"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
Setelah tidak menemukan Elang di apartemennya,Galang memutuskan untuk mencari adiknya itu kerumah orang tuanya.Rasa frustasi dan penasaran setelah melihat Elang dan Salma bergandengan tangan,membuat Galang marah.
Sekitar jam delapan malam,Galang sampai di depan rumah kedua orang tuanya.Saat memasuki rumah mewah dan besar itu,samar-samar dia mendengar suara mami Rieta sedang berbicara dengan Vania di ruang tamu.
"Tante Rieta,kenapa ya akhir-akhir Elang susah sekali di temui.Di telepon juga dia kayak gak semangat gitu tante.Elang berubah tante,gak seperti biasanya." Ungkap Vania apa yang dia rasakan mengenai kegalauan hatinya.
"Vania sayang,itu hanya perasaanmu saja ...Elang itu akhir-akhir ini lebih sering tinggal di apartemen karna sedang banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.Mungkin karna capek,Elang lebih memilih pulang ke apartemennya.Karna kan apartemennya lebih dekat dari kantor.Kamu jangan terlalu banyak pikiran ya sayang." Sahut mami Rieta sembari membelai rambut panjang Vania yang duduk di sampingnya.Karna tidak mempunyai anak perempuan,mami Rieta sangat menyayangi Vania calon menantunya dan Sabrina istrinya Galang.
Vania tersenyum dengan penjelasan mami Rieta dan menyandarkan kepalanya di bahu wanita yang akan jadi ibu mertuanya itu.Seketika rasa galaunya sirna.
"Oh iya sayang,tante lupa bilang sama kamu.Elang menyerahkan urusan pernikahan kalian pada tante.Dan kamu tau...tante dan mama kamu sudah memutuskan kalian menikah bulan depan..." Ucap mami Rieta dengan semangat.
Vania mengangkat kepalanya dari bahu mami Rieta dengan mata berbinar."Benarkah tante...?"
"Benar sayang,masa tante bohong." Mami Rieta dan Vania saling berpelukan.Vania tak menyangka,ternyata Elang benar-benar mencintainya.
"Kamu semangat ya Vania sayang,mulai hari ini kita persiapkan semua.Mulai dari bikin undangan,sewa gedung....pokoknya semua deh."
Vania mengangguk seraya tersenyum,dia sudah punya gambaran mengenai pernikahan impiannya.
Galang menghampiri sang mami."Mami..." Sapanya kemudian mencium kening mami Rieta.Dan menegur Vania sekilas.
'Sayang,kamu sendiri? Gak ngajak Sabrina?" Mami Rieta berdiri dan memeluk putra pertamanya itu.
"Sabrina pulang kerja langsung ketemuan sama temannya mi.Kebenaran tadi Galang lewat arah sini,yaudah Galang mampir,mau ada perlu sama Elang.Oh iya mi,Elang ada gak di kamarnya diatas?"
"Gak ada,Ga.Tadi sih Elang telepon,katanya dia nginap di apartemen lagi malam ini."
Galang semakin yakin bahwa diantara Elang dan Salma ada sesuatu.Lalu kemana Elang membawa Salma,jika di apartemennya tidak ada? Perasaan marah dan cemburu membelenggu pikiran dan hatinya.
"Yaudah mi,Galang balik dulu ya." Ucapnya dengan nada kesal.
"Baru juga datang udah langsung pulang.Lain kali kalau ke sini ajak Sabrina ya.Sejak menikah kalian belum pernah nginap di dini."
"Iya mi,Assalamualaikum." Galang memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Sampai di rumah,ternyata Sabrina sudah pulang duluan."Kusut amat itu mukak,pasti karna mikirin Salma ya.?" Sapa Sabrina yang sedang nonton televisi diruang tamu.
"Kamu sudah pulang,kok gak bilang biar aku jemput." Galang mendudukkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di depan Sabrina.
"Aku tadi di antar sama Stella,kebenaran dia sedang tidak terburu-buru."
