TOLONG DI PERSIAPKAN MENTAL UNTUK MEMBACA CERITA INI YA KAWAN KAWAN...
Cerita ini menceritakan tentang Rere yang berumur 17 tahun mengalami kekerasan dan penculikan secara brutal, konflik hebat dan berat.
.....
Semilir angin sejuk dirasakan Rere ketika mobil sudah berjalan. Dia sama sekali tidak bisa mencerna semua kejadian 10 menit yang lalu. Tamparan Ben di pipinya sekarang terasa panas, namun entah kenapa rasa itu sekarang menghangatkan hatinya. Perilaku Ben yang kasar sekaligus lembut tadi benar-benar menggugahnya. Rere juga tidak bisa memutar otaknya untuk bertindak lebih lanjut. Rasa luar biasa lelah menggerogoti tubuhnya sekarang. Kedua kelopak matanya yang indah itu sekarang terasa berkilo-kilo beratnya. Rere memejamkan mata mencoba mempelajari apa yang sekarang dirasakannya dalam hati. Dia bahkan sempat merasakan Ben membelai rambutnya sambil berbisik “I’m really sorry Re…” sebelum dia terlelap tertidur terbawa alam bawah sadarnya untuk mengistirahatkan hati dan tubuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MegaHerdian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08. Konflik berat.
"Kenapa bro? bukannya harusnya kita seneng?" timpal Zack bingung melihat Ben.
"Bukan gitu Zack!!! Perjanjiannya, kalau dia udah engga perawan lagi kita boleh make. Tapi kalo masih, kita gak boleh make dia" Terang Ben mencoba menjelaskan.
"Kenapa gitu?! Kok perjanjiannya tolol banget!" timpal Dave yang juga kecewa dengan keputusan Ben.
"Itu udah kontraknya sama dia!! Orang yang nyuruh kita itu gak mau ngambil keperawanan Rere. Tapi kalo emang udah enggak baru kita bisa make dia!" Terang Ben lagi.
Rere yang mendengar itu merasakan petir yang menghantam tubuhnya, jadi benar ada yang nyuruh mereka! Jadi ini bukan mimpi!.
"What the hell… I’ll fuck her! We’ve been this far!!" seru Dave kembali.
"No way bro… that’s the deal!!" Ben berseru.
"Fuck the deal!!. I’m still gonna fuck this girl..!!" Sam nampaknya tak mau ketinggalan argumentasi.
Hal ini memberikan kesempatan pada Rere untuk mencari celah melarikan diri. Dengan mengerahkan seluruh tenaganya Rere menghentakkan kakinya lagi menginjak kaki Sam yang menguncinya. Sam pun terkejut kesakitan pada telapak kaki kanannya yang di injak Rere. Sam melepaskan pegangannya, sejurus kemudian Rere kembali berlari. Dia terus berlari menuju gerbang depan. Atau mungkin dia akan bersembunyi ke dalam salah satu kelas. Terus sembunyi sampai ada kesempatan untuk menuju gerbang depan walaupun sampai malam.
Seragam Rere yang sudah robek parah berkibar di belakang mengiringi pelariannya. Rere masih tidak berani menengok ke belakang. Lalu dia melihat satu kelas yang pintunya terbuka. Rere masuk ke kelas itu dan langsung menutup pintunya.
Tetapi sebelum pintu tertutup, seseorang mendorong keras dari luar membuka pintu dan pintu itu terjeblak keras terbuka menghantam wajah Rere. Rere kembali terjatuh.
Lalu dia melihat Ben berada di bingkai pintu. Rupanya dia berhasil mengejar Rere, dan ketika Rere menutup pintu, dengan kasar Ben mendorong pintu itu sehingga Rere yang berada di baliknya terhantam keras tepat mengenai hidungnya. Dengan sadar dia meraba hidungnya. “Sakit…“ Katanya dalam hati. Setetes darah berhasil menempel di buku jari telunjuk Rere. Hidungnya sepertinya patah.
Rere merasa panas dan sakit yang teramat dalam di hidungnya. Masih dalam posisi terduduk jatuh. Dengan murka Ben menarik Rere bangkit dari lantai keras dan menhempaskan tubuh Rere ke meja terdekat.
Kembali perut Rere menghantam tepi meja. Ini lebih sakit dari tamparan-tamparan di pipi yang diberikan Ben tadi. Rere terhuyung jatuh ke bawah. Perutnya terasa berat dan mual. Rere melingkar tersimpuh menekan perutnya, berusaha menahan rasa sakit yang teramat sangat. Sedetik kemudian dia memuntahkan sesuatu. Tepat didepan matanya, darah segar keluar dari mulutnya yang mungil itu. Rere pun tetap bersimpuh di lantai kelas. Dia tidak sanggup untuk berdiri.
Rere menyeka bibirnya, darah segar tercetak di punggung tangannya, sakit... Hanya itu yang dia pikirkan, pengkhianat itu sejenak terkubur oleh rasa sakit yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Rere memegangi perutnya, Rere bahkan sudah tidak peduli lagi dengan pakaian nya dan bahkan keempat pria itu.
Sakit benar-benar sakit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Kemudian, Ben menarik dagu Rere yang tertunduk membuat dia menengadah menatap Ben. Dia melihat keempat pemuda itu sudah ada di hadapannya lagi. Ben melihat setitik air mata tercetak di mata Rere. Bukan air mata sedih dan takut yang dikeluarkan Rere. Tetapi air mata menahan sakit di perutnya.
Hebatt bgt km thor..sehari 2x ..
aq ma suami sminggu 2x atau kadang sminggu 1x..sama2 repot,sama2 pasif mainnya,kpn2 bagi tips ya thor hehehehe
gmn baiknya tuh 2 bocah deh thorr..tinggal urus sj..aq sediain sesaji sama like yg bnyk dehhh
thooor bikin rere bahagia kasian