NovelToon NovelToon
Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Membuat kesepakatan

"Lalu bagaimana caranya untuk bisa menghancurkan dinding pelindung itu, apakah kalian betiga punya solusi? " tanya Cakra Bayu.

"Tentu saja dengan menggabungkan semua kekuatan ,kemungkinan pagar itu bisa kita hancurkan, namun kita berempat saja belum cukup, " ucap Matsapati.

Cakra Bayu menyipitkan matanya memandang ke arah bangunan tua di hadapannya, tanpa banyak kata ia pun langsung melepaskan pukulan ke arah bangunan itu.

Wuuus.... duuuuaaaar..! ledakan yang disertai dengan goncangan pun terjadi. Pemuda itu menunggu beberapa saat, lalu melangkah maju untuk memeriksa serangannya tadi. Namun begitu tahu dinding pelindung itu tidak hancur ia menjadi sangat penasaran dengan kekokohan pagar itu.

Ia pun mencoba lagi dengan mengerahkan seluruh kekuatannya sehingga terjadi goncangan dan ledakan berkali-kali. Tapi usahanya itu tetap tidak membuahkan hasil.

"Sampai nafas mu putus, kau tidak akan bisa menghancurkan pagar pelindung itu Cakra Bayu" ejek Arimba dengan kata-kata sinis.

Cakra Bayu pun menoleh ke arah Arimba dengan tatapan mata penuh kekesalan.

"Lalu apa yang kalian tunggu ayo kita lakukan bersama-sama untuk menghancurkan dinding pelindung itu" ajak Cakra Bayu.

Gandama tersenyum masam seakan merendahkan Cakra Bayu."Hai anak muda,kau pikir dengan kekuatan mu yang setingkat itu mampu untuk membantu kami, jangan membuat ku tertawa kau. "

"Kau meremehkan ku orang tua" Cakra Bayu langsung tersulut emosinya tahu dirinya di rendahkan.

"Bukannya aku merendahkan mu,anak muda, tapi aku bicara kenyataan" jawab Gandama.

"Hehehe...! Rupanya aku salah menilai kalian semua, aku kira kami berdua yang datang lebih awal sampai kemari, ternyata kami sudah kedahuluan oleh kalian" ucap Nyi Sungguh yang baru saja tiba.

Dalam hati kedua orang tua itu merasa heran melihat keempat orang tersebut masih berada di luar. Hati mereka bertanya-tanya apakah mereka sudah menjelajah ke dalam namun tidak dapat lalu keluar atau mereka belum masuk sama sekali, pertanyaan itu menggantung di benak mereka.

"Kalian berdua darimana saja kenapa baru sampai, apa tadi malam kalian berdua tidak nyenyak tidur sehingga hingga bangun kesiangan" ucap Gandama.

Nyi Sanggup menoleh ke arah ki Pasung yang ada di sampingnya, mereka berdua pun langsung teringat kejadian tadi malam. Dan semakin yakin kalau tadi malam salah satu dari mereka yang datang secara diam-diam mencuri dengar.

"Tentu saja tadi malam kami berdua kurang tidur, karena ketenangan kami terusik oleh maling dari gunung" ucap Nyi Sangguh.

"Malam tadi kami berdua memburu seorang maling yang secara diam-diam mencuri dengar pembicaraan kami, makanya kami jadi kesiangan sampai di sini" tambah Ki Pasung memperjelas ucapan istrinya.

"Memburu maling? Maling apa maksud kalian berdua itu? " Tanya Arimba dengan heran.

"Yang jelas maling itu kami yakini berasal dari gunung, pergerakan maling itu sangat cepat sehingga berhasil lolos dari pengejaran kami" ucap Nyi Sangguh.

"Maling gunung apa yang kalian maksud, ngomong yang jelas jangan membuat kami penasaran" ucap Gandama.

"Sudahlah kalian bertiga jangan berpura-pura tidak tahu, bukankah salah satu dari kalian tadi malam datang ke tempat kami secara diam-diam" ucap Nyi Sangguh, langsung menuduh mereka bertiga secara terang-terangan.

Mendengar tuduhan Nyi Sangguh yang di luar dugaan itu Matsapati, Gandama dan Arimba saling melempar pandang.Bagi mereka tuduhan Nyi Sangguh itu ngawur dan tidak beralasan.

"Hai perempuan tua jaga ucapan mu, jangan asal ngomong kamu. Atas dasar apa kami sampai mendatangi tempat kalian secara diam-diam. " Arimba pun tersulut emosinya yang disertai dengan tatapan tajam.

Nyi Sangguh tersenyum sinis dan berkata "Di dunia ini mana ada maling yang mengakui perbuatannya bisa...

"Cukup perempuan tua " potong Arimba, ia merasa semakin emosi mendengar kata kata Nyi Sangguh yang penuh dengan nada ejekan.

"Tentu saja kau marah Arimba karena memang kalianlah pelakunya" Nyi Sangguh kekeh dengan tuduhannya.

"Kurang ajar kau orang tua mulut mu memang harus di bungkam, supaya tidak main tuduh sembarangan" Perempuan berjuluk Dewi kematian itu langsung melompat ke arah Nyi Sangguh dengan tangan terkepal menyala merah.

Hiaaat....! Mengetahui serangan Arimba mengandung hawa membunuh, Nyi Sangguh pun segera mengerahkan kekuatannya dan menyambut pukulannya. Dress.... kedua orang itu pun sama-sama terpental dua tombak ke belakang.

Nyi Sangguh sangat diam-diam terkejut melihat kemampuan Arimba mampu mengimbangi dirinya padahal dirinya satu tingkat diatasnya.

