Yuka Pratiwi,seorang staf hotel yang cantik sengaja mendekati Artha, sang menejer hotel agar bisa masuk ke dalam keluarga Regatama dan melakukan balas dendam melalui Artha yang polos. Yuka dapat menjalankan target utama nya yaitu Broto, sang ayah mertua. Tujuan hidup Yuka adalah untuk menghancurkan Broto yang sudah menghilangkan nyawa sang Ayah menyengsarakan Ibu dan merebut perusahaan keluarga nya. Keserakahan Broto menghancurkan kehidupan Yuka kala masih kecil.
Apakah Artha turut menjadi target dalam balas dendam Yuka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thuy Mhuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
"Apa jadwal saya setelah in**i?" Broto buka suara, setelah hampir setengah jam suasana di dera keheningan.
"Tidak ada, Tuan. Setelah meeting Tuan bisa memantau Regatama's Hotel atau Regatama Tech." jawab Jeka mantap, seperti sudah hafal di luar kepala jadwal pekerjaan Broto.
"Setelah meeting nanti, antar saya ke kantor Regatama Tech." Broto menjeda kalimat nya sebentar. "Undang Artha dan Yuka ke sana. Ada sesuatu yang saya akan sampaikan."
"Regatama Tech?" ulang Jeka spontan. "Maksud saya, baik. Saya akan meminta Tuan Muda Artha dan Nona Yuka untuk ke Regatama Tech." lanjut Jeka gugup.
Setelah mengatakan itu, Jeka memejamkan mata nya, merutuki mulut nya yang tidak terkontrol dengan baik.
Jeka hanya heran kenapa untuk berbicara dengan Yuka dan Artha tidak di Regatama's Hotel saja? Padahal ketiga nya sama sama bekerja di salah satu anak perusahaan Regatama Group itu. Sebenarnya apa alasan Broto meminta Yuka dan Artha bertemu di Regatama Tech?
Entah kenapa Jeka merasa ada yang janggal. Setelah peristiwa di Rumah Rahasia kemarin membuat nya selalu memiliki prasangka buruk terhadap Broto dan Yuka.
Sejurus kemudian, meeting pun usai dan kini Broto telah sampai di kantor Regatama Tech. Broto melihat Artha dan Yuka sudah menunggu di ruangan kerja nya.
"Sebenar nya apa yang mau Papa sampaikan?" tanya Artha setelah Broto duduk di hadapanya.
Broto berdehem sebentar, menatap Yuka beberapa detik kemudian mengalihkan pandangan nya ke Artha, "Mengenai mimpi mu, Papa sudah pikirkan baik baik."
"Maksud, Papa?"
"Besok Papa akan mengadakan rapat umum Regatama Group. Papa akan sampaikan kalau kamu naik jabatan menjadi Direktur Regatama's Hotel."
Artha berkedip cepat. Matanya seketika bersinar terang, dia melengkungkan kedua ujung bibir nya karena merasa senang. Namun, beberapa detik kemudian, ekspresi Artha berubah lalu menatap Broto dengan heran. "Bukan kah Papa menjanjikan posisi itu setelah tiga bulan nanti? Bahkan sekarang pun masih belum genap satu bulan. Apa alasan Papa mempercepat kenaikan jabatan Artha?"
Broto menghembuskan nafas panjang. "Kamu sudah membuktikan kalau kamu pantas menjadi Direktur. Jadi, waktu tiga bulan itu menurut Papa sudah tidak diperlukan lagi. Lagi pula Papa sudah tua, sudah saatnya kamu dan Seno yang mengurus semua perusahaan."
Artha kini tersenyum lebar, dia mengucapkan terima kasih kepada Broto, kemudian menoleh menatap Yuka yang kini sedang duduk di sampingnya. "Sayang, akhirnya aku jadi Direktur Regatama's Hotel!" ucap Artha girang.
"Sebenarnya, adahal lain yang perlu Papa sampaikan."
Artha kembali menatap sang Ayah.
"Kalian tahu sekertaris Papa si Erma itu kan?"
Yuka dan Artha mengangguk serempak.
"Dia tiba tiba resign. Alasan nya karna mau menikah dan calon suaminya melarang untuk bekerja lagi." Broto menghentikan kalimatnya sebentar. "Papa butuh sekertaris baru. Papa kira Yuka bisa menggantikan posisi Erma di Regatama Tech."
Seketika senyum di wajah Artha menghilang. Dia menatap Broto dengan kening bertaut. "Kenapa harus Yuka, Pa?"
"Menurut Papa, staf hotel terbaik selama tiga tahun berturut turut itu pantas di beri kesempatan. Lagi pula Papa rasa Yuka juga berkompeten dakam bekerja. Papa cuma butuh Yuka selama belum mendapatkan sekertaris baru." jelas Broto.
