NovelToon NovelToon
Sistem Pengganda Uang

Sistem Pengganda Uang

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Kebangkitan pecundang / Harem
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.

Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Saat bel pulang berbunyi, Rian berjalan santai keluar gerbang sekolah, bersiap untuk pulang seperti biasa. Namun, baru beberapa langkah, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti tepat di depannya.

Jendela turun, memperlihatkan wajah Sasha yang tersenyum tipis. "Naik."

Rian menghela napas. "Aku biasa jalan kaki atau naik angkutan, Sasha. Nggak perlu—"

Sasha menatapnya tajam. "Gue nggak nanya lo mau atau nggak. Gue bilang, naik."

Rian terdiam sejenak, merasa ada sesuatu yang berbeda dari nada suara Sasha kali ini. "Sasha, nggak perlu maksa—"

Tiba-tiba, Sasha keluar dari mobil, berdiri di depannya, dan menyilangkan tangan. "Rian, sadar nggak sih kalau tiap hari kamu pulang capek abis kerja? Aku punya mobil, supir, dan semua fasilitas buat bikin lo lebih nyaman. Kenapa kamu nggak mau manfaatin, minta sopir atau apa gitu?"

Rian menggaruk kepalanya. "Bukan masalah itu, cuma kita kan ga a—"

Sasha menghela napas panjang, lalu menarik tangan Rian dengan paksa.

"Udah, diem, masuk."

Rian yang tidak menyangka Sasha bakal sekeras ini hanya bisa pasrah saat gadis itu benar-benar mendorongnya masuk ke dalam mobil.

Begitu pintu tertutup, Sasha ikut masuk dan menatapnya dengan puas.

"Nah, gitu dong. Susah banget sih diajak enak." ucap Sasha

Rian menghela nafas, menyandarkan kepalanya ke sandaran mobil. "Dasar maksa..."

"Biarin, Wlee" Ucap Sasha sambil menjulurkan lidahnya mengejek rian.

Begitu mobil berhenti di depan rumah sederhana milik Rian, Sasha menatap bangunan itu dengan rasa penasaran. Ini pertama kalinya dia benar-benar mengunjungi rumah Rian, dan tentu saja, rumah itu sangat berbeda dan sederhana dari mansion mewah tempat ia tinggal.

Saat mereka masuk, terdengar suara pintu lain terbuka. Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam dapur sambil membawa tas.

"Oh, Rian, kamu pulang? Wah, bawa teman juga?"

Rian tersenyum. "Iya, Bu. Ini Sasha, teman sekolah."

Sasha langsung tersenyum sopan. "Halo, Tante. Saya Sasha."

Ibu Rian mengangguk dengan ramah. "Wah, jarang-jarang Rian bawa teman ke rumah. Maaf ya kalau berantakan."

Sasha menggeleng. "Nggak apa-apa, Tante. Rumahnya nyaman kok."

Ibunya tertawa kecil. "Syukurlah. Tante harus balik kerja lagi, jadi kalian ngobrol aja, ya. Sasha, hati-hati sama anak Tante ini. Dia agak keras kepala, dan suka godain anak orang." godanya sebelum berjalan keluar rumah.

"Ibu!" Rian mendelik, sementara Sasha tertawa kecil melihat tingkah rian.

Setelah ibunya pergi, Sasha mulai melihat-lihat ruangan. Rumah ini sederhana tapi terasa hangat. Ia berjalan ke arah dinding tempat beberapa foto keluarga dipajang.

"Ini foto kamu waktu kecil yaa?" tanyanya, menunjuk salah satu foto.

"Iya. Itu waktu masih SD."

Sasha, yang merasa fotonya menarik, ingin melihat lebih dekat. Namun, karena posisinya terlalu tinggi, ia berinisiatif naik ke kursi kecil yang ada di dekatnya.

"Sasha, hati-hati—"

BRAK!

Sasha kehilangan keseimbangan dan langsung terjatuh ke belakang.

"WOI!" Rian spontan bergerak cepat dan menangkapnya sebelum dia jatuh ke lantai.

Namun, akibatnya, mereka berdua malah jatuh bersamaan dengan Sasha menimpa Rian di atas lantai.