Galang merebahkan tubuhnya diatas sofa dan menghembuskan nafasnya dengan kasar untuk membuang rasa sesak di dalam dadanya.Sabrina memperhatikan apa yang di lakukan suaminya itu."Kamu kenapa mas?" Tanyanya.
"Tadi aku melihat Elang dan Salma jalan bareng." Tatapan Galang terlihat jauh.
"Jalan bareng? Memang salah kalau jalan bareng?"
"Mereka bergandengan tangan,Sab." Ucap Galang dengan nada keras.
Deg!!!
Sabrina mematikan televisi dan menatap dengan serius pada Galang.Ada perasaan perih di dalam dadanya mendengar Elang bergandengan tangan dengan Salma.Dulu saat mendengar dia akan di jodohkan dengan salah satu putra Prapanca,Sabrina berharap pria itu adalah Elang.Tapi ternyata yang di jodohkan dengannya adalah Galang.Dia sudah menyukai Elang sejak duduk di bangku SMP.Tapi lelaki itu tak pernah peka akan perhatian yang dia berikan.Pria pujaan hatinya itu malah melabuhkan hatinya pada Vania.
"Bergandengan tangan bagaimana maksud kamu mas?"
"Salma pernah bilang,bahwa dia gak mau di sentuh sebelum menikah dan dia hanya akan di sentuh oleh suaminya nanti.Tapi tadi sore,aku melihat Salma di gandeng oleh Elang saat akan menyebrang jalan."
"Mungkin karna mau nyebrang aja kali mas,makanya Salma terpaksa mau di gandeng Elang."
"Dulu saat menyebrang dengan ku Salma gak pernah mau ku gandeng.Tapi saat dengan Elang,kenapa dia mau.Padahal mereka tidak pernah dekat sebelumnya." Kedua suami istri itu kini terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing.
* * *
"Halo Salma..." Tante Gladys mendekat pada Salma dan cipika-cipiki dengan gadis itu.
"Maaf ya,tadi malam tante gak jadi temuin kalian,vertigo tante kambuh." Tante Gladys duduk di kursi meja makan di sebelah Salma.Sementara di hadapan mereka duduk Elang dan om Richard.
"Iya gak apa-apa tante.Keadaan tante gimana sekarang?" Tanya Salma dengan ramah.
"Sudah minum obat,udah baikan,yang penting tante banyak istirahat."
"Tante Gladys,sebenarnya ada hal penting apa yang mau tante sampaikan?" Elang langsung to the point karna dia yakin hal penting itu bersangkutan dengan dirinya.
"Begini El,apa kamu sudah tau kalau mba Rieta dan mamanya Vania sudah merencanakan hari pernikahan kalian berdua bulan depan.Menurut tante,kalau kamu benar-benar ingin melanjutkan pernikahan kamu dengan Salma,sebaiknya kamu harus berterus terang dari sekarang." Jawab tante Gladys sambil membuatkan roti sandwich untuk sang suami.
Elang sedikit tersentak,tak menyangka maminya sudah terlalu cepat melangkah.Perkataannya waktu itu di anggap serius oleh maminya.Tiba-tiba kepalanya terasa mumet.
Elang melihat Salma yang tertunduk dalam diam,entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu.
"Lebih cepat kamu berterus terang lebih baik,El.Jangan sampai keluarga kita tau dari orang lain." Om Richard turut berpendapat.
"Iya om,Elang akan secepatnya akan memberi tahu mami papi."
"Tante yakin,kalian akan di restui,selama niat kalian baik.Semangat ya Salma..." Tante Gladys menggenggam tangan Salma seolah memberi kekuatan dan dukungan.Salma mengangguk dan tersenyum.
Sungguh dirinya saat ini tak mampu berpikir dan tak mau menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.
***
"Pak Frans...maaf...besok saya tidak bisa menemani bapak di hari ulang tahun nyonya besar." Pagi-pagi Salma sudah menghadap atasannya dengan kepala menunduk.
'Kenapa,kamu besok ada acara? Atau kamu sudah punya seorang kekasih?"
