Sophie yang naif telah jatuh cinta pada pria kaya raya bernama Nicolas setelah dia menaklukkannya dan tidur dengannya.
Ketika dia mengumumkan bahwa dia hamil, Nicolas merasa ngeri. Baginya, Sophie hanyalah pengalih perhatian yang menyenangkan. Sophie meninggalkan Nicolas setelah kegugurannya.
Bertahun-tahun kemudian Nicolas menemukan bahwa Sophie memiliki seorang putra yang sangat mirip dengannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan yang tepat
Dia merasakan kegelapan perlahan menyelimuti dirinya. Pandangannya buram, kepalanya terasa nyeri saat tubuhnya tergeletak di lantai. Sophie tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia mencoba bangkit. Ia mencoba bangkit.
Ternyata tadi ia tersandung karpet dan kepalanya membentur sudut meja rias. Sekarang, ia bisa merasakan cairan hangat menetes dari telinganya itu darah.
"Sialan, apa ada hal lain yang akan terjadi hari ini?" gumamnya sambil bangkit perlahan, menahan sakit.
Dia mengambil handuk dan menekannya pada luka di kepalanya, ada banyak darah di lantai. Setelah membersihkan semua kekacauan, ia mulai mengemasi barang-barangnya
Jika Nicolas tidak mencintainya, dia tidak punya alasan untuk tetap tinggal di rumah itu. Dia tidak akan menggugurkan anak mereka, tapi bagaimana jika Nicolas mencarinya dan memaksanya? Sophie memutuskan untuk menulis surat untuknya.
--
Nicolas:
Kau benar. Aku memang sempat berpikir kau akan melamarku begitu aku memberitahumu bahwa aku hamil. Tapi sekarang aku sadar, aku tak mau lagi membuang waktu dan masa mudaku bersamamu.
Sophie
--
Itu seharusnya cukup untuk membuat Nicolas berhenti mencarinya, untuk menyakiti harga dirinya. Sophie tahu betul, Nicolas tak tahan jika egonya dilukai. Ia tidak akan mencarinya. Anak dalam kandungannya akan aman, begitu pula uang dan perhiasan yang berhasil ia bawa. Ia meletakkan surat itu di atas ranjang, lalu masuk ke mobil dan meninggalkan kota.
Tujuannya belum pasti. Yang penting sekarang hanyalah menjauh sejauh mungkin. Ia tidak akan berhenti sebelum tiba di kota lain.
Sementara itu, Nicolas menghabiskan gelas wiski-nya, lalu meraih ponsel dan menghubungi sopir untuk menyiapkan mobil. Ia juga menelepon temannya, Marco, untuk mengajaknya makan malam. Ada hal yang ingin ia tanyakan soal kehamilan Sophie.
Marco adalah satu-satunya orang yang bisa ia percayai sepenuhnya. Ia tahu, Marco tidak akan menilainya atau menyebarkan ceritanya.
Nicolas memang belum tahu banyak soal kehamilan itu, dan meskipun jauh di lubuk hatinya ia tak benar-benar percaya Sophie telah berselingkuh, ia tetap ingin memastikan. Ia ingin tahu kapan status paternitas bisa diketahui.
Setelah keluar dari ruangannya, ia turun dengan lift ke lantai dasar.
Ia berencana memberi tahu Sophie keputusannya malam ini, ia bahkan sempat membayangkan raut wajah Sophie saat mengetahui bahwa ia bersedia menikahinya dan menjadikannya seorang istri yang sah.
Saat makan malam bersama Marco, Marco mengucapkan selamat pada Nicolas atas kabar kehamilan itu. Walau mereka hanya beberapa kali bertemu dengan Sophie, dari pengamatan Marco, Sophie bukanlah tipe wanita yang akan mempermainkan pria dengan kebohongan seperti itu. Tapi jika Nicolas ingin kepastian, mereka tinggal menunggu waktu yang tepat untuk tes DNA, setelah usia kehamilan mencukupi.
Setelah selesai makan malam, Nicolas meminta sopir untuk mengantar Marco pulang terlebih dahulu, lalu melanjutkan perjalanan ke apartemen Sophie. Sebenarnya Nicolas punya apartemen sendiri, tapi sembilan bulan lalu ia diam-diam membeli apartemen Sophie, tanpa sepengetahuan Sophie.
Saat mereka pertama kali bertemu, Sophie tinggal bersama teman-teman kuliahnya di sebuah rumah sewaan. Nicolas kemudian mengatur agar Sophie bisa tinggal di apartemen itu lewat bantuan seorang temannya yang saat itu hendak bepergian ke luar negeri.
Awalnya apartemen itu hanya dipinjamkan, tapi kemudian temannya malah jatuh cinta selama perjalanannya dan memutuskan menetap di sana. Jadi, ia menjual apartemen itu kepada Nicolas, dan apartemen itu menjadi milik Sophie.
Setibanya di apartemen, Nicolas mengamati dari jalan bahwa lampu-lampu didalam apartemen mati. Dia masuk ke dalam gedung, naik lift, dan membuka pintu.
Semuanya gelap.
"Soph, aku pulang!" serunya sambil melangkah masuk ke kamar tidur.
Tempat tidurnya kosong.
"Kemana kamu pergi?" gumamnya bingung. Pandangannya tertuju pada secarik kertas di atas ranjang. Ia meraihnya dan mulai membaca.
Wajahnya langsung berubah.
"Pelacur sialan!" desisnya marah. Ia mulai membuka dan mengacak-acak semua laci dan lemari. Sophie telah mengambil segalanya bahkan tanaman kecil di ruang makan pun lenyap.