Arimba merasakan sesak di dadanya setelah beradu pukulan tadi, ia pun sekarang menjadi tahu sekuat apa wanita lembah bangkai itu.Ia merasa bukan tandingannya untuk sekarang ini.

"Kau tidak apa-apa Arimba? " Gandama merasa khawatir dengan keadaan muridnya itu.

"Aku tidak apa-apa guru" jawabnya seraya menyalurkan kekuatannya untuk mengusir rasa sesak di dadanya.

"Arimba, jangan mentang-mentang dua guru mu ada di sini terus aku akan takut pada mu" Setelah berkata seperti itu Nyi Sangguh pun lenyap dan tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Arimba.Itulah ajian halimun yang dapat menghilang dalam sekejap mata.

"Perempuan seperti mu memang harus di beri pelajaran biar tahu rasa" Nyi Sangguh mengangkat kedua tangannya yang sudah dialiri tenaga dalam dan bersiap memukul Arimba. Tapi disaat pukulan Nyi Sangguh hampir mengenai kepalanya, mendadak sebuah bayangan berkelebat cepat menangkis tangan perempuan tua itu hingga membuatnya terhuyung-huyung mundur ke belakang.

"Berani menyentuh Arimba, aku tidak akan segan-segan untuk menguliti kalian berdua" ucap Matsapati dengan tatapan tajam penuh kemarahan kepada dua orang tua itu.

"Aku minta buka telinga kalian lebar-lebar, kami bertiga tadi malam tidak kemana-mana apa lagi datang ke tempat kalian, kalau kalian berdua masih ragu dan tidak percaya. Aku bersedia bertarung dengan kalian, tapi kalian jangan menyesal kalau nyawa kalian berdua melayang hari ini juga "ucap Matsapati terdengar keras dan tidak main-main.

Ki Pasung pun segera menghampiri istrinya " Sudahlah Nyi kita lupakan masalah tadi malam, melihat keseriusan Matsapati aku yakin orang yang tadi malam itu bukan mereka "ucap Ki Pasung.

"Baiklah aku percaya pada mu Matsapati, aku anggap tadi adalah sebuah kesalahpahaman semata" ucap Nyi Sangguh karena tidak mau berurusan dengan Matsapati dan orang-orang dari perguruan gunung awan.

"Tapi aku masih penasaran Ki, jika bukan mereka lalu siapa orang tadi malam itu? " ucap Nyi Sangguh.

"Nyi kenapa kau begitu bodoh, bukankah di penginapan tadi malam banyak orang, lalu kenapa kau malah menuduh kami barusan? " tanya Gandama.

"Benar apa kata guru Gandama ,pikiran mu terlalu sempit Nyi tidak bisa melihat keadaan di penginapan maupun di kedai" ejek Arimba.

"Tutup mulut mu Arimba aku tidak bicara dengan mu, aku bicara pada Ki Pasung suami ku. Jika tadi malam bukan kalian jangan-jangan itu kamu Cakra Bayu" ucap Nyi Sangguh bergantian menuduh pemuda itu.

Cakra Bayu pun sangat terkejut mendapatkan tuduhan seperti itu karena tadi malam ia tidur lebih awal dari biasanya.

"Nyi Sangguh jangan bicara sembarangan mana mungkin aku berani lancang datang ke tempat Nyi, bukan kah itu sama saja dengan aku bunuh diri" ucap Cakra Bayu membela diri.

"Sudahlah Nyi kita lupakan saja kejadian tadi malam, aku percaya kalau bukan dia orangnya kau sendiri tahu bagaimana kemampuan penyusup itu bukan" ucap Ki Pasung mencoba meredakan amarah istrinya.

Nyi Sangguh menghela nafas panjang "Ya kau benar Ki,mana mungkin pendekar tingkat dewa tahap menengah seperti dia mampu lolos dari serangan jarum neraka ku" ucap Nyi Sangguh.

Cakra Bayu pun merasa lega karena Nyi Sangguh berhenti menuduh dirinya, ia tahu selain berwatak keras perempuan itu juga tidak mengenal kata ampun pada orang yang menyinggungnya.

Barata yang melihat kejadian itu dari tempat persembunyiannya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka tindakanya malam itu akan membuat Nyi Sangguh marah besar dengan main tuduh sana sini.

"Tuan sekarang bagaimana, apakah kita akan di sini terus menunggu orang-orang itu bertindak? " tanya Andini.

"Untuk sementara waktu kita lihat dulu perkembangannya Andini, aku ingin melihat bagaimana mereka menghancurkan dinding pelindung itu" Jawab Barata dengan terus menatap ke arah mereka.

1
Ariel Yono
lanjutkan thord
Batsa Pamungkas Surya
setelah maraton 3 hari membaca season 1.. lanjut ke sini
mksh atas sajian ceritanya Thor
rio
lanjut
rio
lanjutkan
Ariel Yono
lanjutkan thord
Mukti Rasa
lanjutkan broo
Ariel Yono
lanjutkan
Ardiawan
Tessa Bharata
Ariel Yono
lanjutkan Barata
Ariel Yono
lanjutkan Barata
Salim Lim
bagus alurnya dan menarik ceritanya
Ariel Yono
maju terus thord
Batsa Pamungkas Surya
lanjutkan karyamu
prahara
mantap dan oke lah
Ronaldo vs Messi
up thord
Ronaldo vs Messi
lanjutkan
Ariel Yono
mantap
Ariel Yono
lanjutkan thord
Ariel Yono
lanjutkan up
Ariel Yono
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!