"Bukan pak...apa tidak ada wanita lain pak?" Salma ragu untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa dia telah menikah.
"Tolonglah Salma,sekali ini saja.Saya takut mengecewakan ibu saya."
Menuruti keinginan pak Frans,akan membawanya masuk dalam pusaran masalah baru.Bagaimana kalau ibunya pak Frans malah menyuruh mereka menikah.Bisa gawat.Salma memutuskan untuk berterus terang saja.
"Mohon maaf sebelumnya pak..." Salma masih menunduk.
"Sebenarnya...saya sudah menikah..." Sambung Salma sembari mengangkat kepalanya menatap pak Frans.Dia ingin tau bagaimana ekspresi bosnya itu.
Diluar dugaan Salma.Pak Frans justru tertawa,tak ada rasa terkejut sedikit pun di wajahnya.
"Kamu pasti bercanda kan? Kalau sudah nikah,mengapa kamu tidak memakai cincin pernikahan?"
Salma reflek melihat kearah jari manisnya.Dia baru ingat,sejak pulang dari Bogor,cincin pernikahannya langsung di lepas.
"Cincin saya ketinggalan di rumah pak.Tapi saya punya foto pernikahan dengan suami saya pak." Salma mengeluarkan ponselnya dari saku rok panjangnya.
"Ini pak...walau hanya akad." Salma memperlihatkan foto pernikahan kilatnya dengan Elang.
Raut wajah pak Frans langsung berubah seperti orang mau marah.
"Sebaiknya kamu keluar dari ruangan saya sekarang." Ucap pak Frans dengan suara datar dan kecewa.
"Baik pak,maaf sebelumnya..." Salma berjalan keluar dengan wajah pasrah.Pasrah sekalipun harus di pecat.
Setelah beberapa menit Salma keluar dari ruangan pak Frans,tak lama kemudian bosnya itu pun keluar dan sampai saat tiba bubaran kantor pria itu tak kunjung balik ke kantor.
Kalau menurut bu Siska sekretarisnya,sehabis ketemu customer besar,atasan mereka langsung ke rumah sakit karna sang ibu tiba-tiba kesehatannya drop.
Saat akan meninggalkan kantor,Salma sempat kepikiran mengenai kesehatan ibunya pak Frans.
"Semoga nyonya besar baik-baik saja." Gumamnya seraya melirik jam digital di layar ponselnya.
Hari ini Elang mengajaknya main Badminton dan sekalian ada hal penting yang akan dia sampaikan
Salma mengusulkan agar mereka ketemu di rumah makan bebek kaleyo yang ada di Tomang.Sebelum main Badminton makan dulu.
Padahal tempat itu lumayan jauh dari kantornya.Entah kenapa dia sangat ingin makan di situ.
Sebenarnya Elang bersikeras mau menjemput Salma ke kantor.Tapi Salma lebih keras lagi melarang Elang menjemputnya.Sebab dia kuatir Galang memergoki mereka.
"Aku ingin kita tinggal serumah dan aku berencana mau beli rumah untuk kita tempati." Ucap Elang setelah berada di restoran sambil menunggu pesanan mereka di antar.
"Kalau tinggal di apartemen,aku takut kamu merasa tidak nyaman,kalau sewaktu-waktu keluarga ku datang." Sambung Elang.
"Kalau aku sih setuju aja mas tapi kayaknya jangan sekarang.Yang kita pikirkan sekarang adalah bagaimana reaksi dan tindakan keluarga ku,keluarga mas dan Vania setelah mengetahui hubungan kita.Dan bagaimana kita menghadapinya.Itu aja dulu mas,jika memang kondisi kondusif barulah kita memikirkan langkah selanjutnya." Sahut Salma dan Elang mengangguk setuju.
Setelah makan malam,Elang melajukan mobilnya ke daerah Permata Hijau.
"Ini rumah siapa mas?" Tanya Salma begitu mobil berhenti di depan rumah gedong berlantai dua.
