NovelToon NovelToon
Gara-gara Kepergok Pak Ustadz

Gara-gara Kepergok Pak Ustadz

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Slice of Life
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Imelda Savitri

"Nikah Dadakan"

Itulah yang tengah di alami oleh seorang gadis yang kerap di sapa Murni itu. Hanya karena terjebak dalam sebuah kesalahpahaman yang tak bisa dibantah, membuat Murni terpaksa menikah dengan seorang pria asing, tanpa tahu identitas bahkan nama pria yang berakhir menjadi suaminya itu.

Apakah ini takdir yang terselip berkah? Atau justru awal dari serangkaian luka?

Bagaimana kehidupan pernikahan yang tanpa diminta itu? Mampukan pasangan tersebut mempertahankan pernikahan mereka atau justru malah mengakhiri ikatan hubungan tersebut?

Cerita ini lahir dari rasa penasaran sang penulis tentang pernikahan yang hadir bukan dari cinta, tapi karena keadaan. Happy reading dan semoga para readers suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang berbunga-bunga

Di atas punggung Kaan, Murni mencoba menjaga jarak sejauh mungkin, tapi percuma saja, bahu Kaan yang lebar justru membuatnya tak punya banyak ruang untuk menghindar. Aroma sabun bercampur keringat tipis dari leher Kaan sesekali tercium samar, membuat wajah Murni memanas. Murni mencoba menahan rasa kikuknya, iapun menunduk, menyembunyikan ekspresi gugupnya di balik rambutnya yang tergerai.

"Berat nggak?” tanya Murni pelan, mencoba mencairkan suasana.

“No." Jawab Kaan singkat.

Beberapa detik hening, sampai akhirnya Kaan menambahkan dengan nada datar, “Kamu ringan. Seperti... batok kelapa.”

Murni spontan mengerutkan dahinya, “Hah?”

“Yeah, batok kelapa... yang kosong.” Kaan menoleh sedikit, seolah menanti reaksi dari Murni.

Murni menatapnya tak percaya, lalu menahan tawa. “Itu maksudnya aku kopong gitu mas?”

“No, bukan itu maksudnya,” Kaan buru-buru menjelaskan, suaranya tetap datar, tapi ekspresinya sedikit gelisah. “Batok kelapa itu kan... ringan. Dan... natural.”

Lalu Kaan bergumam dengan nada pelan, “Kayaknya, saya harus belajar cari perbandingan lain.” Dan gumaman nya itu bisa didengarkan oleh murni dengan jelas.

Murni akhirnya benar-benar tertawa lepas. “Mas Kaan... humor kamu tuh kayak sandal jepit ketinggalan di masjid.”

“Uh... kenapa?” Tanya Kaan polos.

“Garing dan bikin kesel.”

Kaan terdiam sebentar. “Tapi... nyaman dipakai.”

Murni tertawa lagi, kali ini sampai menepuk bahu Kaan tanpa sadar. Meski candaannya terdengar kaku, ekspresi dan nada bicara Kaan yang datar plus aksennya itu justru membuat semuanya terasa lebih lucu.

Dan untuk sesaat, perjalanan pulang yang berdebu itu terasa seperti kenangan manis yang tak ingin cepat berakhir.

.

.

.

Sementara itu, bu Mita tengah menjemur pakaian di halaman rumahnya. Tangan kirinya masih menggenggam baju basah yang hendak dijepitkan ke tali jemuran, ketika matanya menangkap dua sosok dari kejauhan yang perlahan berjalan mendekat ke arahnya.

Gerakan bu Mita terhenti, matanya menyipit, mencoba memastikan lebih jelas dua sosok itu. Hingga saat ia mengenali dua orang itu, perlahan senyum tipis mengembang di wajahnya.

Murni tampak duduk di punggung Kaan, sembari melingkarkan kedua tangannya di bahu pria itu, sementara Kaan berjalan dengan langkah pelan dan tenang. Sesekali mereka terlihat berbincang. Terlihat Murni tampak terkekeh, bahkan menepuk pelan punggung Kaan sambil tertawa kecil, sementara Kaan tetap dengan wajah datarnya yang khas, namun tidak tampak terganggu sedikit pun.

Senyum bu Mita semakin melebar. Entah sejak kapan, putrinya itu bisa kembali tersenyum seriang itu saat berbicara dengan seseorang. Sudah lama ia tidak melihat tawa lepas itu terdengar dari bibir Murni. Sejak insiden berapa tahun silam terjadi, hari yang takkan pernah mereka bicarakan lagi. Hari ketika Murni yang riang seketika menjadi pendiam dan tertutup.

Sesaat, kenangan samar beberapa tahun silam kembali berkelebat di benak bu Mita. Namun seperti biasa, ia buru-buru menepisnya, seolah jika terlalu lama dikenang, luka itu akan kembali terbuka.

Ia menunduk sejenak, menggenggam baju basah di tangannya lebih erat, dan dalam diam ia berdoa.