"Maksud Papa, Yuka cuma jadi sekertaris sementara?" kali ini Yuka angkat bicara.
"Benar, setelah Papa mendapat sekertaris baru, Yuka bisa kembali menjadi staf hotel." Broto menjeda kalimat nya lalu menatap Artha. "Atau jika kamu mau, Yuka bisa jadi sekertaris mu di Regatama's Hotel."
Yuka menyentuh jemari Artha, "Ini kesempatan untuk Yuka, Mas. Setelah Papa mendapatkan sekertaris yang baru, Yuka bisa langsung menjadi sekertaris kamu, Mas. Waktu kita untuk terus bersama akan lebih banyak lagi." bisik Yuka berusaha meyakinkan sang suami yang tampak keberatan.
Artha menatap Yuka cukup lama. Dia melihat ada cahaya cerah di mata istrinya. Beberapa hari yang lalu Yuka memang pernah mengutarakan niatnya untuk berhenti dari staf hotel dan bisa mulai untuk membantu mengelola urusan kantor.
Sebenarnya Artha sama sekali tidak setuju dengan tawaran itu, karena Yuka akan lebih banyak menghabiskan waktunya di Regatama Tech. Dan pastinya Artha menjadi jarang untuk berjumpa dengan sang istri.
Broto dan Yuka saling melirik dengan senyum tipis, seperti tengah bersembunyi. Keduanya kemudian menatap Artha menunggu keputusan terakhir.
Artha menggenggam erat tangan Yuka seraya memberikan senyum hangatnya, lalu beralih menatap Broto sang ayah. "Baik lah, Artha setuju kalau Yuka juga setuju dengan keputusan, Papa."
"Apa kamu setuju, Yuka?"
Yuka mengangguk pelan. Terukir senyum penuh kemenangan di wajah Broto tetapi dirinya langsung bersikap datar kembali, agar tidak menimbulkan kecurigaan Artha.
"Dua jam lagi akan ada rapat umum Regatama Group. Mulai besok status mu adalah Direktur Regatama's Hotel, Tha. Selamat ya." Broto mengalihkan pandangan nya ke sang menantu. "Dan kamu, Yuka. Mulai besok juga kamu bisa bekerja sebagai sekertaris saya di Regatama Tech."
***
" Selamat pagi, Pak Direktur Regatama's Hotel."
Yuka menyapa begitu Artha mulai membuka matanya. Cahaya matahari pagi mulai memasuki ventilasi rumah yang membuat keduanya terbangun dari tidur yang amat nyenyak.
Yuka memandang sang suamu dengan kain selimut yang membalut tubuh polosnya. Artha pun sama, dada bidangnya terekspos sempurna tanpa ada sehelai benang pun kain yang menutupinya.
Artha tersenyum, kegiatan bercinta semalam membuatnya tidur dengan sangat nyaman, apa lagi dia telah menahan hasratnya selama tujuh hari dan dia mampu menyuguhkan jabatan sebagai Direktur kepada sang istri.
"Sini..." Artha beringsut duduk dengan kepala menempel di sandaran ranjang, lalu merentangkan kedua tanganya meminta Yuka untuk bersandar di dada Artha.
Yuka pun menurut, lalu melingkarkan tangan nya di pinggang sang suami lalu memeluk dengan erat.
"Bangga gak, punya suami Direktur?"
Yuka mendongak sedikit untuk menatap Artha dengan senyum sumringah. "Jangan di tanya lagi." jawabnya diakhiri dengan mengedipkan matanya genit.
"Bisa gak sih, sekali saja jangan cantik banget kaya gini?" keluh Artha karena tahu jika Yuka sedang menggodanya dengan kedipan maut tadi.
Yuka menggeleng. "Sayang nya gak bisa. Aku akan selalu tampil cantik di depan suami ganteng ku."
"Dasar!" Artha terkekeh.
Yuka menyentuh perut kotak kotak Artha. "Mulai hari ini kan kita kerja gak sekantor lagi, jadi kita gak bisa diam diam..." Yuka sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya, kemudian menatap Artha.
"Gak bisa diam diam bercinta maksud nya?" Artha mengeluarkan suara pelan sebagai bisikan.
Yuka mengangguk, seperti apa yang diharapkan, Artha akan melanjutkan kalimatnya. Yuka dan Artha memang sangat sefrekuensi.
"Mas, pasti akan kangen masa masa kita bersama di Regatama's Hotel. Kita bisa bercinta dimana saja, di ruangan ku, di toilet atau di basement hotel." lanjut Artha.