Hening.

Sasha membuka matanya perlahan dan mendapati wajah Rian hanya beberapa sentimeter dari wajahnya.

Jantungnya berdebar kencang, begitu pula rian namun ia tak terlalu menghiraukan karna tujuannya untuk memperbaiki keuangan keluarganya.

"Aduh…" Rian mengerang pelan, menyadari posisi mereka yang cukup canggung.

Sasha, yang baru sadar, langsung memerah dan buru-buru bangkit. "S-Sorry! nggak sengaja!"

Rian masih mengusap kepalanya. "Ya ampun, kamu tuh maksa banget naik kursi kecil begitu."

Sasha masih menunduk, wajahnya merah padam. Rian, yang masih duduk di lantai sambil mengusap kepalanya, hanya bisa menatapnya dengan heran.

"Kamu kenapa?" tanya Rian akhirnya.

"Nggak ada apa-apa!" Sasha buru-buru berbalik, mencoba menyembunyikan wajahnya.

Rian menghela napas. "Serius deh, kamu itu terlalu ceroboh. Coba tadi kalau nggak ke tangkep , bisa-bisa kepala mu benjol."

Sasha mendengus kecil, masih merasa malu. "Aku cuma pengen liat foto itu lebih jelas."

Rian tertawa kecil. "Yaudah, ini gue ambilin."

Dengan santai, Rian bangkit dan mengambil foto yang tadi menarik perhatian Sasha. Ia menyerahkannya kepada gadis itu.

Sasha menerima foto itu dengan hati-hati, lalu memperhatikannya. Itu adalah foto Rian waktu kecil, mengenakan seragam SD yang sedikit kebesaran, dengan ekspresi cemberut.

"Haha, ekspresi lo kocak banget di sini!" ujar Sasha, akhirnya bisa tertawa lagi.

Rian mendengus. "Ya, itu gara-gara waktu kecil disuruh foto pas lagi ngambek."

Sasha masih tertawa pelan, lalu menatap Rian dengan ekspresi lebih lembut. "Kayaknya lo udah banyak melalui hal sulit, ya?"

Rian terdiam sebentar sebelum mengangkat bahu. "Ya, gitu deh. Tapi gue udah terbiasa."

Sasha menggigit bibirnya, hatinya terasa sedikit sesak. Dia ingin membantu Rian lebih dari sekadar teman.

Tapi ia tahu, Rian masih belum menyadari perasaannya.

"Rian," panggil Sasha pelan.

"Hmm?" Jawab Rian

Sasha ragu sejenak, tapi akhirnya hanya tersenyum kecil. "Nggak ada. Gue cuma pengen bilang, jangan terlalu banyak mikirin semuanya sendirian."

Rian mengerutkan kening, lalu tertawa kecil. "Santai aja, gue udah biasa kok."

Sasha menggenggam foto itu lebih erat. Dalam hatinya, ia bersikeras untuk jika rian belum menyadarinya, maka ia yang akan membuatnya sadar.

"Bahkan kalo waktunya tepat nanti aku bakal ngungkapin perasaan duluan." Pikir Sasha.

Dirasa sudah lama, Sasha pamit pulang, "Rian, gue pulang yaa, kalo butuh bantuan telepon aja"

Rian berdiri dan mengantar Sasha ke depan rumah dan melambaikan tangannya "Yaudah, hati-hati di jalan Sha."

Setelah kejadian di rumahnya, Rian pergi menemui Nadia Bert di kafe tempatnya biasa berada. Mereka sudah berjanji untuk bertemu, karena hari ini Rian akan mulai bekerja di toko keluarga Nadia.

Saat Rian tiba, Nadia sudah menunggunya dengan senyum khasnya.

"Rian! Kamu akhirnya datang juga!" katanya dengan semangat.

Rian mengangguk santai. "Ya, gue nggak mau kerja setengah-setengah. Jadi lebih baik langsung belajar semuanya."

Nadia tertawa kecil. "Bagus! Kalau gitu, ayo pergi. Aku antar kamu ke toko pakai mobilku."