"Rumah om Richard dan tante Gladys.Dulu mereka tinggal di sini sebelum ngajar di IPB.Kalau sedang libur baru mereka nginap di sini.
Elang dan Salma bergandengan tangan memasuki pekarangan rumah yang sudah di buka penjaga pintu gerbangnya.
"Mas Elang mau nginap,biar saya bersihkan kamarnya." Tanya penjaga rumah itu.
"Nggak pak,cuma mampir mau main Badminton." Sahut Elang ramah.
"Silahkan mas Elang,biar saya nyalakan dulu lampunya." Penjaga itu jalan mendahului Elang dan Salma menuju lapangan Badminton.
Setelah berganti kostum olah raga,mereka berdua melakukan pemanasan dulu.
Baru melakukan satu gerakan pemanasan,ponsel Salma yang ada di dalam tas berdering.
"Sebentar ya mas,aku angkat telepon dulu." Elang hanya mengangguk terus melanjutkan gerakan pemanasan.
Salma mendudukkan bokongnya di bangku besi yang ada di pinggir lapangan.
Mata Salma membulat tak percaya,ternyata pak Frans yang meneleponnya.Ada apa bosnya itu menelepon malam-malam.
Takut ada yang urgen urusan kantor,Salma segera mengangkatnya.Tapi seumur-umur kerja di perusahaan pak Frans,baru kali ini pria itu menghubunginya malam hari.
"Selamat malam pak " Sapa Salma.
"Selamat malam Salma,maaf mengganggu kamu malam-malam." Suara pak Frans dari sebrang telepon.
"Gak apa-apa pak,ada yang bisa saya bantu?"
"Begini Salma...ini...ibu saya ingin ketemu kamu...." Suara pak Frans terdengar ragu-ragu.
"Mau ketemu saya pak?"
"Iya Salma,ibu saya ngotot ingin ketemu kamu."
"Tapi kan kemarin saya sudah bilang saya tidak bisa pak,saya sudah menikah,saya..." Suara Salma dipotong sama pak Frans.
"Tolonglah Salma,kali ini saja,kasihan ibu saya,kata Dokter kondisinya sangat tidak baik.Saya tak mau ibu saya kenapa-napa,saya mohon Salma." Kini suara pak Frans terdengar cemas.
'Pak,kenapa harus saya.Masih banyak wanita lain yang bisa bapak kenalkan sebagai teman dekat bapak.Kanaya atau bu Siska misalnya."
Elang memperhatikan ekspresi Salma,dia merasa ada yang tidak beres.
"Saya sudah terlanjur menunjukkan foto kamu yang di HP saya pada ibu saya.Dan mengatakan kalau kamu adalah teman dekat saya." Ucap pak Frans terpaksa membocorkan rahasianya yang selama ini dia simpan.
Salma tiba-tiba memutuskan sepihak sambungan telepon.Tak percaya,bosnya ternyata diam-diam mengambil gambarnya dan menyimpannya.
Namun seketika wajah Salma berubah cemas,teringat sakit nyonya besar yang semakin parah.Kalau nyonya besar sampai meninggal bagaimana? Apa dia akan di salahkan?
"Ada masalah apa?" Tanya Elang kuatir duduk di sebelah Salma.
"Ini mas,atasan aku di kantor bilang ibunya mau ketemu sama aku." Akhirnya wanita itu menceritakan perihal pak Frans.
"Bagaimana ini mas,kalau ibunya pak Frans kenapa-napa bagaimana?" Wajah Salma kelihatan cemas.
"Aku ga mau di salahkan kalau ibunya pak Frans kenapa-napa." Salma semakin cemas.
"Mas,tolong antar aku ke rumah sakit tempat ibunya pak Frans di rawat ya." Salma berdiri hendak mengganti pakaiannya.
"Kamu suruh,atasan kamu itu menghapus foto kamu yang ada di HP-nya." Ada nada tak senang dari suara Elang yang terdengar datar.
Salma terdiam di tempatnya berdiri mendengar ucapan Elang.