Riri sampai mengubah posisi duduknya menghadap Alle, seolah tak sabar mendengar cerita wanita itu, dan pria yang ada di tengah-tengah keduanya juga tampak tak terganggu sama sekali.
Alle melirik Suster Riri sekilas, Iya sebenarnya tidak merasa dekat dengan wanita itu namun dia juga tak ada teman yang mau mendekat dengannya selain Suster itu.
"Apa Suster akan cerita sama orang-orang kalau aku ceritakan ini sama Suster?"
Wanita yang usianya 5 tahun lebih tua daripada Alle itu tertawa. "sebenarnya saya bukan tipikal orang yang senang curhat, tapi kalau Alle yang curhat Suster mau saja. Di jamin 100% no bocor-bocor deh, Alle sudah Sus anggap adek Sus sendiri."
Alle mengangguk pada akhirnya, memang selama ini Suster itu sangat baik kepadanya. "Kak Ares putusi aku Sus, karna kak Ares ngaku udah selingkuhin aku Sus dan menghamili pacar barunya, pacar barunya itu sekampus juga sama kita."
"Hah? Kenapa bisa begitu? Setauku Ares pria yang cukup baik. Dan ngak neko-neko Al."
Sus Riri sampai mengernyit mengingat selama ini Ares terlihat baik dan sangat perhatian terhadap Alle, bahkan menurutnya Mereka adalah pasangan yang sangat serasi. meskipun pada awalnya alit terlihat malu dan penakut, juga tak terlalu bersosial, pertama kali menyapa Alle tak menyambut ramanya. malah terkesan menghindar namun karena Alle yang sering berkunjung dan Sus Riri yang menunjukkan keramahtamahannya juga kebaikannya. membuat perlahan Alle tidak takut lagi dengan suster itu.
Alle menggeleng sendu, "Alle nggak tahu Sus, tapi Alle percaya kalau Kak Ares pasti bohong, atau wanita jahat itu yang mengancam ke Ares mau sama dia dan ninggalin Alle." geram Alle sangat kesal, saat mengingat kejadian tadi pagi.
"Wanita jahat?" tanya Sus Riri dengan heran, siapa yang dimaksud wanita jahat oleh Alle.
"Dia Kara kak, wanita yang mengaku selingkuhan Kak Ares. tadi pagi dia fitnah aku dia nyakitin dirinya sendiri tapi nuduh aku ngelakuin itu, sampai Kak Ares bentak-bentak aku, dan semua orang benci sama aku."
Sus Riri menatap Ale prihatin.
"Kenapa dia jahat sekali?"
"Entahlah."
Suster Riri menatap Alle dalam, meskipun umurnya terbilang remaja, Alle terlihat seperti anak kecil yang begitu polos.
"Al, boleh Suster tanyak sesuatu?"
"Tanya apa Sus?"
"Suster pernah lihat Ale nggak sengaja disenggol sama pria di sini, kenapa Alle sampai menjerit dan menangis? Alle benar cuma disenggol saja kan?"
Alle terdiam cukup lama, lalu menghelan nafas sebelum akhirnya menceritakan apa sebenarnya yang membuat trauma dengan sentuhan pria selain Ares, dan juga pria yang ada di sampingnya ini, bahkan jika disentuh Omanya sendiri hanya mencium tangannya saja jika ada perlu.
"Apa? Alle pernah mau dilecehkan oleh sepupu Alle sendiri?" terkejut Sus Riri, Alle mengangguk.
"Itu sebabnya Alle takut dan trauma oleh pria yang asing di dekat Alle?"
"Iyah Sus."
"Yaudah Sus, Alle pergi dulu." pamit Alle sembari bangkit dari duduknya.
Sus Riri yang melihat wajah sendu Alle pun terheran-heran.
"Kenapa wajahmu terlihat sedih begitu Al?"
"Sebenarnya nanti malam kak Lex pulang Sus, Alle takut jika nanti malam kak Lex kembali mabuk dan berulah mencoba mem.." Alle menunduk tak jadi melanjutkan kata-katanya.
Sus Riri yang melihat Alle menjadi prihatin.
"Bagaimana kalau malam ini Alle menginap dirumah Sus? nanti kalau sudah aman Alle bisa pulang."
Wajah Alle berbinar, lalu kemudian menunduk.
"Apa ngak ngerepoti Sus Riri?"
Suster Riri tersenyum, lalu bangkit dari duduknya. Dan berjalan menuju Alle.
"Ngak sama sekali, sekarang Alle disini dulu sama papa. Sus mau rapihin barang-barang dulu, habis itu pulang."
Alle mengangguk dengan semangat, lalu kembali duduk mengikuti arahan dari Suster itu.
"Makasih Yah Sus."