Tanpa banyak protes, Rian pun naik ke mobil mewah milik Nadia. Perjalanan menuju toko keluarga Nadia terasa cukup nyaman. Mereka berbincang tentang berbagai hal, dari sekolah, pekerjaan, hingga kejadian-kejadian lucu yang mereka alami.

Sesampainya di toko, Rian cukup terkejut melihat betapa besarnya tempat itu.

"Toko keluarga lo ini gede banget ya. Gue kira cuma kayak minimarket biasa."

Nadia terkekeh. "Ya, makanya gue butuh bantuan. Dan lo harus belajar banyak hari ini."

Mereka pun masuk ke dalam. Nadia mulai memperkenalkan bahan-bahan pangan yang tersedia, menjelaskan cara kerja mesin barcode kasir, dan berbagai hal penting lainnya.

Saat Nadia hendak menaruh sebuah kotak bahan di atas rak, ia tidak memperhatikan bahwa posisinya kurang pas.

BRUK!

Kotak itu miring dan hampir jatuh.

"Nadia, hati-hati!" seru Rian, refleks menarik tubuh Nadia agar tidak tertimpa kotak barang.

Namun, karena gerakan mendadak, keseimbangan mereka hilang.

DUG!

Nadia terjatuh ke lantai… dan Rian ikut jatuh tepat di atasnya.

Hening.

Nadia terpaku, wajahnya sedikit memerah karena jarak mereka yang sangat dekat. Ia bisa merasakan berat tubuh Rian, tetapi anehnya, ia tidak keberatan.

Jantungnya berdetak kencang.

Rian juga terdiam. Dadanya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Mata mereka saling bertemu, napas mereka terasa hangat satu sama lain.

Dan tanpa sadar, Bibir mereka juga bersentuhan.

Mata Nadia membesar. Rian juga membeku.

Beberapa detik terasa begitu lama.

Sampai akhirnya, mereka sama-sama tersadar dan langsung menjauh dengan wajah memerah.

"A-Aku… nggak sengaja!" Nadia buru-buru bicara, suaranya sedikit gugup.

Rian menggaruk tengkuknya, jelas sama terkejutnya. "G-Gue juga…"

Mereka saling diam, tidak tahu harus berkata apa.

Tanpa banyak bicara, Nadia cepat-cepat berdiri dan merapikan rambut birunya yang terurai. "U-Udah cukup, kan? Gue harus balik."

Rian mengernyit. "Hah? Cepet amat? kan kamu belum ngajarin se—"

"Kamu udah paham kan sedikit? Lagian ini toko keluarga aku, jadi kalau ada yang kurang ngerti, tanya aja ke pegawai lain!" katanya buru-buru.

Sebelum Rian sempat berkata lebih banyak, Nadia sudah melangkah pergi dengan cepat, wajahnya masih merah.

Begitu dia keluar toko, Nadia menekan dadanya sendiri, merasakan jantungnya yang berdetak kencang.

"Kenapa aku deg-degan begini…?" gumamnya pelan.

Sementara itu, Rian masih berdiri di tempatnya, menatap pintu keluar dengan bingung padahal mereka tidak sengaja...kenapa di permasalahkan?

1
ALAN
min typo/Facepalm/
ALAN
Nah akhir nya, kaya kan dirimu Rian
ALAN
Lanjut thor
ALAN
Lanjut thor, siapa wanita paruh baya itu
Kang ozy
Luar biasa
Hiu Kali
pikir hadiahnya kemampuan trading tingkat tinggi thor.. jadi cepet mengamankan posisi dalam hitungan satu bulan.. jangan lupa nadia juga..kasihan..jangan jadi kacang lupa sama kulitnya..
Hiu Kali
howrang kaya lho thor shasha ini.. afa hiya tabrakan tidak ada penjaganya?
Teguh Aja: Sasha sedang bertengkar dengan ayahnya dan ia kabur dengan sopirnya tanpa membawa hp maupun dompetnya 🙏
total 1 replies
Hiu Kali
jangan lupa suruh rian belajar trading thor.. biyar cepet kayah rayah dia..
ALAN: iya thor bener
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!