Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 10
Sementara itu tadi sore setelah ketemu dengan Anwar, Nadin berencana mampir ke rumah Bu Fatma. Dia membeli oleh-oleh untuk Bu Fatma dan Sarah.
Sarah anak Bu Fatma sudah berumur 27 tahun. Dia belum menikah. Karena dia berprinsip akan menikah jika ada lelaki mapan yang mau dengannya.
"Bu, Sarah. Mantu mu datang. Aku bawa oleh-oleh." teriak Nadin di depan pintu.
"Masuk Kak, kakak bawa apa?" tanya Sarah.
"Untuk kamu kakak beliin dress sama tas, untuk ibu kalung. Ini mahal lo." kata Nadin, menekan kata mahal.
"Wah, memang kamu calon mantu yang pengertian. Beda sama Vina. Boro-boro bawa oleh-oleh yang ada gaji Anwar habis di ambil." puji Bu Fatma. Sambil memakai kakung pemberian Nadin.
"Ya Bu, beda banget. Pernah sih di beliin sepatu. Tapi merek pasaran." tawa Sarah.
"Kamu sudah di kasih tau sama Anwar, kalau dia udah ceraikan Vina tadi pagi." seru Bu Fatma.
"Sudah Bu, makanya aku kesini, mau nanya sama Ibu. Kapan ngelamar aku." ucap Nadin. Dia tidak sabar untuk segera menjadi istri Anwar.
"Kamu tenang aja, minggu depan kami akan ke rumah kalian." sahut Bu Fatma.
"Tapi, kata Mas Anwar, dia urus surat cerai dulu bu." adu Nadin.
"Tenang, itu biar Ibu yang urus. Kalian tunangan aja dulu." kata Bu Fatma.
"Kok tunangan sih, aku maunya langsung nikah." ucap Nadin.
"Ya udah nanti Ibu ngomong sama Anwar." kata Bu Fatma pasrah.
" Kakak sibuk nggak?" tanya Sarah, melihat perubahan raut wajah Nadin.
" Memangnya kenapa?" tanya Nadin.
"Kita ke rumah Mas Anwar yok, sekalian liat Vina sudah pindah atau belum." ucap Sarah.
"Kayaknya belum deh, tadi kata Mas Anwar mereka diberi waktu 3 hari untuk pindah." jawab Nadin.
"Kita ke sana aja yok kak, kita lihat Vina. Pasti dia nangis darah." ajak Sarah.
Saat sampai ke rumah Anwar dan Vina. Mereka lihat rumah sudah di kunci. Sepatu dan sandal Vina sudah berkurang. Mereka juga memanggil-manggil Vina. Tapi tidak ada jawaban.
"Apa mereka sudah pergi ya Kak?" tanya Sarah.
"Bisa jadi, tapi masak mereka bisa dapat kontrakan secepat ini." ucap Nadin.
"Atau jangan-jangan mereka bawa kabur surat- penting Mas anwar." curiga Nadin.
"Nggaklah Kak, soalnya semua surat penting Mas Anwar sudah dititipin dirumahnya Ibu." bantah Sarah.
"Baguslah kalau begitu." ujar Nadin.
🍁🍁🍁🍁🍁
Di dalam mobil, Iqbal terus melirik wajah Vina, pada kaca mobil. Aldi yang melihat Iqbal selalu melihat pada Bundanya agak kurang nyaman. Pasalnya dia tau, kalau dokter Iqbal seorang duda. Dia tidak mau kalau ada orang yang langsung dekat sama Bundanya. Apalagi Bundanya baru janda satu hari.
Iqbal didepan bersama Aldi, sedangkan Saka di belakang bersama Saka. Didalam mobil, Vina hanya diam. Dia tak banyak bicara.
"Dokter, terimakasih. Sudah mengantarkan kami." ucap Vina. Sambil membukakan pintu mobil.
"Tidak usah berterimakasih, lagian saya juga nggak ada kerjaan." ucapan Iqbal. Hendak keluar.
"Terimakasih ya dok, Dokter nggak usah tungguin kami. Nanti, kami pulang pakai taksi aja, lagian dokter juga belum istirahatkan." kata Adit.
Iqbal sadar, nada bicara Adit berubah. Dia merasa kalau Adit, mungkin melihat dia saat melirik Vina. Karena merasa tidak enak, akhirnya Iqbal memutuskan untuk pulang.
"Bunda sadar nggak sih, dari tadi dokter Iqbal ngelirik Bunda terus." ujar Adit. Sekarang mereka lagi pilih-pilih bahan makanan.
