NovelToon NovelToon
Pelacur Milik Sang CEO

Pelacur Milik Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Terlarang / Mengubah Takdir
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Ayla, pegawai biasa yang diangkat menjadi resepsionis di perusahaan terkenal, terpaksa menjadi wanita malam demi biaya pengobatan adiknya. Di malam pertamanya, ia harus melayani pria yang tak disangka—bosnya sendiri. Berbeda penampilan, sang CEO tak mengenalinya, tapi justru terobsesi. Saat hidup Ayla mulai membaik dan ia berhenti dari pekerjaan gelapnya, sang bos justru terus mencari wanita misterius yang pernah bersamanya—tanpa tahu wanita itu ada di dekatnya setiap hari. Namun, skandal tersebut juga mengakibatkan Hana hamil anak bosnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gaun Sederhana

"Baiklah, kami pergi dulu ya, Ma!" seru Kenzo sambil melirik Leo yang sedang bersiap-siap. Malam ini mereka akan menghadiri acara awards yang cukup bergengsi.

Mika, sang ibu, sudah siap mengantar kedua putranya. Ia tersenyum lembut sambil mengangguk. Namun sebelum mereka benar-benar pergi, Mika melangkah mendekat ke arah Leo. Tatapannya berubah menjadi serius, meskipun masih tersirat kelembutan sebagai seorang ibu.

Ia menatap dalam ke manik mata putra kandungnya itu, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang tak bisa diucapkan hanya dengan kata-kata. Suaranya pelan, namun penuh makna.

“Kau harus berjanji akan selalu baik-baik saja… sekalipun di sana ada Viola,” ucapnya, dengan nada penuh harap dan kasih.

Leo terdiam sejenak. Tatapan matanya mengarah ke lantai, menyembunyikan gelombang perasaan yang perlahan muncul ke permukaan. Mamanya kembali menyebut nama itu—nama seorang wanita yang masih ia cintai dalam diam, meski kini telah menjadi milik pria lain. Viola. Nama yang pernah menjadi sumber kebahagiaannya, dan kini menjadi luka yang tak kunjung sembuh.

Dia tahu, hampir bisa dipastikan bahwa Viola akan hadir malam ini. Ia akan datang, tentu saja, sebagai pendamping suaminya, Vino—pria yang berhasil merebut Viola dari pelukannya, merebut seluruh rencana masa depan yang dulu ia bangun bersama Viola dalam angan.

Namun Leo tidak berkata apa-apa. Tak ada protes, tak ada keluhan. Ia hanya tersenyum tipis, senyum yang nyaris tidak terlihat dan hanya bisa dibaca oleh orang-orang yang benar-benar mengenalnya.

Tak ingin memperpanjang momen yang menguras hati itu, mereka pun bergegas pergi. Leo dan Kenzo melangkah bersama menuju mobil yang sudah menunggu di depan rumah. Dalam diam, keduanya masuk dan duduk, membiarkan keheningan malam mengiringi perjalanan mereka menuju salah satu acara bisnis terbesar tahun ini: penghargaan tahunan yang sangat bergengsi.

Di sisi lain kota, pada waktu yang hampir bersamaan, seorang wanita muda turun dari sebuah taksi. Ayla. Ia tampak sedikit gugup, namun tetap anggun dengan gaun setumit berwarna lembut yang ia kenakan. Gaunnya tampak mengembang di bagian bawah—namun cukup mengganggu bagi Ayla yang tidak terbiasa mengenakan busana seperti ini.

Dengan langkah sedikit ragu, Ayla mencoba menyesuaikan diri. Ia menarik napas pelan, menatap gedung megah di hadapannya. Malam ini, ia tahu, akan menjadi malam yang panjang.

“Terima kasih, Pak,” ucap Ayla sopan, sambil menyerahkan sejumlah uang sesuai dengan tarif online kepada sopir taksi yang mengantarnya. Ia lalu melangkah turun dengan hati-hati, memegang bagian bawah gaunnya agar tidak terseret aspal.

Begitu kedua kakinya menginjakkan tanah, Ayla mendongak dan terpaku sejenak menatap gedung yang menjulang megah di hadapannya. Penuh kemewahan, berhiaskan cahaya gemerlap dan hiruk-pikuk suara para tamu yang mulai memadati area acara. Pintu masuk dipenuhi orang-orang dengan balutan busana elegan, jas rapi, dan gaun-gaun mahal yang terlihat jelas berasal dari brand ternama. Aura mereka memancarkan wibawa, seolah semua yang hadir di sini sudah terbiasa dengan dunia bisnis kelas atas.