Semoga... tidak akan pernah ada kejadian seperti itu lagi. Dan semoga... putrinya itu bisa terus tersenyum ceria, seperti hari ini.

Kaan melangkah melewati pekarangan rumah, Murni kemudian mengangkat tangannya dan melambai kecil ke arah ibunya yang berdiri di dekat jemuran.

“Assalamualaikum mak… kita pulang,” ucapnya riang, meski wajahnya masih sedikit memerah karena canggung.

Kaan hanya menundukkan kepalanya dengan sopan ke arah bu Mita.

"Waalaikumsalam." Sambut bu Mita sembari menggantungkan baju terakhir ke jemuran, lalu mengusap tangannya ke rok kainnya.

Bu Mita berjalan lebih dulu masuk ke dalam rumah, begitupun dengan Kaan yang ikut masuk ke dalam. Bu Mita mengangkat alisnya karena heran, tapi juga tersenyum geli ketika melihat Murni yang belum turun juga di gendongan Kaan, padahal mereka sudah masuk ke dalam rumah.

"Kamu tuh kenapa Mur? Kayak anak kecil aja digendong segala,” ledek Bu Mita sambil berjalan pelan hendak ke dapur.

Kaan yang baru saja membuka pintu kamar Murni, akhirnya menoleh dan menjawab datar, “Murni jatuh di tempat kerja, dan.. lututnya luka.”

Seketika senyum bu Mita seketika luntur.

“Astaghfirullah… jatuh? Serius?” Bu Mita langsung ikut masuk ke dalam kamar, dan menatap cemas ke arah Kaan yang sedang membantu Murni duduk di tepi ranjang.

Murni buru-buru mengibaskan tangannya. “Ndak parah mak, Murni cuma kepleset aja… tadi juga udah diobatin.” Jelas Murni agar ibunya itu tidak kepalang khawatir.

Tapi Bu Mita sudah duduk di sisi ranjang, menyingkap pelan celana Murni yang masih menutupi lututnya. Dan saat itu juga ia melihat bekas perban dan bercak darah kecil yang masih tersisa di ujung kain.

“Kamu ini, gimana sih Mur, sampai bisa luka begini?” gumamnya cemas, dengan nada suara yang lantang seolah sedang memarahi Murni saja.

Kaan berdiri di dekat pintu, mendengar bagaimana ucapan-ucapan khawatir yang terdengar seperti memarahi yang bu Mita lontarkan kepada putrinya. Sorot mata Kaan tertuju menatap ekspresi kikuk dan juga geli dari Murni ketika dikasih wejangan agar hati-hati di tempat kerja oleh ibunya.

Setelah puas memberikan kata-kata pengingat pada Murni, bu Mita menoleh pada menantunya, “Terima kasih ya, nak Kaan. Kalau nggak ada kamu, mungkin anak ibu yang ceroboh ini udah luka parah.”

Kaan mengangguk pelan. “Saya hanya melakukan yang seharusnya.” Jawabnya singkat.

Murni menoleh sekilas ke arahnya dan tersenyum tipis, “Mas Kaan langsung lari waktu aku jatuh, sampai bekalnya tumpah semua…”

Bu Mita menoleh cepat, “Lho, jadi bekalnya belum sempat kamu makan Mur?"

Kaan menjawab pertanyaan itu dengan wajahnya yang terlihat sedikit kaku. “Yeah… tapi jatuh semua.”

Murni ikut menimpali, “Tapi isinya kayaknya masih utuh mak. Nanti Murni beresin.”

“No! Tidak usah, kamu harus istirahat,” sahut Kaan cepat, lalu berbalik ke arah pintu. “Saya bersihkan dulu. Kalau ada apa-apa bilang saya.” Tambahnya sebelum keluar dari kamar.

Begitu Kaan keluar, "Mur," panggil bu Mita, membuat Murni menoleh ke ibunya yang masih menatapnya lekat-lekat.

“Kenapa mak?” tanya Murni.

Bu Mita mendesah pelan. “Ndak ada apa-apa… cuma emak masih belum terbiasa aja lihat kamu diperlakukan kayak gitu.”

“Kayak gimana?”

“Kayak... diperhatiin,” jawab Bu Mita sambil mengelus rambut anaknya.

“Kamu memang belum lama nikah Mur, kita sekeluarga juga belum tahu banyak soal Kaan… tapi pas emak lihat cara dia memperlakukan kamu, kayaknya bule itu orang baik Mur." Ungkap bu Mita dengan jujur.

Murni tertunduk, senyumnya perlahan memudar jadi sesuatu yang lebih hangat.

“Iya mak… Murni juga ngerasa gitu, tapi semoga aja prasangka kita ini benar ya mak." Balasnya.

"Aamiin, emak selalu berdoa yang terbaik buat putri cantik emak ini." Ujar bu Mita, lalu mencubit pipi Murni.