"Mungkin dokter Iqbal terpana melihat aura kecantikan Bunda. Soalnya Bunda cantiknya kebangetan kalau pakai hijab gini. Ya kan bang?" papar Saka.
"Sebenarnya Bunda sudah lama berkeinginan berhijab, semenjak Bunda berteman dengan Bu Sur tetangga kita dulu. Tapi Ayah kalian melarang. Katanya nanti Bunda jadi tua." kekeh Vina.
"Udahlah Bun, nggak usah dibahas lagi tentang lelaki itu." emosi Adit.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sampainya di rumah, dokter Iqbal masih terbayang wajah manisnya Vina. Andai, dia berani mungkin dia akan mengatakan yang sebenarnya sama Vina. Kalau dia adalah Reza. Tetapi jangankan bicara, menatap dia aja Vina enggan. Padahal Vina hanya menjaga pandangan. Karena dia sadar, jika sudah jadi janda. Statusnya sangat tidak baik dimata masyarakat.
"Syahril lo dimana?" tanya Iqbal melalui sambungan telepon.
"Gue lagi kerja Bal. Ada apa?" tanya Syahril.
"Nggak jadi deh, kalo kamu sibuk." ucap Iqbal sambil mematikan telpon sepihak.
"Cih,,, kamu kira gue nggak tau apa, kamu pasti galau, karena Vina kan!" seru Syahril. Dia jengkel karena telepon yang dimatikan Iqbal.
"Apa gue kasih tau Vina aja ya. Tapi nanti Iqbal marah. Atau gua kasih tau Adit dan Saka!" gumam Syahril.
"Kok ribet gini ya," frustasi Syahril, sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
🍁🍁🍁🍁🍁
Pulang kerja, Anwar diberi tahu Nadin dan Sarah kalau Vina tidak berada di rumah. Dia sebenarnya agak khawatir. Karena bagaimanapun Vina dia masih mempunyai sedikit rasa cinta untuk Vina.
Saat ini, Nadin masih di rumah Bu Fatma. Dia sengaja menunggu kepulangan Anwar.
Bu Fatma mengatakan pada Anwar agar segera mendaftar perceraian. Agar statusnya jelas. Awalnya Anwar menolak dengan alasan sibuk. Tetapi Bu Fatma memaksa Anwar. Sehingga Anwar hanya bisa mengikuti permintaan Ibunya. Tentu saja, itu membuat Nadin senang.
Setelah mengantar Nadin pulang, Anwar langsung ke tempat tongkrongannya. Dia ingin bercerita pada temen-temennya Ilham dan Boy.
Ilham dan Boy merupakan temen kerja Anwar di kantor kecamatan. Tetapi karena hari ini dia sibuk, jadi tidak sempat untuk ngobrol-ngobrol bersama.
"Aku udah ceraikan Vina, tadi pagi." ucap Anwar.
Ilham dan Boy tidak begitu terkejut, karena mereka sudah menebak kalau Anwar pasti akan meninggalkan Vina, secara penggantinya adalah Nadin, si cewek kaya punya segalanya.
"Tapi entah kenapa, kok hatiku sakit ya." gumam Anwar.
"Kenapa lo ceraikan sih, kenapa nggak kau madukan saja. Kan enak, kita bisa tukar-tukar kalau udah bosan." ucap Boy.
"Tidak semua wanita mau di duakan." kata Ilham.
"Ya katakan saja, kita memberinya jalan menuju pintu surga. Pasti dia mau lah." Ucap Boy lagi.
"Diam aja napa sih, kita kan gak tau masalahnya apa." kata Ilham.
"Aku balik dulu ya." ujar Anwar. Dia jengah melihat perdebatan temennya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Anwar balik lagi ke rumah yang dulu di tempati bersama Vina. dia menatap baju Vina yang tinggal sebagian, juga melihat perhiasan Vina yang ditinggal begitu saja, tanpa berkurang sedikitpu. Hatinya sungguh tidak rela. Namun talak tiga telah di ucap. Dia menyesalinya.
Tapi dia teringat akan keinginan untuk memiliki anak perempuan. Jadi, Anwar harus bisa melupakan Vina. Supaya dia bisa bersama Nadin.
Setelah mendaftarkan gugatan cerai, Anwar menanyakan alamat tempat tinggal Vina. Supaya nanti bisa dikirim surat panggilan dari kantor pengadilan.
Setelah mendapatkan alamat Vina, Anwar langsung menuju ke sana, untuk memantau Vina. Saat melihat Vina berada di rumah yang kelihatan layak untuk di tempati hatinya mulai curiga. Darimana Vina dan anak-anak bisa mendapatkan uang untuk bayar rumah tersebut.