Sementara Ayla—ia hanya berdiri diam di tepi, menatap dirinya sendiri sekilas. Gaun yang dikenakannya sederhana, sepatu pun bukan hak tinggi mewah seperti para wanita lain. Semua yang ia pakai adalah miliknya sendiri, tanpa sponsor, tanpa perancang. Ia tahu, penampilannya tidak akan menonjol di antara kerumunan ini. Namun apa boleh buat? Ia tidak datang karena ingin, melainkan karena permintaan. Kedua CEO-nya—Leo dan Kenzo—memintanya hadir malam ini untuk membantu hal-hal teknis selama acara berlangsung.

Menarik napas panjang, Ayla melangkah masuk ke dalam gedung dengan langkah perlahan namun mantap. Hatinya masih dipenuhi kecanggungan, tapi ia mencoba menyembunyikannya sebaik mungkin. Setelah melewati pemeriksaan undangan, ia memilih berdiri di salah satu sudut ruangan yang agak remang, di bawah lampu temaram yang tidak terlalu terang. Tempat itu cukup aman untuk menghindari sorotan mata orang banyak.

Ia melirik jam tangan tipis di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan bahwa acara akan segera dimulai. Para tamu telah mulai duduk di meja masing-masing, dan pembawa acara tampaknya sedang bersiap di atas panggung.

Namun, satu hal yang membuat Ayla gelisah: belum ada tanda-tanda kehadiran kedua bos besarnya itu. Matanya menyapu ruangan dari satu sisi ke sisi lain, berusaha mencari keberadaan Kenzo dan Leo.

“Di mana mereka…?” gumam Ayla lirih, nyaris tak terdengar. Kegelisahan mulai merayap di dadanya. Pandangannya kembali menyapu kerumunan tamu yang sibuk dengan urusan dan percakapan masing-masing. Sementara itu, Ayla hanya bisa menunggu, dengan harapan keduanya segera muncul sebelum acara benar-benar dimulai.

Tiba-tiba, sebuah sentuhan hangat terasa di pundaknya. Sentuhan yang membuat Ayla terkejut seketika. Refleks, ia langsung menoleh dan berbalik badan dengan jantung yang sempat berdetak lebih cepat karena kaget. Namun rasa terkejut itu segera mereda saat ia melihat siapa yang berdiri di hadapannya.

Leo dan Kenzo. Kedua CEO-nya akhirnya datang.

Ayla langsung tersadar dari keterkejutannya dan sedikit membungkuk sopan sebagai bentuk permintaan maaf. “Ahh, maaf, Pak! Saya tidak menyangka itu kalian…” ucapnya cepat, berusaha tetap tenang meski wajahnya sempat memerah karena malu.

Kenzo tersenyum ramah, tatapannya lembut seperti biasa. Ia menepuk pelan lengan jasnya dan berkata dengan suara tenang, “Tidak apa-apa. Kamu tidak salah apa-apa, Ayla.”

Lalu, tanpa membuang waktu, Kenzo mengeluarkan sesuatu dari saku dalam jasnya—sebuah berkas kecil yang sudah dilipat rapi. Ia menyerahkannya pada Ayla sambil memberi arahan.

“Ini, kamu yang periksa semua urutan acaranya. Dan tolong pastikan tidak ada yang terlewat. Mulai sekarang, kamu dampingi Pak Leo, ya. Pastikan semuanya berjalan lancar dari sisi kita,” ujarnya sambil tetap menjaga senyumnya, walau nada bicaranya kini lebih serius.

Ayla menerima berkas itu dengan hati-hati. Ia mengangguk pelan, berusaha menenangkan dirinya agar bisa fokus pada tugas yang diberikan.

“Saya ada urusan penting yang tidak bisa ditunda,” lanjut Kenzo, sambil melirik jam tangannya sejenak. “Jadi saya serahkan semua pengawasan di lapangan padamu malam ini.”

Ayla kembali mengangguk, kali ini lebih mantap. “Baik, Pak. Saya akan pastikan semuanya berjalan sesuai rencana,” ucapnya, mulai menyesuaikan diri dengan peran yang harus ia jalani malam itu.

Leo menatap Kenzo dengan sorot mata curiga. Dahi pria itu sedikit berkerut, mempertanyakan alasan kepergian mendadak sepupunya sekaligus rekan bisnisnya itu. "Apa urusanmu?" tanyanya datar namun langsung pada inti.

1
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!