"Ish, jangan gitu mak, sakit." Pekik Murni, "eh, tapi kayaknya ini bukan mimpi lah Mak." Ujarnya tiba-tiba.

"Ya bukan mimpi Mur, perasaan kamu aja." Balas bu Mita dengan terkekeh geli.

Ya, dia juga tahu, pasti putrinya itu masih merasa belum sepenuhnya percaya jika ia sudah menikah dan memiliki suami secara tiba-tiba.

1
Nar Sih
semoga murni baik,,sja ngk ada yg jht atau menganggu nya di saat sang suami gk ada
Nar Sih
pasti nih musuh mu dtg lgi kaan ,kmu hrus hti,,dan waspada ada istri lugu mu yg perlu kau jga
Nar Sih: siip kakk lanjutt
Lucy: Kayaknya Murni ini harus dimodifikasi lah🗿
total 2 replies
Nar Sih
murni cerminan istri yg soleha untuk mu kaan ,dia nurut apa kta suami dan patuh bersyukur lah kmu punya istri seperti murni ,walau pernikahan kalian mendadak ,dn blm ada rasa cinta ,tpi yakin lah rasa itu akan tumbuh dgn berjln nya waktu
Nar Sih
murni ,stlh ini kmu harus siap ,,jdi wanita tangguh msuk dlm keluarga suami mu yg bnyk memusuhi nya
Lucy: nah ini aku dalam masa persiapan kak buat mengotak-atik Murni/Determined/
total 1 replies
Nar Sih
murni pasti kaget begitu masuk rmh suami nya seperti masuk istana dogeng ,
Lucy: banget
total 1 replies
Ray Aza
yuuuuuhhhh.... peran murni makin tenggelam euy!
ga cocok msk ke circle kaan. 😅😅😅
aq plg ga suka sm tokoh pajangan yg bermodal baik hati & cantik aja tp ga pny kontribusi apa2 di alur cerita. 🤣🤣🤣
Lucy: nice, thanks sarannya😭🫰
Ray Aza: lha ampe eps 20 peran murni sbg tokoh utama blm keliatan sm sekali e. awal nongol mlh jd tokoh tertindas dibully sana sini, strata sosial rendah, pendidikan minim, pekerjaan pilu, fisiknya cantik ga sih? lupa diskripsinya. wkwkwkkk... artinya sejak awal ga kenotice jd hilang dr memori. terlalu berat manjat ke circle kaan. ayo sis km gembleng dl biar kek tokoh cewe di novel seblmnya. sdh ga jamannya cewek cm sebagai obyek
total 3 replies
Nar Sih
penasaran nih kak sbnr nya siapa kaan sbnr nya kak bnyk musuh dan siapa wanita itu
Nar Sih: siiap kak ,mohon up tiap hari ya kak👍🙏
Lucy: bakal terjawab di chapter selanjutnya
total 2 replies
Nar Sih
kira,,siapa pelaku pemembakan itu ya ,mungkin kah musuh kaan..hnya othor yg tau
Lucy: /Proud/
total 1 replies
Nar Sih
semagat y murni jgn sedihh ..suami mu pasti menjaga mu ,trus kira,,siapa yg telpon kaan ,semoga bukan org jht ya
Nar Sih
mungkin memang awal blm ada rasa antara kalian tpi ...yakin lah cinta pasti dtg pada kalian dgn berjln nya waktu ,murni kmu harus siap ikut i suami mu ya
Lucy: oke kak
Nar Sih: ditunggu bab selanjut nya kakk👍
total 3 replies
Nar Sih
dasar orang kok aneh lastri,iri dengki dgn saudara sendiri ,
Lucy: ya biasa kan kalau emak" rempong itu emang gitu kak
total 1 replies
Nar Sih
waah...bu lastri mulai panas nih dan pasti nya disertai iri dengki pada kehidupan murni sekeluarga yg notaben nya msih keluarga nya
Ray Aza
kalo di novel halu lainnya lgsg dibuatin mansion tuh... ada garasi jet pri (dikira odong2 x ya ga perlu perijinan otoritas bandara setempat) 😅😅😅
Lucy: 😭di luar nalar, bahkan kadang bingung
total 1 replies
Nar Sih
semoga murni dan kaan sgra menjdi psngn suami istri yg sesungguh nya ,
Lucy: Aaminn
total 1 replies
Nar Sih
sabarr murni ,percayalah di balik duka pasti ada suka ,
Nar Sih
lanjutt kakk ,
Nar Sih: ,👍👍💪💪🥰
Lucy: wah makasih banget, aku suka dan makin termotivasi deh🫰
total 4 replies
Nar Sih
alhamdulilah murni kmu dpt ibu mertua yg baik
Nar Sih
seperti nya calon pelakor udh mulai hadir nih
Lucy: /Doge/
total 1 replies
Nar Sih
nikah dadakan moga bisa membuat pegantin bru ini bahagia
Nar Sih
cerita nya bagus kakk,👍
Lucy: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!